Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Glasses


Glasses

Aomine x Kuudere!Reader
Story © Nikishima_Kumiko
Kuroko no Basuke © Tadatoshi Fujimaki
Terinspirasi dari manga Watashi ni XX Shinasai


Happy Reading~

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Aomine bergidik ngeri ketika kau menatapnya dengan tajam. Ya, siapa yang tidak mengenalmu. Satu sekolah tau, bahkan guru-guru pun sangat mengenalmu.

Kau, [Fullname]. Seorang gadis pendiam yang memakai kacamata. Tatapanmu tajam, dingin serta menusuk bagi yang melihatnya. Korban(?) tatapanmu akan bergidik ngeri contohnya saja Aomine. Alasan kau menatapnya karena Aomine tak sengaja menyenggolmu dan menjatuhkan buku-buku yang kau bawa, apalagi kau buru-buru karena Hibiki-sensei menyuruhmu.

"W-w-warui...," ujar Aomine dengan keringat dingin. Kau berdiri dan menepuk-nepuk rokmu kemudian menatap tajam padanya di balik kacamatamu lagi.

"Hm, tak apa." Kau membalas dingin dan singkat. Kemudian memungut buku-buku itu dan mengangkatnya. Murid-murid di sekitar kalian mulai berbisik-bisik. Mereka membahas kau yang begitu menakutkan katanya. Bahkan setelah kejadian itu, kau berjalan dengan santai tanpa memperdulikan Aomine yang sudah tegang karena ketakutan.

Setelah kau pergi, Aomine menghela nafas lega seolah-olah telah berhadapan dengan sesuatu yang menyeramkan.

"Fyuh, rasanya seperti melihat Tetsu yang marah...," gumam Aomine sambil mengingat-ingat Kuroko yang sedang marah.

Di lain tempat, Kuroko yang sedang minum vanilla milkshake bersama tim Seirin tiba-tiba bersin.

.
.
.
.

Kau berjalan pelan tak mengindahkan bisikan-bisikan dari para penggosip di koridor yang kau lewati. Sampai kau berhenti ketika melihat Aomine yang tengah dimarahi oleh kepala sekolah karena tak sengaja membuat wig kepala sekolah terlepas.

Kau berjalan menuju arahnya karena penasaran. Orang-orang yang berada di sekitar Aomine merinding ketika melihatmu berjalan ke arah mereka.

"Ada apa ini?" tanyamu datar. Aomine menoleh ketika mendengar suaramu dan ia mengerjapkan matanya pelan. Iris birunya bertemu dengan irismu. Tak lama kemudian, irisnya membulat dan wajahnya memucat seperti baru melihat hantu.

"Ah, [Last name]-san ya. Bapak hanya memberi nasehat pada Aomine-kun yang kurang sopan," ujar kepala sekolah sambil memasang senyum.

Kau menautkan alismu, menatap dingin kepala sekolah. "Sebaiknya kepala sekolah menasehatinya di ruangan saja. Kasian Aomine-san. Ini di koridor, bukankah itu memalukan baginya?"

Hening.

Aomine menatapmu tak percaya. Begitu juga dengan murid-murid lainnya. Seorang [Full name] mencoba menasehati kepala sekolah. Yah, Aomine sebenarnya tidak masalah dengan kepala sekolah yang menasehatinya karena ia hanya membalasnya dengan sikap cuek dan acuh. Walaupun ia merasa sedikit risih ketika beberapa murid berbisik-bisik sambil menatapnya dan cekikikan.

Kepala sekolah ikut menatap tak percaya padamu. Lalu, tatapannya berubah menjadi tatapan kesal. Kau dan kepala sekolah saling pandang. Kau hanya menatap biasa padanya, tetapi yang lain melihat kau mengeluarkan deathglare-mu.

"[Last name]-san, beraninya kau..."


JIII~

1 detik

2 detik

3 de―

Kepala sekolah menegak ludahnya dan wajahnya ikut memucat sama seperti Aomine. Kepala sekolah pun berjalan pergi meninggalkan kau, Aomine serta murid-murid lainnya. Melihat hal itu, murid yang lain terkekeh bahkan ada yang tertawa habis-habisan.

Kau melirik mereka melalui frame kacamata milikmu, membuat mereka segera menutup mulut mereka dan meninggalkan tempat itu. Kau pun berjalan meninggalkan tempat itu, tetapi tanganmu ditahan oleh seseorang.

"Ah... [Last name]. Sankyuu na, untuk yang tadi." Aomine berterimakasih sembari memperlihatkan cengiran yang lebar. Kau melepaskan genggamannya dan tersenyum tipis.

"Ya, sama-sama."


Blush~


Aomine mematung ketika melihatmu yang tersenyum tipis. Kau menatap bingung padanya dan mengibas-ibaskan tanganmu di depannya. Tapi, karena diabaikan. Kau mengeluarkan aura kesalmu sambil menatap kesal padanya. Aomine yang sadar, langsung membulatkan irisnya ketika melihatmu yang menatap tajam dirinya.

"Dai-chan! Duh, kau ini dicariin dari ta―E-eh... K-konnichiwa [Last name]-chan."

Momoi yang awalnya mengomel langsung ikut memucat ketika melihatmu. Kau hanya membalasnya dengan gumaman pelan dan pergi begitu saja.

"Dai-chan... Apa kau membuat [Last name]-chan marah, huh?"

"Entahlah Satsuki, uhh... Mendokusei."

Momoi menatap sinis pada Aomine, "Auranya seperti Tetsu-kun yang marah loh. Minta maaf sana!" titah Momoi kesal. Aomine hanya mengangkat bahunya acuh dan entah sejak kapan, Aomine sudah mulai merasa tidak takut padamu.

Dan sekali lagi, Kuroko yang sedang main basket terjatuh karena bersin dengan tidak elitenya.

.
.
.

Kali ini, kau bertemu dengan Aomine yang berada di atap sekolah. Ia sedang tidur dalam keadaan berbaring. Kau menatapnya penasaran lalu berjalan ikut duduk di sampingnya dan memiringkan kepalamu.

Kau melepas kacamatamu lalu menatapnya lekat, "Terlihat jelas, tapi tidak nyaman," ujarmu.

Betapa terkejutnya ketika kau tau bahwa Aomine tidak benar-benar tidur, apalagi hal yang paling mengejutkan saat Aomine menahan tangan kananmu yang tengah memegang kacamata. Kacamata milikmu jatuh dan kau langsung menutup kelopak matamu dan tangan kirimu juga ikut serta menutupnya.

"Ja-jangan lihat...," ujarmu sedikit takut.

Aomine menautkan alisnya bingung. Ia belum pernah melihat reaksimu yang seperti ini. Seperti ketakutan akan sesuatu.

"Oi, oi. Ada apa denganmu [Last name]?"

"Jangan lihat aku!"

Kau membentaknya, membuat Aomine melepaskan genggamannya. Kau segera mengambil kacamatamu dan memasangnya, kemudian menatapnya dengan tatapan yang menusuk seperti biasanya. Aomine menatap bingung padamu.

"Maaf, Aomine-san. Aku sudah mengganggu waktu istirahatmu, aku akan segera pergi," pamitmu, meninggalkan Aomine yang masih kebingungan.

Waktu pulang, Aomine masih terus-terusan memikirkan kau yang membentaknya. Bukan takut, tapi rasa khawatir yang timbul pada diri Aomine. Momoi yang melihat Aomine gelisah, menyikut lengannya.

"Dai-chan... dari tadi, kau melamun terus. Ada apa sih?"

Aomine memalingkan wajahnya, "Tidak. Tidak ada apa-apa," ujarnya bohong. Momoi mengerucutkan bibirnya kesal lalu menendang kaki Aomine.

"Auch! Itte!! Apa-apaan kau Satsuki?!"

"Jangan bohong Aho!" Perempatan imaginer terlihat pada kepala Momoi. Sedangkan Aomine hanya mengelus-elus kakinya yang sakit.

"Cih, iya, iya. Ini tentang... [Last name]"

Momoi mengusap dagunya dan memasang pose berpikir, "[Last name]-chan? Chotto... Anta... Kau membuatnya marah lagi?" tanya Momoi.

"Entahlah, dia tiba-tiba membentakku ketika aku menatapnya yang sedang tidak memakai kacamata dan dia kelihatan takut akan sesuatu?"

"Hm... Mungkin saja ia takut ketika ada orang yang melihatnya tidak memakai kacamata. Ah! atau mungkin saja, kacamata itu adalah pelindungnya untuk menghadapi ketakutannya."

"Hah? Maksudmu?"

Momoi yang kesal dengan Aomine yang lambat loading. Akhirnya memukul kepala Aomine, "Peka sedikit Ahomine!"

.
.
.

Kali ini adalah giliran kau piket. Kau sekelas dengan Aomine dan sialnya lagi. Kau dan dia hari ini sama-sama piket. Biasanya, ia akan membolos piket sama seperti ia bolos klubnya. Hanya saja, hari ini, ia masih berada di kelas.

Mencoba mengabaikannya, kau mengambil penghapus papan dan mencoba untuk menghapus papan tulis itu. Sampai kau berhenti karena tidak sampai di bagian atas. Maklum kau ehem-pendek-ehem. Tapi, kau tetap mencoba untuk menggapainya.

"Kalau tidak sampai, bilang saja bodoh."

Tangan Aomine mengambil penghapus itu dan mulai menghapus bagian atas. Kau menengadah, menatapnya di balik frame kacamatamu.

"Oh, tumben kau bertugas."


Jleb!


"Memangnya kau pikir aku akan bolos terus, huh?"

Kau mengabaikan perkataannya dan mulai mencari pekerjaan lain. Tapi, saat kau beranjak pergi. Aomine tiba-tiba menarikmu dan meng-kabedon mu. Kau membelalak lalu menatap dingin seperti biasanya.

"Apa yang kau lakukan?" tanyamu datar.

Aomine menyeringai lalu melepaskan kacamatamu. Seketika kau menunduk dan menutupi wajahmu, "Ini kelemahanmu bukan? Gadis dingin?" tanya Aomine.

"..."

Kau tidak menjawab. Membuat Aomine mendecih sebal. Ia berusaha untuk menarik tanganmu yang menutupi wajahmu, tapi kau langsung menepisnya.

Aomine membulatkan irisnya ketika melihatmu yang menangis.

"O-oi [Last name]. A-aku hanya bercanda ok? Ja-jangan menangis."

Satu kata yang mendeskripsikan keadaannya saat ini. Panik. Bagaimana tidak? Ia belum pernah melihat kau yang menangis apalagi ini karena kesalahannya.

"Ka... kacamata... hiks―ku... hiks."

"H-hah? O-oh iya."

Aomine pun memasangkan kacamatamu dan kau berhenti menangis, walaupun masih sesegukan dan wajahmu masih merah.

"Terimakasih."

"K-kau tidak marah?" tanya Aomine was-was. Kau meliriknya dengan tatapan tajam. Aomine menegak ludahnya, ia merasa tatapanmu sama seperti tatapan Kuroko saat marah.

"Hanya sedikit. Lagipula, kenapa kau melakukan ini?"

"Aku penasaran. Kenapa kau begitu takut ketika kau melepas kacamatamu."

Kau yang mendengarnya langsung menunduk sedih, walau wajahmu masih datar. Kau menghela nafas dan memejamkan matamu pelan.

"Saat tidak memakai kacamata, mereka seperti menatapku dengan tatapan yang ku benci. Aku ketakutan ketika melihat tatapan itu dan selalu menangis. Tapi, itu semua berhenti ketika Onii-san memberiku kacamata. Dan saat aku memakainya, aku seperti mempunyai pelindung untuk berani menatap mereka," jelasmu panjang lebar.

Aomine yang mendengar itu merasa bersalah. Yah... Rencananya tidak berjalan sesuai rencana, tapi setidaknya ia mendapatkan tujuannya. Kau melirik Aomine yang memasang wajah bersalah.

"Tenang saja, kau tidak perlu merasa bersalah Aomine-san."

"Bagaimana sebagai permintaan maafku, aku akan berusaha menyembuhkan hal itu."

Kau menatap Aomine yang serius lalu memiringkan wajahmu, "Apa tidak masalah?" tanyamu.

Ia menyeringai lalu mendekatkan wajahnya ke telingamu, "Tentu saja, karena yang bisa menyembuhkanmu hanyalah aku seorang, [Name]," bisiknya.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

[Omake] :

"Oh ya [Name], kau tadi bilang kau punya nii-san. Siapa dia?" tanya Aomine yang sambil memakan es krimnya. Kau menatapnya datar lalu ikut melahap es krim milikmu.

"Hanya kakak sepupu, dia Tetsuya-nii," jawabmu datar.

"Tunggu... Tetsu?! Kuroko Tetsuya?!" Aomine membelalakkan matanya tak percaya. Kau mengangguk pelan.

"Kau mengenal onii-san?" tanyamu polos. Aomine hanya tersenyum paksa lalu melirik ke arah lain.

'Pantas saja auranya sangat mirip dengan Tetsu yang marah,' batin Aomine yang bergidik ngeri.

Di lain tempat, para anggota Tim Seirin, hanya bisa menahan nafas, ketika vanilla milkshake Kuroko tumpah karena Kuroko yang sekali lagi bersin. Kuroko benar-benar bad mood karena tertimpa kesialan berturut-turut.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro