Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Day 20 - Perawis

Elina POV

Besok weekend, Ayah berencana untuk camping bersama di puncak. Oleh karena itu, sekarang aku tengah sibuk menyiapkan segala perawis yang akan dibawa pada camping esok hari. Ternyata, bukan hanya aku, ketiga kakakku yang lainnya juga sama sibuknya menyiapkan segala sesuatu.

Maklum, namanya juga perempuan. Bukan perempuan namanya jika tidak dilingkupi segala kerumitan.

"Elina, jangan lupa ajak Karin, ya," ujar Bunda seketika. Aku yang tengah sibuk memilah baju yang akan kupakai saat camping esok, mendongakkan kepala, menatap Bunda yang saat ini berdiri di depanku.

"Ajak Karin juga, Bun?" tanyaku.

"Loh, biasanya juga gitu, kan?"

"Eh, iya, Bun. Nanti Elina ajak," jawabku pada akhirnya, sebelum nantinya Bunda curiga kepadaku.

Ngomong-ngomong perihal Karin, beberapa hari ini, kami tidak bertemu. Selain karena sekolah yang diliburkan dari Kamis hingga Sabtu atas alasan persiapan pembuatan soal ujian, Karin juga tidak menemuiku di rumah. Mungkin, gadis itu merasa tersinggung atas kalimat pengusiranku kemarin-kemarin.

"Elina, kamu ada masalah sama Karin?" tanya Bunda yang sepertinya mulai curiga. Aku tersenyum lantas menggelengkan kepala berusaha menepis segala kecurigaan yang melingkupi isi pikiran Bunda.

"Jangan bohong sama Bunda. Ini Bunda kamu, loh. Orang yang merawat kamu dari kecil, bahkan dari kamu masih ada di kandungan Bunda," ujar Bunda yang membuatku termenung.

Apa aku salah jika menyembunyikan hal ini dari Bunda? Aku hanya tidak ingin Bunda kepikiran dengan masalahku dengan Karin. Sebab, sama seperti Bunda yang menyayangiku dan ketiga kakakku, Bunda juga sangat menyayangi sahabatku satu itu.

"Kamu nggak mau cerita, ya, sama Bunda?" tanya Bunda lagi.

"Iya, Bunda, mau. Elina bakal cerita," ucapku. Kemudian, aku mulai menceritakan semua permasalahanku dengan Karin, tanpa terkecuali. Dimulai dari adanya tetangga baru, rasa kagumku pada Glen, sampai aku yang memergoki kedekatan Glen dan Karin.

"Oh, jadi kalian berantem karena cowok," ujar Bunda menyimpulkan. "Ternyata, anak-anak Bunda udah gede, ya. Bukan lagi berantem karena berebut mainan barbie kayak dulu. Sekarang, berantemnya karena cowok."

Bunda lantas terkekeh.

Aku menatap Bunda dengan lekat. "Bunda, Elina salah, ya, kalau marah sama Karin?"

"Jelas salah." Singkat, namun cukup menohokku. Mengapa sekarang Bunda terkesan berpihak pada Karin?

Bunda yang seolah mampu membaca isi pikiranku lantas kembali bersuara. "Bukannya Bunda berpihak pada Karin. Di sini, Bunda berusaha netral. Karena, yang bermasalah di sini ialah anak kandung Bunda dan sahabatnya anak Bunda yang udah Bunda anggap seperti anak sendiri."

"Bunda paham, Sayang. Ketika kita mengagumi seseorang, kita akan merasa kesal jika melihat orang yang kita kagumi itu dekat dengan orang lain. Itu hal yang wajar, kok. Yang tidak wajar itu ialah kita kesal bahkan marah terhadap orang yang dekat dengan dia," ujar Bunda yang membuatku tertegun.

"Sekarang, Bunda tanya sama kamu. Memangnya, Karin beneran punya hubungan sama Glen?"

Aku menggelengkan kepala.

"Kalau begitu, kenapa kamu harus marah sama Karin?"

Aku hanya bergeming, tidak menjawab pertanyaan Bunda yang barusan.

"Sekalipun benar, Karin dan Glen itu punya hubungan lebih, kamu juga gak berhak untuk marah. Satu hal yang perlu kamu ketahui bahwa perasaan orang itu tidak bisa kita atur, Sayang."

"Tapi, Bun-"

"Sayang, percaya sama Bunda. Jika Glen memang ditakdirkan untuk kamu, sejauh apa pun ia berkelana mencari pelabuhan cintanya, ia pasti akan kembali kepada kamu."

***

513 words
©vallenciazhng_
December 20, 2021

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro