Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

1 Meter!


1 Meter!
Story © Nikishima_Kumiko

Maehara x Phobia!Reader

Ansatsu Kyoushitu © Yusei Matsui



▪▪▪▪▪▪





"[Name]-chan ohayou!" sapa Kaede, gadis bersurai hijau itu dengan senyum ceria. Kau membalasnya dengan senyum tipis lalu mengangguk.

"Ohayou mo, Kaede!" jawabmu.

Seorang gadis bersurai blonde datang dan menyapa kalian berdua. "Ohayou minna!" sapa Rio.

"Ah... ohayou!" balasmu.

"Ohayou minna!" sapa Isogai dan Maehara pada kalian. Mereka baru saja datang dan Maehara langsung berjalan menuju ke arahmu.

"Me-menjauh dariku Maehara!" usirmu pada maehara yang berada 1 meter darimu.

"Ah iya... Aku lupa. Gomen~ [Name]," ujarnya meminta maaf.

Ya. Kau phobia laki-laki dari kecil. Kalau mereka berada di dekatmu kau akan ketakutan dan badanmu akan gemetar. Jika mereka menyentuhmu maka kau akan pingsan saking ketakutannya.

Alasannya? Sangat sederhana dan bahkan banyak yang tidak mengerti walau mudah dipahami.

Kau phobia pada cowok karena mereka selalu saja menjahilimu. Memberimu serangga, mencoret-coret tugasmu, bahkan mengerjaimu dengan menaruh [Hate Food] di kotak makan siangmu.

Dari situlah kau mulai membenci yang namanya cowok dan menjadi takut pada mereka. Bukan berarti kau itu yuri atau apa.

Yang jelas kau itu phobia cowok.

"Phobiamu belum hilang ya?" tanya Rio padamu, kau mengangguk pelan dengan badan yang bergetar.

Lalu kau berjalan mundur menuju luar kelas dengan perlahan, kau menatap dua cowok bersurai berbeda itu dengan wajah yang sedikit ketakutan sambil menunjuk ke arah mereka. "Pokoknya jangan pernah berbicara pa―"

Ucapanmu terhenti ketika punggungmu menabrak Sugino. Sugino menoleh, dirimu mematung.

Bruk!

"Ah, go"

"Kyaa!"

Kau berlari keluar memotong perkataan Sugino. Sugino mengerjapkan matanya kaget dan bingung.

"Eh? Apa aku berbuat salah padanya?" gumamnya bingung sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Sedangkan yang lain hanya facepalm ria. Kini, kau berada di halaman belakang kelas 3-E, tengah berusaha mengatur nafasmu.

"Aku memang aneh...," ujarmu pelan. Kau merasa tidak pantas berada di masyarakat karena phobiamu itu.

"Yo! menurutku tidak aneh kok," sahut Maehara yang tiba-tiba muncul di sampingmu. Sejak kapan dia punya misdirection kayak Kuroko? Ok, beneran abaikan kali ini.

"Ma-maehara?! Menjauh dariku!" Kau terjatuh karena saking kaget dan takutnya. Maehara hanya nyengir pelan, memasang wajah tak berdosanya.

"Gomen. Tadi aku mengikutimu, kupikir kau pergi kemana."

Kau menghela nafasmu lalu berdiri dan mundur beberapa langkah, berusaha untuk menjauhinya. Kau menatapnya dengan tatapan tanya.

"Kenapa kau mengikutiku?" tanyamu dengan nada menyelidiki.

"Karena tentu saja aku khawatir denganmu [Name]," goda Maehara masih dengan memasang cengirannya.

Perempatan imaginer muncul di dahimu, merasa kesal karena sang playboy ini berusaha menggombalmu. Kau berjalan meninggalkannya, tak mengindahkan panggilannya.

"Jangan mengikutiku Maehara!" bentakmu kesal karena ia juga berjalan mengikuti di belakangmu. Kau berjalan cepat agar Maehara tertinggal di belakangmu. Tapi sayangnya dugaanmu salah, ia malah mempercepat langkahnya dan menyentuh bahumu.

"[Name] tunggu―"

"―A-apa yang kau lakukan...? Hiks..."

"Eh?"

Tiba-tiba kau menangis, badanmu bergetar karena Maehara yang menyentuh bahumu. Maehara panik, tidak tau harus berbuat apa.

Karma yang barusan lewat, menatap kalian berdua dengan tatapan tanya. Terbersit di pikirannya untuk melakukan kejahilan.

"Maehara? Apa yang kau lakukan pada seorang gadis sampai ia menangis~?"

Karma sengaja berteriak agar seluruh murid kelas E mendengarnya. Kebetulan, karena beberapa masih diluar dan berada di dekat halaman belakang sekolah.

Ternyata sampai Koro-sensei yang berada di atap sekolah sambil makan popcorn pun mendengarnya. Sekarang, kau dan Maehara menjadi pusat kerumunan.

"Maehara! Apa yang kau lakukan pada [Name] hah?!" tanya Kataoka galak sambil berkacak pinggang, sedangkan murid perempuan lainnya berusaha menenangkanmu.

"Aku tidak melakukan apa-apa!" elak Maehara.

"Uso! Kalau kau tidak melakukan apa-apa pasti [Name]-chan tidak akan menangis bukan?" tambah Kurahashi.

Kataoka menghela nafas pelan, lalu menatapmu yang masih sesegukan."[Name], apa yang ia lakukan padamu?" tanyanya lembut.

"I-ia... hiks... menyentuh―" Belum sempat kau menyelesaikan perkataanmu, Mereka berteriak kaget.


"HAH?! MENYENTUHMU?!"

"Oi, Maehara! Bahkan aku yang cowok saja belum pernah melakukannya! Sialan kau!" seru Okajima tak terima.

"Maehara~ Aku tidak menyangka kalau kau akan melakukan hal seperti itu pada seorang gadis~" tambah Karma.

"Hiks... Maehara-kun. Sebesar apapun cintamu pada gadis yang kau sukai, kau tidak boleh melakukannya tanpa persetujuannya," seru Koro-sensei dengan berlinang air mata.

Perempatan imaginer muncul di dahi Maehara, kesalahpahaman ini berawal dari Karma.

"AKU HANYA MENEPUK BAHUNYA SAJA OK?!"

Habis sudah kesabaran Maehara, dia disemprot habis-habisan oleh satu kelas dan biang keroknya adalah Karma. Mereka mengerjapkan matanya lalu menatapmu yang sudah berhenti menangis.

Kau mengangguk mengiyakan.

"Heh~ kupikir tadi akan lebih seru lagi~" ujar Karma acuh sambil mengangkat bahunya. Memasang wajah tak bersalah.

"Aku tadi ingin bilang Maehara menyentuh bahuku, tapi kalian sudah terlanjur berteriak," ujarmu dengan wajah tak berdosa.

Doong~

"Setidaknya beritahu kami dulu [Name], kan kasihan Maehara sudah dimarahi habis-habisan," sahut Isogai yang nampaknya kasihan dengan teman baiknya itu.

Kau melirik kearah lain. "Gomen, Aku hanya ingin memberi pelajaran ke Maehara agar ia tidak berani menepuk bahuku lagi." Kau berujar datar sekaligus tak berperasaan.

Yang lainnya pun mendapat pelajaran tambahan hari ini mengenai karaktermu. Jangan membuat [Name] kesal karena ia akan membalasmu berkali-kali lipat.

"Oh, soal yang tadi. Aku minta maaf Ma-maehara. Aku hanya kesal karena kau daritadi mengikutiku."

"Lalu kenapa kau menangis?" tanya Nagisa bingung.

"Itu hanya respon dari phobiaku. Kalau aku tidak pingsan atau kaget berlebihan saat laki-laki menyentuhku, aku akan menangis," ujarmu santai. Yang lain hanya mengangguk mengerti.

"Po-pokoknya jangan pernah berbicara padaku atau menyentuhku lagi. Bahkan untuk berbicara seperti ini, aku membutuhkan keberanian yang lebih. Kalau begitu, a-aku akan masuk," ujarmu lalu meninggalkan yang lain.

Yang lainnya menatap Maehara yang terlihat murung. Kasihan Maehara, Phobia [Name] menjadi penghalang untuk mendekatinya, pikir mereka.

"Nah, Maehara. Kenapa kau tidak mencoba menyatakan perasaanmu padanya?" usul Isogai.

"Apa ia tidak akan menolakku nantinya?" tanya Maehara.

"Pfft~ Ahaha! Barusan kulihat wajah Maehara seperti ini hanya karena seorang gadis." Karma tertawa terbahak-bahak. Maehara mendelik kesal masih mengingat kejadian tadi adalah karena ulah si iblis ini.

"Yah... Itu tergantung dari [Name] sih, kau berusaha saja untuk mendapatkan hatinya." Isogai memberikan nasehat sambil tersenyum ala ikemen.

'Ikemen da...,' sorak murid kelas 3-E dalam hati.

Kring~


"Baiklah, Minna-san. Kita harus masuk ke kelas. Maehara-kun, nanti sensei juga akan ikut membantu!" ujar Koro-sensei dengan wajah yang berbinar-binar.

Semuanya hanya balas diam dan ber-facepalm ria. 'nih, guru memang ngenes ya,' batin mereka.

Mereka pun masuk, lalu belajar seperti biasanya, walaupun Maehara selalu saja berusaha menoleh ke belakang, berusaha memperhatikanmu.

▪▪▪▪▪▪


Akhirnya bel pulang telah berbunyi, waktu yang paling ditunggu-tunggu para murid terutama Maehara. Sedangkan yang lainnya sepakat untuk bekerja sama dengan meninggalkan kelas dan membiarkan kau dan Maehara hanya berdua saja di kelas.

Tapi, tentu saja mereka mempunyai maksud yang lain. Yaitu mengintip kalian tentunya.

Kau masih duduk di tempatmu, seperti melamunkan sesuatu dan beberapa saat kemudian kau akan menghela nafas. Lalu, kau akan mengulang lagi sikapmu yang sebelumnya.

"Na-nah... [Name]-chan," panggil Maehara.

Kau menoleh lalu mengerjapkan matamu, sedikit takut dengannya. Yah, alasannya hanya satu, karena phobiamu.

"A-ada apa?"

"I-itu―"

"Nah... Maehara, apa kau tidak merasa aneh melihatku?" Kau menyela perkataannya lalu menatap keluar jendela dengan mata yang sendu.

Maehara ikut mengerjapkan matanya heran. "Aneh? Apa yang kau maksud adalah phobiamu?" tanyanya.

Kau mengangguk lalu menunduk dan tersenyum miris. "Ano saa... setiap kali orang melihatku, pasti mereka akan menatapku dengan tatapan yang aneh. Aku juga tidak suka dengan phobia ini. Susah untuk berdekatan dengan laki-laki, aku juga ingin merasakan hidup normal," jelasmu.

"Kau tidak aneh kok! m-menurutku..."

Kau melihat tingkahnya yang gelagapan dan cepat panik itu lalu tertawa kecil. Maehara memalingkan wajahnya yang memerah karena melihatmu yang tertawa seperti itu.

"Soal yang tadi, maaf ya? oh iya, aku ingin memberitahumu rahasia. Tapi, kau tidak boleh membocorkannya ya..."

"Rahasia?"

Kau mengangguk kecil masih dengan senyuman. "Dulu waktu SD, aku menyukai seorang laki-laki. Dia sangat ramah dengan anak perempuan lainnya, itu membuatku sedikit iri. Aku tidak terlalu mengingatnya sih, yang jelas dia itu ramah pada perempuan lain tapi selalu saja menjahiliku." Kau berujar sembari mencoba mengingat masa lalumu dengan dahi yang berkerut karena kesal.

"Aku menyukainya, tapi dia selalu saja menjahiliku. Dan ia sangat keterlaluan, selalu saja memberi hal-hal yang kubenci, bahkan hal yang paling kuingat, dia membuang buku tugasku di sungai. Itu jahat sekali bukan? dia memanggil teman-teman laki-lakinya yang lain untuk ikut menjahiliku. Yah... walau hanya keisengan biasa tapi mulai dari kejadian itulah aku membenci yang namanya cowok, selalu saja menjahiliku padahal aku tidak pernah menjahili mereka."

Maehara yang mendengar itu membulatkan irisnya terkejut. Kau menatap bingung Maehara yang diam tak merespon.

"Ma-maehara...?"

Refleks Maehara berjalan ke arahmu, membuatmu berdiri dari bangku tempat dudukmu dan berjalan mundur. Badanmu bergetar ketika Maehara berusaha mendekatimu.

Tiba-tiba saja, ia memelukmu, membuatmu kaget dengan perlakuannya. Wajahmu memerah dan tubuhmu bergetar hebat karena saking takut dan kagetnya.

"Maaf, [Name]-chan. Anak laki-laki yang menjahilimu waktu itu adalah aku. Maaf karena membuatmu seperti ini."

"E-eh? Kau...?!"

Bruk!

Kau mendorong Maehara sekuat tenaga. Dan menatapnya marah, "Kenapa kau melakukan itu?! hiks... kenapa kau selalu saja menjahiliku saat itu?!" bentakmu dengan air mata yang akan tumpah.

Maehara memalingkan wajahnya. "Karena aku menyukaimu...," gumamnya. Kau membulatkan matamu ketika mendengar gumaman Maehara.

"Kau menyukaiku? B-bodoh... kalau kau menyukaiku kenapa ka―"

"Karena aku tidak tau harus berbuat apa saat itu! Kau orang yang pendiam, satu-satunya cara untuk mendapatkan perhatianmu adalah dengan mengganggumu!!" Maehara berkata dengan nada yang tinggi.

"Kalau be-begitu..."

"Ya... Aku menyukaimu [Name]-chan. Apa kau mau jadi pacarku?" tanyanya serius.

Kau memalingkan wajahmu, lalu mengusap pipimu yang masih berlinang air mata. "Aku hanya akan menerimanya jika kau menyembuhkan phobiaku. I-itu semua salahmu tau."

Maehara mengerjapkan matanya, Menatap tak percaya padamu "Ka-kau menerimaku?! Maji de?!"

"Kubilang jika kau menyembuhkan phobiaku!"

Ia berteriak kesenangan, lalu berusaha mendekatimu, "Me-menjauh dariku! Ka-kau hanya boleh dekat denganku dengan jarak 1 meter," cegahmu.

Ia memperlihatkan cengirannya, "Tenang saja, aku akan menyembuhkannya." Ia berujar ceria. Kau mengangguk lalu menunduk dalam-dalam.

"Kalau begitu, langkah pertama untuk menyembuhkan phobiamu, bagaimana kalau kita pulang bersama?"

"Ta-tapi dengan jarak 1 meter."

"Ha'i ha'i. Saa ikou ka?"

Kau mengangguk dan mengambil tasmu, begitu pula dengan Maehara, dan berakhirlah hari ini dengan kau dan Maehara yang resmi menjadi sepasang kekasih.









Omake :

"Yah... aku tidak menyangka kalau penyebab phobia [Name] adalah Maehara sendiri." Nakamura menyahut dengan wajah yang kecewa.

"Hehe, setidaknya mereka berakhir dengan bahagia bukan?" tanya Isogai disertai kekehan kecil. Sedangkan yang lainnya hanya mengangguk setuju.

"Heh~ padahal kupikir tadi Maehara akan ditolak, terus aku akan meledeknya habis-habisan. Tidak seru." Karma berseru tertahan.

"Memangnya apa sih yang kau harapkan?" tanya Nagisa dan Sugino kompak. Karma hanya membalasnya dengan juluran lidah dan senyum jahil.

"Hm~ ya... aku sih sudah mendapat foto mereka berdua tadi. Jadi aku bisa meledek pasangan yang baru jadian ini, fufu~" seru Nakamura dengan senyum mengerikan.

"Ahaha~ sou da ne~" sahut Karma. Dan mereka berdua pun tertawa mengerikan. Yang lainnya hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan partner in crime ini.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro