Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chance [Asano's Ending]


Chance [Asano's Ending]

Ansatsu Kyoushitsu © Yūsei Matsui
Story © Nikishima Kumiko

Warning : OOC, alur yang tidak jelas dan masih banyak lagi










Kau membuka matamu perlahan, kemudian mengedarkannya pada setiap sudut ruangan hingga irismu berhenti pada surai strawberry blonde yang sedang terlelap di pinggir kasurmu. Kau menatapnya bingung dan bertanya-tanya. Siapa pemuda ini? Wajahnya tidak asing.

Kau menyentuh rambutnya dengan lembut membuatnya tersentak dan terbangun. Ia mengerjapkan matanya ketika melihatmu.

"Kau sudah bangun ya," ujarnya lega. Kau hanya balas mengangguk, kemudian ia berdiri dari kursinya.

"Tunggu sebentar, akan kupanggilkan dokter."

"A-anoo... maaf tapi kau siapa?" tanyamu, membuatnya mengerutkan dahinya bingung. Ia menatap lekat padamu. Kemudian menghela nafas pasrah.

"Hh... begitu ya, apa kau ingat sesuatu? Apapun itu."

"Aku... hanya mengingat namaku saja. Selebihnya t-tidak ada―kurasa."

Ia menautkan alisnya, lalu berucap, "Kurasa? Hm."

Ia bergumam lantas memilih untuk berjalan keluar dari ruanganmu. Kau masih menatap pintu tersebut dan berusaha mengingat-ingat sesuatu. Kau hanya mengingat namamu, yah... hanya namamu saja. Selebihnya tidak ada.

Tak berselang lama, pemuda itu datang kembali dengan dokter yang berada di belakangnya. Dokter itu pun memeriksamu dan memberitahu semuanya kepada pemuda itu. Kau bertanya-tanya, apakah pemuda itu adalah keluargamu?

Ia pun berjalan ke arahmu, "Apa kau masih merasa sakit? Kalau ada apa-apa, bilang saja," ucapnya sembari tersenyum.

Kau mengangguk pelan, lalu menatapnya dengan tatapan tanya, "A-apa kau adalah keluargaku?"

"Bukan, aku hanya te―ah, tidak. Aku hanyalah orang yang bertanggung jawab atas kejadian yang menimpamu."

"Kecelakaan?"

"Kau bisa menyebutnya seperti itu."

Kau menautkan alismu dan memberi tatapan bingung lagi. Ia hanya tersenyum ramah. Kau mengeratkan selimutmu. "Na-namamu... siapa?" Tanyamu dengan wajah yang sedikit memerah.

"Asano Gakushuu, terserah kau mau memanggilku apa."

"Shuu..."

"Hm?"

Ia mendekatkan wajahnya padamu membuat wajahmu makin memerah, lalu dengan cepat kau menjauhkan wajahmu dan menggelengkan kepalamu panik. Melihat sifatmu yang sangat berbeda sebelum kejadian itu, membuat Asano hanya bisa terkekeh pelan.

Terlebih lagi, Asano dapat melihat ekspresi baru pada dirimu. Ekspresi yang sangat polos yang sangat berkebalikan dengan sebelumnya. Seolah-olah [Full Name] telah terlahir kembali menjadi orang yang berbeda.

"M-maksudku Asano-san," ujarmu dengan nada yang kecil dan dan wajah yang memerah.

"Tidak apa-apa, panggil Shuu saja kalau kau mau."

Setelah mengatakan hal itu, ia kembali terkekeh pelan. Kau hanya menyembunyikan rona wajahmu dibalik selimut yang kau pakai. Ah... betapa memalukannya suasana sekarang ini.

.
.
.
.
.
.
.
.

Seminggu setelah kau sadar, teman-temanmu yang pernah bersama denganmu saat kelas 3-E datang mengunjungimu. Tak terkecuali mereka berdua. Karena kau lupa ingatan, kau tentu saja tidak mengingat mereka dan juga perasaanmu.

Tapi entah kenapa, kau merasa sakit ketika melihat mereka berdua. Siapa lagi kalau bukan Karma dan Okuda?

Hanya saja kau berusaha untuk tidak memperdulikannya dan menganggap kalau kau merasa kesal karena kau belum mendapatkan pasangan.

"Apa kau benar-benar tidak mengingat sesuatu [Name]?" tanya Hayami yang terlihat khawatir.

Kau menggeleng polos. "Tidak... kurasa?" Jawabmu yang diakhiri dengan gumaman tidak meyakinkan. Semuanya menatapmu sambil memijatkan kepala mereka pasrah, benar-benar sangat berbeda.

[Name] yang dulu adalah orang yang dingin, datar, sinis, dan kadang-kadang kalem berubah menjadi polos, ceria, dan juga kikuk? Wow... Mereka tidak menyangka kalau perubahannya akan seperti ini.

"[Name]-chan, apa kau masih menggambar?" tanya Maehara penasaran.

"Err... Aku masih menggambar? Kurasa, aku tidak bisa deh. Coba lihat sketsaku, Shuu bilang sangat jelek," gerutumu lalu memamerkan sketsa seorang gadis yang berada dalam cermin dan yang satu lagi membelakangi cermin. Entah kenapa suasana dalam cermin terlihat kelam, lalu gadis yang membelakangi cermin itu tersenyum ceria.

"S-shuu?!" teriak yang lain, minus Karma, Hayami dan Chiba. Bahkan Ritsu yang berada di dalam ponsel Takebayashi juga ikut berteriak heboh.

"[Last Name]-san, sejak kapan kau memanggil Asano-kun dengan panggilan seperti itu?" tanya Nagisa yang penasaran, diikuti dengan anggukan dari yang lain.

"S-sejak... uhm, aku lupa." Kau mengalihkan pandanganmu sambik menggaruk pipimu yang tidak gatal.

"Oh ayolah, Masaka... Kalian berdua pacaran?" goda Nakamura sambik memamerkan smirk-nya. Wajahmu memerah lalu dengan cepat kau menutupi wajahmu dengan selimutmu.

"P-pacaran? Tentu saja tidak, lagipula Shuu sudah punya orang yang disukainya. Aku tidak tau itu siapa sih..."

"Jadi, kau benar-benar menyukainya?" tanya Okajima yang mulai ikut-ikutan.

Kau menganggukkan kepalamu lalu tersenyum tipis, Karma yang melihatmu, membulatkan irisnya kemudian menatapmu tidak suka.

"Tentu saja, Shuu sudah seperti kakak bagiku. Bahkan dialah yang membelikan peralatan menggambar padaku."

Mereka yang awalnya mendengarkan serius, lalu tiba-tiba ber-facepalm ria. Sedangkan Asano yang sedang menguping di luar, mendecih sebal.

Seperti kakak bagiku. Kata-kata itu terngiang-ngiang di kepala Asano.

"[Name]-chan, yang serius dong," keluh Yada.

"Eh? Aku serius kok."

"Hee~? Kau ini pandai sekali berakting yah? Apa kau ketularan si lipan itu?" sahut Karma yang mulai kesal dengan sifat polos yang menurutnya hanya pura-pura.

Semua mata menatap Karma dengan tatapan bingung, begitu juga kau. Hayami menatap Karma dengan tatapan sinis. Karma menganggap kalau kau hanya berpura-pura saja.

"Apa maksudmu Akabane-kun?" tanyamu bingung.

Karma hanya memutar irisnya malas, lalu menyeringai, "Tidak, aku hanya bercanda saja~ ayo Manami-chan," ajaknya lalu menggandeng Okuda keluar.

Saat melihat Karma yang menggandeng tangan Okuda, entah kenapa kau merasa sangat sedih. Tapi, kau tidak menunjukkannya dan tiba-tiba wajahmu jadi berubah dingin.

Hayami yang menyadarinya langsung menjitak kepalamu.

"I-ittai! H-hayami-chan... kenapa kau menjitakku sih?" gerutumu sambil mengelus-elus kepalamu.

"Ada serangga yang terbang di atas kepalamu, jadi aku memukulnya." Hayami membalas dengan enteng.

"H-hidoi... Padahal kau bisa menepuknya saja."

Yang lain hanya bisa tertawa melihat tingkah kalian berdua. Kau masih mengelus kepalamu yang jadi korban oleh serangga tak terlihat, sedangkan Hayami berpikir kalau Karma sepertinya tengah kesal padamu.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Hari yang kau tunggu-tunggu akhirnya tiba, hari dimana kau akan keluar dari rumah sakit. Orangtuamu tidak membiarkanmu untuk pergi sekolah terlebih dahulu. Mereka bilang kalau kau telah punya guru yang hebat.

Dan orang yang dimaksud orangtuamu adalah Asano. Entah kau harus merasa senang karena bisa lebih lama dengan Asano atau kau harus merasa kesal karena kau tidak bisa sekolah dan bertemu dengan teman-temanmu.

Yang jelas, kau harus menerimanya.

"[Name], apa kau mendengarku?" tanya Asano dengan wajah yang khawatir.

"H-hah? Oh... i-iya maaf."

"Melamun lagi?"

Kau menganggukkan kepalamu lalu menopang dagumu malas, "Aku ingin jalan-jalan Shuu... bisa kita keluar sebentar?" Pintamu.

Asano menutup matanya kemudian membukanya dan menatapmu, Ia menggeleng pelan lalu melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda. Sepertinya itu dokumen OSIS.

Mendengar jawaban dari Asano, kau menatap kesal padanya dan mengerucutkan bibirmu.

"Uhh... Aku ingin pergi ke luar...," gumammu sedih, kau menatapnya dengan puppy eyes-mu. Asano merasa risih dengan tatapan memohonmu itu. Oh, ayolah, siapa yang tidak tahan dengan tatapan seperti itu?

Asano menghela nafas, lalu melonggarkan dasinya, "Hanya sebentar saja dan kali ini, aku akan mengawasimu," ujarnya pasrah.

Kau mengerjapkan mata dan menatapnya berbinar. Wah, pendirian seorang Asano Gakushuu goyah hanya karena tatapan memohonmu.

"Wah! Shuu baik! Ehehe~" Kau menyengir lebar, sedangkan Asano hanya tersenyum tipis menatapmu.

.
.
.

Asano mendengus sebal ketika kau memilih sungai untuk menjadi tempat jalan-jalanmu. Bagamana tidak kesal? Asano mengajakmu ke taman bermain bahkan ke mall, tapi tidak kau indahkan dan malah berjalan-jalan dengan ceria menuju sungai yang terletak tak jauh dari sekitar rumahmu.

Sebenarnya ia tidak kesal, melainkan takut jika kau pergi ke tempat itu. Yah, tempat dimana kau kehilangan ingatanmu.

"Shuu! Kesini! Airnya dingin, lho!"

Asano melihatmu yang tengah bermain air. Kau mencelupkan kakimu di pinggir sungai, melepas sepatumu dan mengangkat sebagian rokmu. Kau bermain layaknya anak kecil.

"A-ah... Nee-san?" Sebuah suara menyadarkan kalian berdua. Kau dan Asano menoleh pada sumber suara dan mendapati sebuah gadis kecil yang memakai jepitan di kedua sisi poninya.

"Eh? Wah... Kau manis~ siapa namamu?" tanyamu yang sudah berdiri dan menatap berbinar gadis kecil itu.

"Kumiko desu! Ah... terimakasih karena telah menolongku! M-maaf, aku belum mengucapkan terimakasih dan menjengukmu di rumah sakit," ujarnya merasa bersalah lalu membungkukkan badannya.

Kau memiringkan kepalamu, menatap bingung wajahnya. Sedangkan Asano hanya memasang fake smile-nya terhadap Kumiko. Yah, dia sedikit merasa risih ketika gadis kecil ini muncul. Entah karena alasan gadis ini lah penyebab kau hilang ingatan atau memang karena alasan lain.

"Sudahlah, tidak apa. Kumiko-chan. Walau... aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan."

Kumiko menatap kalian berdua lalu tersenyum jahil, "Arigatou karena nee-san sudah memaafkan Kumi. Uhm... ngomong-ngomong kalian berdua serasi lho~" ujarnya dengan wajah yang dibuat-buat polos.

Wajah kalian berdua memerah, lalu dengan cepat, kalian memalingkan wajah masing-masing. Kumiko hanya menyeringai. Ternyata ini anak jahil juga yah...

"Kami hanya sebatas teman, Kumiko-chan," elakmu dengan wajah yang masih memerah.

Kau mengalihkan pandanganmu lalu seringaian di wajahmu kian melebar. "Hee~ hontou? Tapi aku daritadi melihat nii-san yang menatap nee-san dengan tatapan 'wah-dia-imut-sekali' nante."

Asano yang mendengar Kumiko berbicara seperti itu langsung memasang wajah sok ramah dengan senyum menyeramkan. Kau yang mengetahui aura membunuh Asano hanya bisa menegak ludah.

"Hei, gadis kecil. Bisa―Itta! [Name], kau apa-apaan sih?" Kau menyikut lengan Asano yang membuatnya mengaduh pelan. Dilihatnya, Kumiko yang memasang ekspresi ingin menangis. Mungkin karena, aura membunuh Asano dan bagaimanapun juga, Kumiko hanyalah anak berusia 9 tahun.

"M-maafkan nii-san ya, Kumiko-chan?"

Kau langsung memeluk Kumiko berusaha untuk menenangkannya. Sedangkan Asano, hanya bisa membelalak ketika melihat Kumiko yang tersenyum miring. Tentu saja, kau tidak menyadarinya.

'Ternyata benar firasat burukku,' batin Asano kesal.

"Oh, aku harus cepat ke rumah baka onii-san. Oh iya, nii-san ganbare! Kalau begitu, nii-san dan nee-san, mata ne!"

Kumiko pun berjalan meninggalkan kalian berdua. Hening menyelimuti keadaan. Kalian berdua masih memikirkan perkataan Kumiko yang mengatakan kalau kalian berdua itu cocok.

"Shuu... sebaiknya kita pulang bukan?"

"Yah, kau benar dan lain kali, jangan sampai bertemu dengan gadis kecil itu. Dia berbahaya."

Kau hanya sweatdrop melihat wajah Asano yang mengeluarkan aura mengerikan. Mencoba mengabaikannya, kau pun berjalan duluan dan diikuti oleh Asano dibelakang.

.
.
.
.
.
.

Kau terbangun ketika mendapati ponselmu yang bergetar. Awalnya kau mengira itu adalah Asano, tapi itu tidak sesuai harapanmu ketika kau melihat nomor yang tertera di layar handphone. Sebuah nomor tanpa nama.

"Uhm... moshi-moshi?" sapamu dengan nada yang pelan.

"Ah! [Name]-chan, kau sudah bangun~?" tanya suara di sebrang sana. Tunggu... kau mengenal suara ini, jangan bilang kalau...

"Ini Karma ya?"

"Hee~ apa kontakmu juga ikut hilang ingatan ya~?"

"A-ah... Sepertinya begitu. Shuu menghapus beberapa nomor di kontakku minggu lalu."

Mendengar jawabanmu yang tidak sesuai dugaan, apalagi menyebut nama Asano dengan santainya. Karma hanya bisa sweatdrop dan tersenyum masam.

"Oh ya, hari ini sepupuku berulang tahun dan aku mengajak seluruh kelas E termasuk kau. Datanglah siang ini dirumahku."

"Begitu ya? Apa boleh kuajak Shuu?"

"Ya ya, terserahmu lah~ Ok, kalau begitu jaa ne~"

Karma pun mematikan sambungannya. Kau pun mencoba menghubungi Asano dan mengajaknya. Dengan senang hati, Asano menerimanya walaupun ia sembunyikan dengan nada datarnya.

.
.
.

Tibalah kau dan Asano di rumah Karma. Untung saja, Asano tau dimana letak rumahnya dengan informasi dari google map. Kalian berdua pun masuk dan disambut oleh tuan rumah yaitu Karma. Walaupun Okuda juga ikut menemani.

"Hee~ jadi si anak lipan ini ikut datang ya~"

"Aku datang karena [Name] mengajakku."

Dan terjadilah percikan listrik diantara mereka berdua. Sedangkan kau dan Okuda hanya bisa diam. Tiba-tiba dari belakang, kau mendengar suara anak kecil yang familiar yang sedang tertawa dengan lainnya.

"Ah! Nee-san dan nii-san?! Kita ketemu lagi!"

Kumiko, gadis itu. Berjalan dengan langkah semangat dan memelukmu. Asano menatap horror padamu sedangkan Karma hanya mengerjapkan matanya bingung.

"Kumi-chan kenal dengan mereka?"

"Tentu saja! Nee-san yang menyelamatkanku waktu aku hampir tenggelam di sungai. Lalu, nii-san ini kan pacarnya nee-san."

1 detik

2 detik

3 detik

4 detik

5 de

"WHAT THE?!" Seluruhnya berteriak kecuali kau, Asano, Karma dan beberapa anak kalem lainnya.

"Oi sejak kapan?!" tanya Maehara dengan wajah tak percaya.

"[Name], mana PJ-nya?"

"Gah! [Last Name]-chan harus diselamatkan!" seru Okajima yang layaknya menangis darah.

"Diamlah kau si playboy dan si hentai, atau kumasukkan wasabi ke dalam hidung kalian," ujar Kumiko datar dan membuat mereka berdua yang paling berisik itu akhirnya diam.

"Hahaha, tidak sia-sia kau kudidik."

Karma berujar dengan tawa yang ditahannya sambil menepuk-nepuk kepala Kumiko. Semua mata mengarah pada Karma dan mereka hanya bisa facepalm.

"K-kami tidak pacaran!" sanggahmu dengan wajah yang memerah.

"Sudah akui saja [Name]-chan~ Kau berpacaran dengan si lipan ini kan~?" Kali ini giliran Karma yang menyahut. Sedangkan kau dan Asano hanya bisa menunduk, menahan malu kalian.

"[Last Name], apa benar kau dan Asano berpacaran?" tanya Hayami dengan nada menyelidik.

"Ha'i! Stop! Sekarang kita akan merayakan ulang tahunku! Cake-ku mana Okuda-nee?" tanya Kumiko pada Okuda yang sedari tadi diam.

"E-eh... A-ada didalam, tunggu sebentar. A-akan kuambilkan."

Okuda pun sedikit berlari kecil menuju dapur dan diikuti dengan Karma. Kumiko melirik ke arahmu dan Asano yang masih ber-blushing ria. Ia mempotkan bibirnya lalu menarik tangan kalian berdua.

"Nee-san dan nii-san, acaranya sudah mau dimulai loh~"

Kalian berdua pun duduk dengan Kumiko sebagai penengah. Posisi kalian seperti orangtua dan anaknya. Kue tart berukuran besar yang dilumuri keju juga vanilla itu pun datang.

"Ah, arigatou Okuda-nee!" Ujar Kumiko sambil nyengir ria. Okuda hanya membalasnya dengan anggukan dan senyuman tipis.

.
.
.

Setelah acara tiup lilin, tibalah saatnya pemotongan kue. Kumiko menyeringai ketika melihat kalian berdua yang malu-malu. Terlebih lagi, wajah Asano yang benar-benar merah.

"Kumiko-chan, b-biar aku saja yang memotong kuenya." Okuda panik ketika melihat Kumiko yang membawa pisau.

"Kumiko-chan, itu berbahaya lho," sahutmu ketika melihat anak itu.

"Hee? Tapi kan aku masih mau bermain-main dengan pisau ini." Mendengar perkataan Kumiko, semuanya hanya bisa sweatdrop. Sedangkan Karma hanya terkekeh pelan.

"Kau, anak kecil tidak boleh main benda tajam." Asano yang mulai kesal dengan sikap Kumiko.

"Hoo... Baiklah. Aku akan memberikannya pada nii-san, dengan satu syarat."

"Apa itu?" tanya Asano tidak sabaran. Kumiko menyeringai. Firasat Asano kali ini sangat buruk tentang apa yang ada di pikiran anak ini.

"Nii-san harus... menyatakan perasaan nii-san pada [Name]-nee-san!"




Krik krik


"EH?!"

Asano men-deathglare Kumiko, "Apapun selain itu. Lagipula, mana mungkin aku menyukainya!" bentak Asano kesal. Sedangkan kau hanya menatap Asano dengan tatapan sedih.

"Shuu? Kau membenciku ya?" tanyamu padanya. Asano menoleh kepadamu dan menatapmu dengan tatapan panik.

"[N-name], aku hanya―"

"Ah, aku pergi keluar dulu yaaa. Ingin mencari udara segar, tidak apa-apa kok Shuu. Aku juga tidak memikirkannya," ujarmu yang menahan tangis dan berjalan pergi keluar. Suasana tiba-tiba hening. Ditambah lagi, Shuu sepertinya terkena depresi.

Chop!

"Ittai! Apa yang kau lakukan Baka-nii-san?!" rengek Kumiko. Karma menatap ke arah pintu.

"Seharusnya kau tidak boleh mencampuri urusan orang lain Kumiko." Karma berujar, Kumiko hanya menatap datar Karma.

"Kau juga akan menyesal Karma-nii, karna telah menyia-nyiakan gadis sepertinya," gumam Kumiko pelan.

"Hee~? Kau bilang apa tadi?"

"Bukan apa-apa."

Kumiko hanya tersenyum misterius lalu menatap kearah Asano yang masih diam.

"Nii-san, harusnya kau mengejarnya lho~ Heh, dimana-mana gadis itu maunya ditenangkan―ittai!" pekik Kumiko saat Nakamura menjitaknya.

"Kenapa daritadi kalian menjitakku, sih?"

"Sudah diam saja Kumiko-chan." Kumiko hanya mengelus kepalanya. Lalu menatap Asano dengan tatapan tanya.

"Jadi? Apa kau akan mengejar―"

Asano pun pergi tanpa mengucapkan apa pun. Mereka semua hanya bisa sweatdrop. Kumiko hanya bisa facepalm melihat si tsundere itu.

"Sifat Asano saat jatuh cinta itu berbeda sekali ya...," gumam Karma.

.
.
.
.
.
.
.

Kau berjalan-jalan di sungai lagi, entah kenapa kau sangat suka melihat aliran air itu. Ada sesuatu yang familiar yang kau rasakan sekaligus nyaman. Kau mendesah pelan ketika mengingat perkataan Asano tadi.

"Hhh, apa Shuu membenciku karna aku terlalu kekanakan?"

"Apa aku harus bersikap dingin agar semua orang tidak―"

"Aku tidak membencimu, [Name]."

Suara itu, adalah suara Asano. Kau menoleh dan benar saja, irismu mendapati sosoknya yang tengah mengatur nafasnya.

"Shuu? Kenapa kau bisa tau aku kesini?" Tanyamu. Asano tersenyum seperti biasa,

"Entahlah, firasatku mengatakan kau disini."

Suasana tiba-tiba hening, kau dan Asano diam satu sama lain. Canggung. Kau masih saja memikirkan perkataan Asano, "Apa... kau benar-benar tidak membenciku?"

"Tentu saja, a-aku hanya merasa kesal."

"Kesal?"

Kau memiringkan kepalamu menatap Asano, Ia memalingkan wajahnya dan menutup wajahnya dengan tangan kanannya.

"Aku merasa kesal karna aku tidak bisa menjadi sosok yang berarti bagimu."

"Eh? Tapi, kau sudah kuang―"

"Kakak, aku tau itu. Maksudku, hubungan yang lain. Sebelum kau lupa ingatan, kau... Menyukai Akabane."

"Tapi, aku menyukaimu, [Name]," sambung Asano sambil tersenyum masam, kau membelalak karna baru pertama kali melihat Asano yan seperti itu. Asano yang kau kenal adalah orang yang... Kalian tau lah.

"Sou ka, pantas saja saat aku melihat Karma dan Okuda bersama... dadaku terasa sakit. Aku juga tidak bisa mengacaukan hubungan mereka." Kau ikut tersenyum masam. Kau pun menepuk pipimu dan menatapnya sambil tersenyum.

"Saat kukira kau membenciku, rasanya lebih sakit. Apa... aku menyukaimu?"

Asano menyentil dahimu lalu tersenyum, "Aku juga tidak tau, tapi... sebelum ingatanmu dan juga perasaanmu kembali, aku akan menumbuhkan perasaan itu padamu [Name]. Bahkan lebih besar dari perasaanmu pada Akabane sebelumnya."

"Eh?"

Asano tersenyum lalu menggandeng tanganmu, "Kali ini aku diberikan kesempatan untuk membuatmu menyuka―ah, tidak mencintaiku. Karna itu, aku akan memanfaatkannya dengan baik."

Dan akhirnya, kalian berdua pun berjalan menuju rumah Karma kembali.



❅END❅

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro