Day 21 - Berogak-ogak
Karin POV
Aku mengusap kedua bola mataku dengan tangan. Berusaha memastikan bahwa apa yang kulihat sekarang tidaklah salah.
Elina datang ke rumahku setelah beberapa hari kami tidak bersinggungan sama sekali. Apa gadis itu sudah memaafkanku?
"Elina? Kamu ...?"
"Aku datang ke sini karena disuruh bunda. Bunda ngajakin kamu buat ikut camping besok."
Aku meneguk ludahku perlahan. Nada bicara Elina masihlah terkesan ketus kepadaku.
"Kamu masih marah sama aku?"
Ia menggelengkan kepalanya. "Nggak," jawabnya yang membuatku tersenyum.
"Jadi, kamu udah maafin aku?"
"Kamu nggak salah, Rin. Aku yang salah," ucapnya yang membuat aku mengernyitkan kening. Aku yang menangkap sinyal Elina akan bercerita lebih panjang mempersilakan gadis itu untuk duduk di kursi teras.
"Tadi aku ceritain semuanya sama bunda dan kamu tahu apa? Bunda nyalahin aku. Awalnya, aku merasa bahwa bunda itu berpihak sama kamu. Tapi, setelah bunda ngejelasin semuanya, aku sadar bahwa semua ini memang salah aku."
Aku masih bergeming mendengar setiap kalimat yang dilontarkan oleh Elina.
"Aku salah. Aku salah udah minta kamu buat jauhin Glen, hanya karena aku mengagumi dia. Padahal, aku gak punya hak untuk itu. Aku gak punya hak untuk melarang Glen dekat sama gadis manapun termasuk kamu, Karin."
Aku masih setia mendengarkan Elina sampai tangan gadis itu terulur di hadapanku.
Aku menatapnya penuh tanya. Namun, detik berikutnya ia tersenyum dan berkata, "Aku minta maaf, Rin."
Begitu tulus. Hingga aku begitu terhanyut ke dalamnya.
Aku menggelengkan kepalaku kemudian menurunkan tangan Elina. "Kamu gak perlu minta maaf. Kamu gak salah, kok," ucapku.
"Aku paham. Kamu bersikap seperti itu karena kamu begitu mengagumi Glen. Kamu gak mau ada orang yang dekat dengan Glen selain kamu. Iya, kan?"
Kulihat, Elina menganggukkan kepalanya dengan ragu. Ini bukan pertama kalinya Elina jatuh cinta. Namun, entah mengapa, rasanya kali ini ia berbeda. Seolah ia benar-benar jatuh hati pada seorang Glen. Glen Aldrin, si tetangga baru yang mempunyai pesona kuat.
"Lagi pula, aku dan Glen juga gak ada hubungan apa-apa. Aku juga gak suka sama Glen."
"Jadi, kita baikan, nih?" tanyanya dengan perlahan.
"Nggak, aku masih marah sama kamu karena udah usir aku pas hari itu," ucapku yang berniat berogak-ogak. Sayangnya, ia terlalu serius untuk menanggapi ucapanku.
"Bercanda, Elina. Aku gak pernah marah sama kamu, kok." Aku mengangkat tanda peace dengan jariku.
"Serius?" tanyanya yang sepertinya masih ragu.
"Dua rius, Elina sayang."
Dan, setelah itu, kamu berpelukan ala-ala kartun di televisi.
Hari itu, aku dan Elina berbaikan. Tidak ada lagi kesalahpahaman yang mengganjal di antara kami.
***
403 words
©vallenciazhng_
December 21, 2021
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro