Day 5 - Berbebar
Karin POV
Suasana di lapangan sekolah sekarang begitu ramai. Banyak siswa dan siswi berseragam yang berbebar bagaikan anak ayam kehilangan induknya. Mereka bertingkah seolah tak mengingat umur.
Sesekali, aku geleng-geleng kepala melihat aksi mereka. Namun, jujur saja. Itu sedikit menghibur. Terlebih, saat melihat dua teman sekelasku yang kini berada di tepi lapangan dengan botol air mineral di tangan masing-masing. Mereka adalah Ilona dan Zia. Penaksir berat Kak Arga dan Kak Vinsen yang kini tengah bermain basket.
Sudah bukan menjadi rahasia negara bila Ilona menyukai Kak Arga, dan Zia yang begitu mengagumi Kak Vinsen. Sayangnya, sampai sekarang, aku masih belum mendengar gosip bila salah satu dari pasangan itu resmi menjalin hubungan. Informasi terakhir yang kudapat hanyalah mengenai Kak Arga yang ternyata juga mempunyai perasaan terhadap Ilona.
Meskipun aku tidak ikut dalam acara gosip di kelas, informasi yang kudapat selalu valid dan tentunya selalu ter-update. Sebab, aku mempunyai Elina sebagai juru penyebar informasi.
Teringat akan Elina yang tidak disampingku, aku memilih untuk kembali ke kelas dan mencarinya. Niatku, ingin mengajaknya untuk ke kantin bersama. Melihat air mineral dingin yang dipegang oleh Ilona dan Zia, aku mendadak haus.
Aku menoleh ke dalam kelas. Namun, tidak kutemukan batang hidung Elina. Aku mengernyitkan keningku. Kemana perginya gadis itu?
Tadi pagi, kami memang tidak berangkat bersama. Elina bilang, ia diantar oleh Kak Erika. Maka dari itu, aku pergi sendirian. Aku yang tiba di sekolah pada waktu yang mepet, langsung menaruh tas dan segera berbaris untuk mengikuti upacara bendera. Maklum, ini hari Senin.
Selesai upacara, secara berkelompok, kami pergi ke laboratorium, mengingat kelas pertama hari ini adalah biologi. Aku tidak sekelompok bersama Elina. Oleh karena itu, sedari tadi aku belum berbicara sepatah kata pun dengan Elina.
"Ren, lihat Elina, nggak?" tanyaku kepada Siren yang merupakan teman sekelompok Elina pada mata pelajaran biologi.
Siren menggelengkan kepalanya. "Nggak lihat, tuh, Rin. Soalnya, habis praktikum tadi, aku langsung keluar dari lab, dipanggil sama kepsek," jawabnya.
Aku menganggukkan kepalaku dan mengucapkan terima kasih kepada Siren atas informasinya, sekalipun, informasi itu tidak membantu apa-apa dalam pencarian Elina.
Aku berjalan kembali ke koridor, barangkali, ada orang yang bisa kutanyakan tentang Elina.
"Karin!"
Aku menoleh ke sumber suara, mendapati Dodi berjalan menghampiriku.
"Lo pasti lagi nyariin Bebek Cungkring, kan?"
Bebek Cungkring adalah panggilan spesial dari Dodi bagi Elina. Alasannya sederhana. "Elina itu banyak bacotnya. Makanya, gue panggil Bebek. Biar lebih spesial, Bebek Cungkring, sesuai dengan postur tubuh Elina." Begitu jawabnya ketika aku bertanya.
"Iya, Dod. Kamu lihat Elina di mana?"
Dodi tidak menjawab. Ia menuntun pandanganku untuk mengikuti telunjuknya.
"Lab?"
"Sahabat lo lagi boci di lab," jawabnya.
"Bogi?"
"Bobo pagi," ujarnya yang membuat aku melongo.
Sebentar.
Maksud Dodi, Elina ....
Jangan bilang, gadis itu ketiduran di sana!
"Elina ketiduran di lab dari tadi," jelas Dodi yang langsung membuatku bergegas ke laboratorium.
Untuk membangunkan si Bebek Cungkring yang ketiduran di laboratorium!
***
467 words
©vallenciazhng_
December 5, 2021
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro