Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Surprise

Kring ...

Ah, selamat pagi dunia. Pagi yang indah untuk memulai aktivitas harian.

Kakiku bergerak membawa raga untuk ke kamar mandi guna membersihkan diri. Begitu kulit bersentuhan dengan air dingin, perasaan kantuk dan lesu itu hilang lenyap tergantikan oleh kesegaran air yang membasuh.

Selesai urusan membersihkan diri, aku beralih ke kotak surat di depan rumah, memeriksa barangkali ada kiriman untukku hari ini.

Kutemukan sebuah amplop merah darah di dalam kotak besi itu. Sambil berjalan masuk, tanganku dengan lihai membuka amplop, menampilkan kertas putih dengan coretan tinta merah yang hanya membentuk empat buah kata.

BERSIAPLAH.
HARI INI AJALMU.

Mengabaikan surat aneh tanpa pengirim itu, aku memilih untuk meladeni perutku yang keroncongan. Kuperiksa persediaan makanan yang ada di kulkas, lalu berpikir untuk memilih menu sarapan yang hendak kumasak.

Memasak nasi goreng di pagi yang sepi begini sepertinya menyenangkan. Oke, mari kita masak menu itu.

Beberapa tahun hidup sebatang kara membuatku terbiasa untuk memasak. Dengan cekatan tanganku menari bersama peralatan dapur, mengupas serta mencincang bahan-bahan.

Suara tumisan bumbu-bumbu, gesekan antara penggorengan dan spatula, serta wangi masakan yang menggugah selera benar-benar membuatku bahagia.

Ting!

Ah, ada pesan masuk rupanya. Tangan kiriku tergerak membuka pesan tanpa memberi waktu bagi tangan kanan untuk berhenti bekerja.

Siapa gerangan yang mengirimkan pesan pada gadis sebatang kara yang tidak sekolah sepertiku?

Mengecilkan api kompor, mataku melirik ke arah ponsel yang sudah menyala. Ah, rupanya pesan dari pemuda idamanku.

Egi
Hai Sarah. Masih mengingatku? Ini aku, Egi, tetanggamu dulu di kota. Kebetulan aku sedang ada pekerjaan di desamu. Apakah boleh aku berkunjung pagi ini? Tolong balas jika kau tidak keberatan.

Membaca sekilas pesannya, aku dapat menangkap jika dia hendak berkunjung. Ah, rasanya pagi ini tidak bisa memburuk sama sekali. Maka dari itu, aku membalas pesannya tanpa ragu.

Me
Tentu saja! Jika mau, kau bisa datang sedikit pagi. Ayo kita sarapan bersama, aku akan memasak nasi goreng kesukaanmu untuk sarapan.

Lagi, tanganku bergerak lincah. Kali ini, tangan kiriku menyimpan ponsel sementara tangan kanan mematikan kompor. Setelahnya, aku kembali bekerja dengan peralatan masak, menambah jumlah masakan hingga cukup untuk dimakan berdua.

Selesai menata makanan, bel berbunyi. Dengan gerakan tergesa aku melepas celemek dan membuka pintu.

Kosong.

Hey, apakah ini ulah iseng tetangga sebelah? Ataukah ini ulah binatang yang bermain bel seperti biasa?

Tidak ada orang di sini. Sama sekali tidak ada. Bahkan setelah kepalaku melongok keluar untuk melihat lingkungan sekitar dengan lebih teliti sekalipun, lingkungan masih sepi tanpa orang.

Ah, sudahlah. Lupakan saja.

Aku berbalik, melangkah ke kamar untuk berganti pakaian serta merias diri. Selesai dengan penampilan, fokusku beralih, bergerak menyapu serta mengepel.

Nah, sekarang rumah ini sudah bersih. Oke, waktunya kembali ke ruang makan untuk menunggu Egi, pemuda idamanku.

Sejam, dua jam, tiga jam berlalu. Astaga, dia lama sekali. Tanganku bergerak mengoperasikan ponsel, mengiriminya pesan.

Me
Egi, apa kau masih lama?

Tidak ada balasan.

Ini aneh. Kalian tahu, nomor yang sejam lalu masih aktif sosial medianya, kini sudah tidak terdaftar lagi tepat setelah aku mengirim pesan.

Ada apa dengannya? Ini tidak mungkin masalah sinyal, buktinya ponselku masih bisa beroperasi dengan lancar. Dia tidak kecopetan atau lainnya bukan?

Ah, jangan berburuk sangka. Dia kan, ahli beladiri. Untuk apa aku khawatir? Lebih baik aku bermain ponsel sambil menunggu.

Argh ... ini keterlaluan! Hati sudah terlalu siang untuk menyebut sepiring nasi goreng dingin ini sebagai sarapan. Matahari sudah tidak malu-malu menerangi bumi, justru kini tampak sengaja berpedar terang untuk membuat semua makhluk kepanasan.

Tidak kuat menahan lapar, aku memilih untuk sarapan terlebih dahulu. Ah ... tidak, ini bukan sarapan. Ini makan siang.

Tidak masalah. Aku lapar. Kurasa sudah cukup aku menunggu. Biarlah dia sarapan sendiri nanti.

Satu suap, kepalaku mulai pusing. Dua suap, indra perasaku mulai bermasalah. Suapan ketiga, aku jatuh lemas.

"Selamat ulang tahun. Semoga kau bisa bertemu keluargamu di surga." Suara itu. Suara lembut pemuda idamanku menjadi yang terakhir kudengar sebelum kegelapan menyerang.

632 kata
16 Mei 2021

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro