Black Room
Black Room
Tokyo Revenger © Ken Wakui
Yandere! Sano Manjiro × Reader
Warn! OOC, manipulative, etc.
Story © Nikishima Kumiko
.
.
.
Sudah berapa lama aku berada dalam ruangan gelap gulita ini? Rasanya, aku tak tahu lagi. Semenjak kematian Emma dan berbagai sosok terkasihnya, pemuda pirang yang merupakan teman masa kecilku mulai berubahーoh, atau memang dia hanya mengeluarkan inner sebenarnya yang ia tahan selama ini?
Entahlah.
Badanku terkulai lemas, terbaring selama detik demi detik, berjam-jam, dan hari demi hari. Aku bahkan sudah tak mengingat betapa hangatnya sinar mentari. Ia mengikat kedua tangan juga kakiku, seolah aku adalah tawanan yang dapat kabur kapan saja. Tepat di saat aku memikirkan sosoknya, pintu kamar berderit perlahan, menampakkan pemuda dengan helaian rambut pirang serta kantung mata.
"Hei, selamat pagi, [Name]-chin," sapa Mikey dengan suara khas, namun tak bersemangat.
Ah, sudah berganti hari ternyata.
Di tangannya terdapat omelette dan segelas susu, sarapan untukku hari ini. Aku mengerjap, menatapnya dengan kesal. Tetapi, ia sama sekali tidak memperdulikan apa yang kurasakan dalam ruangan kamar yang seperti sel tahanan ini.
Mikey mengambil tempat, duduk di samping kasurku. Lantas, ia menaruh makanan tersebut pada atas meja kecil yang berada di seprai. Aku mendelik, ingin mengangkat suara, hanya saja ia memotongnya terlebih dahulu, "Aku tahu tatapan tak suka itu, kok. Tapi ... [Name]-chin, di luar sana terlalu berbahaya untuk gadis lemah dan tak berdaya sepertimu? Apa kau ingin berakhir seperti Emma dan yang lain?"
Sosok di hadapanku saat ini, bertanya dengan penuh penekanan dan intimidasi. Ia mencengkram tanganku sangat kuat, seolah mampu mematahkannya kapan saja.
"Kau mengancamku atau memang benar-benar khawatir padaku, Mikey-kun?" tanyaku dengan nada lemah. Jujur saja, aku merasa kesal karena diperlakukan seperti hewan peliharaan baginya. Meskipun begitu, aku paham akan mental Mikey yang perlahan terkikis akibat kehilangan orang yang disayanginya, satu persatu.
Aku tak ingin dia jatuh lebih dalam lagi. Jika saja, tidak ada yang pernah memulai aksi geng ini. Apakah hidupnya akan lebih damai?
"Hm, anggap saja dua-duanya."
Ia menjawab dengan enggan. Tak ada lagi celah untuk bernegosiasi. Namun, aku tak gentar dan kembali membuka mulut, "Mikey-kun, aku tahu kalau kita ini teman masa kecil. Tapi, apa kau perlu untuk mengikatku seperti ini?"
"Oh, kau ingin berjalan-jalan lagi? Tak masalah, kalau itu maumu. Hanya saja, kau tidak boleh lari dariku seperti terakhir kali pada waktu itu, [Name]-chin," tuturnya tak terima. Irisnya terlihat kian menggelap, mungkin akibat minimnya pencahayaan pada ruangan ini.
"Waktu itu, aku tidak lari. Ada kucing yang terluka, jadi aku keluar dari batas perjanjian."
Aku menghela napas. Beruntung saja, kewarasanku masih berada pada tempatnya. Aku bahkan sedikit takut, akan ketenanganku pada kondisi ini.
Terkadang, ketika hanya berdua seperti ini, Mikey bersikap kekanakan seperti dulu. Lain hal ketika bawahannya datang bersamanya, ia akan bersikap dingin dan seolah tak mempunyai emosi. Organisasi yang ia tempati adalah sebuah organisasi berbahaya, terlibat berbagai skandal ilegal.
Ketika ia berubah, aku, Chifuyu, dan Takemichi tidak bisa menghubunginya. Aku dan Chifuyu sampai sepakat untuk tidak mendekatinya langsung. Meskipun, kami ingin menyelamatkannya. Tapi, setahun yang lalu, ia menyergap dan mengurungku dalam ruangan ini tanpa kepastian.
Lagipula, memang alasan apa yang mendasari dia untuk mengurungku?
Tangannya mulai menyuapiku dan aku membuka mulut, menerima dengan keadaan sedikit terpaksa. Mau tak mau, aku membutuhkan energi untuk tetap hidup. Bagaimana aku bisa makan sendiri kalau diikat kuat seperti ini? Lalu, Mikey mode marah sangat menyeramkan. Aku hanya berusaha untuk membuat suasana nyaman bagi diriku sendiri.
Setelah menghabiskan sarapan, ia menyimpannya di atas meja. Lalu berbaring di kasurku seenak jidat dan memejamkan mata.
"Kau tidak balik ke atas?" tanyaku dengan suara yang sedikit serak.
Ia tidak membuka kelopak matanya sedikit pun, namun tetap membalas, "Dari mana kau tahu, kalau ini adalah ruangan bawah tanah?"
Senyum miris yang tipis terulas di wajahku, lantas aku melirik, menatap ke arah pintu besi. Lalu, aku menjelaskan dengan nada pelan, "Tidak ada jendela atau ventilasi yang mengarah ke luar. Tiap kali, kau mengizinkanku untuk keluar dari ruangan, pasti kau selalu menutup mataku dengan kain hitam dan kita akan naik elevator, haha."
"Hm, sasuga [Name]-chin."
Aku tidak butuh pujian darimu, saat ini.
Mikey bangun, irisku memperhatikan tatoo naga yang berada di lehernya dengan seksama. Lalu, ia mengeluarkan sebuah boneka kecil berwarna biru muda. Lantas, berniat melemparkannya pada tumpukan boneka di sudut. Namun, dengan cepat aku mencegahnya. Ia terlihat marah, tapi aku tidak peduli.
"Kau ... apa kau melukai seseorang lagi?" tanyaku, cukup geram, meminta penjelasan darinya. Entah kemana semua rasa lemasku pergi. Pemuda itu hanya mengerutkan dahi, memberikan tatapan padaku seolah itu adalah hal biasa. Jari-jemarinya bergerak, menyentuh pipiku, lalu ia menjawab dengan nada rendah, "Ia ingin mengeluarkanmu dari sini, setelah tahu kau dikurung olehku. Jahat sekali, bukan, [Name]-chin? Padahal, dia adalah teman baikmu. Seharusnya, ia tahu apa yang terbaik untukmu."
Teman baik?
Hanya satu sosok yang terlintas di pikiranku saat ini. Tanganku bergetar, tetapi aku tetap mencoba menarik bajunya, "Mikey-kun ... kau tidak membunuh Chifuyu, 'kan?"
"Saa, siapa yang tahu?"
"Jawab aku! Aku sudah menuruti keinginanmu untuk berada di ruangan gelap ini. Tapi, kenapa kau masih melukai mereka?!"
Pemuda di hadapanku ini hanya mengendikkan bahu, lalu mendengkus kasar dan membuang boneka kecil tersebut ke sudut. Sebuah kebiasaan selama setahun ketika telah berhasil melukai orang-orang. Ia pun mendecih, "Tch, harusnya menyiksanya dulu dan tidak langsung melubangi kepala anak itu."
"Gila, kau ... menembak kepala Chifuyu?"
Aku tak habis pikir. Bagaimana bisa ia sekejam itu pada para anggotanya sendiri? Terakhir kali, ia bahkan membunuh Mitsuya. Kalau begitu, apa yang harus kulakukan saat ini agar ia tak melanjutkan aksinya?
Aku ... sangat tak berguna.
Kepalaku menengadah, mendapati iris kelamnya. Aku menertawakan kebodohanku dalam hati. Mau melarikan diri sekarang pun tak ada artinya. Ia lebih kuat dan tak ada lagi teman-temanku di sana. Nampaknya, sosok yang kusayangi ini tak dapat diselamatkan lagi. Tanganku mengepal kuat, melukai telapak hingga berdarah. Ia mengerjap, lantas mencengkram kedua tanganku.
"Hentikan, kau bisa terluka," tuturnya lembut, tetapi tanpa senyuman. Aku memukul wajahnya, menolak kebaikan yang fana tersebut. Ia terdiam sejenak, menemukan irisku yang penuh dengan kebencian. Mikey mendelik, tak suka, "lihat? Mereka sudah tak ada saja, kau masih begini. Bagaimana kalau kau pergi bersama mereka? Haha."
Cengkraman tersebut kian menguat, membuatku mengaduh kesakitan. Namun, Mikey sama sekali tak memperdulikan rasa sakit yang kurasakan. Di saat pergelangan tanganku mulai membiru, barulah ia bangkit dan membuka pintu.
"Diamlah di sini dan jangan kemana-mana, [Name]-chin. Jangan pernah tinggalkan aku. Tak perlu khawatir, aku akan membereskan semuanya. Akan kubuat dunia ini bersih untuk kau tempati," ujarnya seraya mengulas senyum.
Senyum yang dingin.
Sebuah senyum yang mampu membuat bulu kudukku merinding.
Setelah mengatakan kalimat itu, ia menutup pintu, pergi meninggalkanku dalam kesendirian. Lagi, aku hanya bisa menghempaskan diri di atas kasur, bersama dengan gelapnya langit-langit kamar.
Sano Manjiro, kau benar-benar gila.
.
.
.
[END]
Note!
Malam semua, apa kabarnya?
Benar, ini adalah sebuah pelampiasan karena aku nemu artist yang manga cowonya yandere, tapi ratingnya ga aman buatku. Padahal style yang dipunya artist-nya itu cakep banget. Tapi, seluruh work-nya yang cowo yandere itu NSFW. Sayang sekali, aku sudah legal cuman tetap ga mampu baca genre NSFW yang sexualーkecuali gore :')
Terus, aku nulis Mikey walaupun dia bukan oshi karena character-nya kayaknya cocok dengan story di kepalaku.
Ah iya, aku mau bahas mengenai komentar-komentar di chapter sebelumnya pada buku ini. Semua karyaku yang kutulis berupa fiksi, ya. Dalam artian, hanya imajinasi dan beberapa ada sifat character yang diubah agar ceritanya bisa lanjut. Tolong, jangan spread hate di buku ini, apalagi cuman 2D. Kalau kalian ga suka sama chara-nya, hate feelings itu bisa disimpan sendiri, ya :'(
Oke, sampai jumpa bertemu di work selanjutnya!
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro