Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Forever with you

Semilir angin malam yang dingin menerbangkan beberapa helai merah berantakan tak beraturan, entah kapan terakhir kali ia merapikan rambut dan diri, ia sudah lupa.

Kantung mata terlihat jelas di bawah mata yang menandakan ia sudah tidak tidur selama beberapa hari atau mungkin minggu, bekas air mata yang mengering pun terlihat jelas di pipi pucatnya.

Pikiran dan hati berkecamuk, ia tidak tahu apa yang ingin dia lakukan dan katakan. Dirinya sudah tidak bisa berpikir apapun.

Dia pun sudah tidak bekerja seperti sebelumnya—lebih tepatnya Hiatus. Tidak, dia tidak keluar dari Idolish7—ya mungkin belum untuk saat ini, ia hanya ingin menenangkan diri dari pekerjaan dan media-media yang terus-menerus mengejarnya.

Hamparan laut dengan warna biru malam merefleksikan cahaya bulan terlihat sangat indah di depan mata, namun tetap saja pemandangan indah itu tidak dapat membuat hatinya tenang, walaupun langit sedang cerah dan terlihat banyak bintang sekalipun hal itu tidak membuatnya takjub, tidak ada yang bisa membuatnya senang selain senyuman seorang gadis yang tidak mungkin ia lihat lagi untuk selamanya.

"..Kami-sama..."

Lirihan itu terdengar, memanggil sang pemilik alam semesta dengan nada penuh kesedihan. 

"Jika kau memang ada .. maka... "

Setitik air meluncur bebas di garis pipi yang tampak tirus nan pucat, matanya kembali mengeluarkan air mata padahal ia baru saja menangis sekitar 30 menit yang lalu—ah.. dia lupa, dirinya hampir menangis setiap hari setelah insiden tersebut. Mungkin setelah ini ia akan buta karena terlalu banyak mengeluarkan air mata. 

"... kembalikan Ai ku.. A-aku hanya—"

Ucapan terputus di tengah jalan kala dirinya terbatuk dan nafas mulai tersengal, sepertinya dia akan kambuh.

Yah.. dia tidak peduli lagi dengan kondisi fisiknya yang cukup rapuh, dia sudah tidak peduli dengan paru-parunya yang rentan akan udara malam hari terlebih dirinya kini berada di pantai dimana udaranya sangatlah dingin.

Angin laut pun kembali menerpa wajahnya yang sangat pucat, tangisan semakin jadi di tambah dengan rasa sakit pada dada dan kepalanya.

Isi kepala kembali teringat akan memori menyedihkan sebulan lalu yang mulai menghancurkan hidupnya, peristiwa yang sangat ia sesali.

Andai saja ia tidak memaksa wanita itu untuk menyusulnya, mungkin sekarang ia masih berada di sisinya. Andai saja dia tidak merengek dalam panggilan telepon, mungkin saja wanita itu masih berada di rumah dan menyambutnya saat pulang dengan senyum merekah. Dan andai saja dia mencegah wanita itu pergi dengan menggunakan kendaraan umum, mungkin saja kecelakaan itu tidak akan pernah terjadi.

Andai, andai dan andai. Banyak sekali kata andai yang berada di kepalanya di ikuti dengan penyesalan yang ada dalam lubuk hatinya, berharap kepada sang pencipta alam untuk mengembalikan waktu atau setidaknya membuatnya dapat bertemu dengan wanita itu lagi.

Jika Tuhan dapat mempertemukan dua orang lalu kenapa Tuhan harus memisahkan mereka lagi, banyak orang yang bilang itu sudah kehendak yang maha kuasa, tapi dia tidak menerima kehendak itu.

Tangisannya mulai mereda dengan manik merah yang sudah tidak berkilau itu menatap ke arah laut gelap, sakit di kepala semakin menjadi di tambah sesak pada dada yang semakin menjadi. Pandangan mulai sedikit kabur karena terlalu banyak menangis dan matanya terlalu lelah.

Angin pantai pada malam hari terasa sengat dingin seiring waktu semakin larut, rasa dingin itu menembus kulit hingga tulang yang hangat mengenakan kaos tipis berwarna kuning dan celana pendek berwarna coklat. Ia benar-benar lupa untuk mengenakan jaket abu-abu miliknya saat akan keluar tadi, jangankan jaket, ponsel dan dompet saja tidak dia bawa.

Riku pun memejamkan mata, menikmati angin yang menerpa wajahnya kembali dan menghapus air mata yang mengalir di garis pipi walaupun terlihat meninggalkan jejak.

Ia sudah tidak peduli jika dirinya akan mati karena penyakitnya atau mungkin mati kedinginan, itu mungkin akan lebih baik karena ia bisa pergi menemui wanita yang ia cintai disana jika dirinya mati dan mereka tidak akan terpisahkan lagi.

"..Ai-chan..."

Setelah ia menggumamkan nama itu ia merasakan sebuah kehangatan melingkar di sekitar leher, merasa sesuatu hal aneh ia pun membuka mata memastikan tidak ada orang yang ingin berniat aneh padanya.

Ia membuka mata dan terkejut dengan apa yang ia lihat.

Laut dengan yang merefleksikan sinaran bulan kini tidak ada lagi di depannya, semua pemandangan malam di pinggir pantai itu berganti menjadi hamparan taman bunga yang luas dan indah dengan beberapa serangga seperti kupu-kupu yang berterbangan.

Sensasi hangat pada lehernya itu masih terasa, perlahan ia mulai menyentuh lehernya kemudian merasakan dua buah lengan kecil melingkar di leher.

"Riku."

Dengan cepat ia merubah posisi menjadi berlutut, menatap kedua netra Heterochromia dan juga helaian pirang panjang itu. Kedua manik merah itu berkilau seperti akan menangis.

Usapan lembut menyentuh kedua pipi, belaian yang selalu ia rasakan akhirnya dia merasakannya kembali, dengan cepat ia menggenggam tangan itu dengan erat seolah tidak ingin membiarkannya pergi.

Ia pun menundukkan kepala untuk menahan tangisnya.

"Riku baik?"

"..Lebih baik...jika ada Ai-chan.."

Salah satu tangan itu pun mengelus pucuk kepala merahnya lembut, sesekali memainkan beberapa helaiannya seperti yang biasa di lakukan oleh Ai.

Riku hanya diam walau banyak sekali yang ingin di katakan seperti dimana mereka, sedang apa Ai berada di hadapannya saat ini, apa dia tengah tertidur lalu bermimpi.

Jika ini mimpi.. kenapa sentuhannya terasa nyata? Elusan di kepala serta pipi itu tidak seperti dia sedang berada di alam bawah sadar. Genggamannya pada tangan mungil itu juga sangat terasa, hangat dan lembut seperti biasa.

"..mm.. Riku ingin ikut dengan ku?"

Lantas ia mendongak kala mendengar pertanyaan itu, manik merahnya masih berkaca-kaca seperti tadi.

"Kemana?.."

Ai pun mengulas senyum simpul dan lanjut mengelus surai merah itu dengan lembut.

"Tidak kemana-mana—oh. Pertanyaan ku salah, maksudku Riku ingin tetap berada disini?"

"..Disini?.."

"Iya. Di taman bunga ini, disini indah bukan?"

Lelaki itu menganggukkan pelan kepalanya.

Siapa yang tidak terpesona dengan taman bunga yang indah ini, anak kecil pun pasti akan suka berada disini.

"Jaa.. Riku jangan bersedih lagi. Ayo bangun dan bersihkan wajahmu, disini ada sungai kecil yang indah."

Tangan lembut itu menariknya untuk segera bangkit lalu menuntun dirinya menyelusuri taman bunga tersebut.

Dirinya tidak peduli dimana keduanya berada saat ini, jika di tempat itu ada seseorang yang dia cintai maka disanalah dia akan berada bersama orang itu.

Di lubuk hati terdalam ia berdoa kepada Tuhan agar tidak memisahkan mereka untuk kedua kalinya.

‡‡‡‡


"Seorang Idola ternama, Nanase Riku, center dari IDOLiSH7. Di temukan ditepi pantai dalam kondisi tidak bernyawa."

Dan Tuhan pun, mengabulkan keinginan terdalam lelaki tersebut.




~THE END~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro