Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

06 | Kesepakatan


Isolda kira bakal memimpikan Kakek dan ancamannya semalam, tetapi dugaannya keliru. Barangkali, misteri yang menyelimuti Katedral maupun Turnamen Persahabatan telah memenangkan rasa penasarannya.

Ia memimpikan hal-hal samar yang tak tercetak jelas. Tentang bisikan-bisikan mengenai Tarikh Daslaenad, hal yang belum Isolda pahami betul maupun raba. Ia sendiri tidak mengerti apa itu. Orang-orang membicarakannya, sehingga Isolda didorong situasi untuk ikut bertanya. Tidak mungkin kalau keturunan Duke Isigalla tidak tahu-menahu soal Tarikh Daslaenad, kan?

Padahal dia memang tidak tahu.

Ia ingat, dari semua alasan yang Kakek beri sebagai pendorong Isolda ikut Turnamen, Tarikh Daslaenad adalah sesuatu yang terselip sekali, tetapi membekas di ingatannya. Mungkin karena Isolda sudah kenyang diberi alasan klasik seperti "Membayar perbuatan ayahmu" atau "Menjaga nama baik keluarga" dan sebagainya, sehingga alasan "Tarikh Daslaenad" terpatri di ingatan.

Sudahlah. Waktunya bangun dulu. Ia beranjak, menyisir rambut dan dikuncir ekor kuda seperti biasa, lalu turun untuk sarapan. Pagi itu membosankan dan tak ada obrolan berarti di antara mereka bertiga, selain niat untuk menghabiskan waktu sendiri-sendiri sebelum turnamen persahabatan antara Qokar dan Qasalon berlangsung nanti.

Baru saja Isolda menyelesaikan sarapan dan berniat mempelajari teknik lagi, ketika terdengar ketukan di pintu menara. Gadis itu mengangkat alis. Siapa?

Pertanyaannya terjawab kala wanita pengetuk tersebut bersuara, suaranya lantang menyeru. "Permisi!"

Kedua mata Isolda membulat. Kenapa suara dan nada itu terdengar agak familiar? Meski begitu, rasa penasaran mendorong Isolda untuk membuka pintu, dan ...

"Miss Lockhart?"

Tak percaya dengan kehadiran gurunya, Isolda tercengang.

Hazel Lockhart, salah satu guru di Akademi di Isigalla, tahu-tahu berdiri di seberang pintu. Matanya yang sewarna laut dangkal menatap Isolda Kais dalam-dalam.

Tanpa basa-basi, pandangan sang guru menyusuri muridnya dari atas ke bawah. "Isolda Kais. Ini yang kamu dapat dari turnamen kemarin?" adalah kata sambutan Hazel yang membuat sang gadis nyaris menciut.

Jika ada sosok lain yang membuatnya agak takut selain Kakek, maka itu gurunya sendiri. Isolda refleks berusaha menyembunyikan bekas luka yang terlihat di lengan, tetapi percuma. Hazel pasti sudah melihat.

Hazel tak menunggu jawaban. Matanya yang sebiru laut mengedar ke balik punggung Isolda.

"Di mana rekan dan mentormu? Saya harus memastikan kondisi kalian sampai bisa kalah turnamen kemarin."

Isolda kehilangan satu detak jantungnya.

Oh.

Tentu saja. Tanpa bertanya pun, Isolda sudah bisa menebak bahwa inilah alasan gurunya mendadak berada di sini. Mata tajam Hazel bahkan langsung menangkap bekas-bekas luka yang mengintip dari balik lengan kemeja.

Isolda menelan ludah. "Ah, um ... mereka ada di dalam. Silakan masuk, Miss." Gadis itu menyingkir untuk memberi akses Hazel masuk.

"Archer! Deon! Ada ... uh, Miss Lockhart!" dengan gugup, Isolda berusaha memanggil nama kedua rekannya yang lain. Kehadiran Hazel selaiknya kehadiran Kakek; Isolda bukanlah gadis sinis dan sok yang biasa dikenal orang-orang lagi.

Tidak. Tampaknya Isolda tidak mampu mempertahankan fasadnya selama beberapa waktu ke depan. Bayangan bahwa berita kekalahan Isigalla pada turnamen hari pertama telah sampai di Kerajaan membuatnya kalang kabut dan lemas.

Kakek pasti sudah tahu.

Archer, disusul oleh Deon, bergegas keluar dari kamar masing-masing. Terpampang jelas di ekpresi keduanya bahwa kehadiran Hazel Lockhart juga tak disangka-sangka.

"Akademi dan kerajaan tidak memberiku kabar tentang kedatangan Anda." Deon menuruni tangga sembari menyambut. "Salam untuk Anda, Senior. Semoga damai Edea bersama Anda. Apakah ada tujuan tertentu Anda dikirim ke Edealunis?"

"Salam. Seharusnya saya yang bertanya tentang kabar kalian semua." Hazel bersedekap, tatapnya begitu sinis. "Pihak kerajaan memang meminta perwakilan dari Akademi untuk memantau langsung begitu mendengar kekalahan telak Isigalla di turnamen pertama."

Isolda menunduk mendengar jawaban Hazel yang menohok. Nadanya yang sama sekali tidak berusaha menyembunyikan emosi dan kekecewaan spontan membuat wajah Isolda memerah.

Perwakilan terbaik Akademi kalah telak di hari pertama?

"Intinya, saya diminta memantau dan memastikan kalian masih bisa membawa nama baik Isigalla Kingdom."

Wajah Deon pun ikut mengeras. "Kalau begitu, ini akan menjadi pembicaraan yang panjang. Silakan duduk dulu, saya akan mengatakan setiap detailnya sebelum pertandingan hari kedua dimulai."

Isolda dan Archer bertukar tatap. Suasana pagi yang semula tenang dan lambat kini mendadak setegang ruang penghakiman. Mereka mengambil tempat duduk, sementara Deon mulai menjelaskan segala hal yang terjadi kemarin.

"Tim Isigalla, bisa saya bilang, terprovokasi dan menghadapi kerugian yang besar saat melawan Qokar. Qokar bisa memperpendek jarak karena mereka cepat dan segera memulai pertarungan, sementara para penyihir seperti kita butuh jarak dan waktu yang cepat," mulai lelaki itu, lantas menjelaskan bahwa Isolda tumbang pertama kali sebelum disusul Archer.

Deon terdiam sejenak, barangkali merenungi perannya sekalian. "Ya, itu juga ada faktor kelalaian dari saya dalam menyusun strategi, meski sebelum itu saya sudah memperbaiki alat sihir Archer dan Isolda, saya lupa memberi arahan bahwa lawan mereka, Qokar, unggul dalam pertarungan jarak dekat." Lelaki berpenutup mata itu lantas menunduk dan meletakkan kedua tangan di atas lututnya.

"Saya minta maaf atas itu."

"Setidaknya, saya jadi tahu kalau ini bukan murni karena perwakilan pilihan akademi lebih payah dari dugaan." Hazel mengembuskan napas. "Tolong pastikan tidak terjadi kesalahan yang sama di turnamen selanjutnya."

"Oleh karena itu," kata Deon sambil mendongak, "bisakah Anda nanti mendampingi Archer saat pertandingan melawan Qasalon nanti?" tanyanya. "Sementara saya dan Isolda harus memastikan sesuatu ... yang saya ragu apakah saya juga harus menceritakan ini pada Anda, Senior Lockhart."

Isolda mengangkat alis. Walau Deon tidak menyebutkannya dengan gamblang, gadis itu mampu menebak apa yang dimaksud sang pendamping. Tarikh Daslaenad. Hal yang membuatnya dan orang-orang penasaran sejak kemarin.

"Rencananya aku akan berkeliling dengan Isolda dan menemui Suster Fantine—suster yang berjaga di taman Katedral. Bisakah Anda dan Archer yang mengamati pertandingan dan menyusun strategi untuk melawan Qasalon? Lalu ... aku juga ingin meminta bantuan, apakah Anda berkenan?" lanjut Deon lagi, tubuhnya masih menghadap ke arah Hazel.

Ada apa dengan Suster Fantine? Batin Isolda. Ia belum pernah menemui suster tersebut, tetapi tampaknya Deon sudah mengenalnya lebih duluan. Entah kapan Deon berkeliling Katedral dan mengenal suster-suster yang ada.

"Bantuan apa?"

"Jika akan terjadi sesuatu di Edealunis, Archer dan Isolda harus diselamatkan terlebih dahulu. Kerajaan juga sebaiknya bersiap-siap, Edealunis sepertinya tengah menyembunyikan sesuatu," jawab Deon.

Isolda membuka mulut, tetapi menutupnya kembali. Biarlah para pendamping dan mentor mereka yang mengobrol. Juga tidak bijak baginya untuk berbicara terlebih dahulu, apalagi menyela. Namun, ucapan Deon membuatnya tergelitik dan resah.

Akankah terjadi sesuatu yang besar di Edealunis?

"Edealunis mungkin menyembunyikan sesuatu seperti kecurigaanku pada Paus dan Father Josue, tapi apakah kau juga menyembunyikan sesuatu dari kami juga, Deon?" Archer tiba-tiba bertanya. Nadanya sinis.

Deon menoleh, tidak langsung menjawab pertanyaan yang ditodongkan dari mulut Archer. "Benar." jawabnya. "Tapi itu kita bahas nanti, salah satu dari kalian harus fokus pada turnamen, dan salah satunya itu adalah kau. Biar aku dan Isolda yang memastikan hal-hal misterius itu."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro