Pisah ?
"Aduh... Sakit perut,"
"Sama, Aidan juga sakit perut..."
Rintihan kedua remaja laki-laki ini menganggu kedua temannya yang sedang mengadu nasip di mimpi.
"Sakit..." rintih Aidan, sambil memegangi perutnya dengan posis tidurnya yang tengkurap.
Beda lagi dengan Attariq yang sudah seperti anjing tidur. Tak lupa dengan ringisannya.
"Berisik!" teriak Devan sambil menutup telinganya dengan bantal yang ada di sampingnya dan melanjutkan tidurnya.
Ia tak mau tidur lapan jamnya terganggu karena teriakan dua pria kesepian itu. Saat ini dia sudah jomblo, sudah saatnya terlihat memesona.
Akhirnya Rajidan yang mengalah melihat aksi Devan yang tidak ada sama sekali. Ia bangkit dari tidurnya. Mengambil obat pereda sakit perut dan mengambil dua cangkir air berisi air hangat.
"Bangun," ucap Rajidan sambil menggoyangkan kedua badan temannya itu.
Aidan dan Attariq serentak bangun dan mengambil obat yang Rajidan berikan.
"Makanya kalau makan, jangan kaya orang gak dikasih makan sama orang tua!" ceramah Rajidan sambil menggelengkan kepalanya.
"Makasih Baba," ucap Aidan pada Rajidan yang masih setia mengawasi dia dan Attariq meminum obat.
Rajidan hanya mengangguk tanpa melanjutkan pembicaraan. Segera setelah Aidan dan Attariq selesai, ia langsung melanjutkan mimpi indahnya yang tertunda.
Lupakan Devan yang sedari tadi sudah mengorok dengan keras.
***
Waktu menunjukkan pukul tiga malam. Dan Attariq sedari tadi menggulingkan kesana-kemari tubuhnya agar tertidur.
Namun akhirnya ia menyerah dan memutuskan untuk keluar membuat coklat panas untuknya sendiri.
Ia melangkah keluar dari kamarnya. Memang, mereka berempat memutuskan untuk bermalam di rumahnya yang sepi dan tak berpenghuni.
Perutnya pun sudah sedikit membaik karena obat yang diberikan oleh Rajidan.
'Tap tap tap'
Langkah kakinya terdengar jelas di rumahnya yang sunyi ini.
Teringat olehnya membawa mantan pacarnya dulu ke dapurnya. Merengek meminta makan. Dan dimasakkan makanan yang simpel.
"Sayang, kamu bukan milik aku lagi," lirih Attariq sambil menatap kompor serta alat-alat yang pernah di sentuh Asta, mantannya.
***
Flashback
Attariq dan ketiga temannya sedang sibuk bercanda gurau dikelasnya. tiba-tiba pacarnya itu memanggilnya untuk ke gudang belakang sekolah.
Attariq yang penasaran, langsung saja bergegas kesana. Meninggalkan ketiga temannya yang kebingungan.
"Asta..." panggil Attariq saat melihat gadis yang disayanginya membelakanginya.
Asta menoleh sendu. Attariq menatapnya bingung.
"Tumben mau berdua-duaan sama aku. Biasanya juga ogah kalo di sekolah." ucap Attariq usil. Asta hanya tersenyum sedih.
Attariq merasa tak enak hati tiba-tiba.
"Dulu, kamu bilang ke aku, kalau aku udah nemu yang lain. Yang bisa ngebuat diri aku lebih baik. Aku boleh mundur jadi pacar kamu, dan milih dia kan?" tanya Asta tiba-tiba.
Attariq kaget. Asta begitu to the point dan tegas.
"Iya." Hanya jawaban singkat itulah yang Attariq berikan pada Asta.
"Aku, udah nemu dia Riq. Maaf," lirih Asta sambil menunduk. Tak kuasa menatap wajah rapuh Attariq.
"Seharusnya kalau udah niat mutusin gue, jangan nunduk." Ucap Attariq sambil memegang dagu Asta agar mau melihatnya.
"Lo harus keliatan lebih berani buat mutusin gue, bukan malah takut nyakitin perasaan gue, bego..." ucap Attariq sambil terkekeh.
"Lo seharusnya juga ga mikirin perasaan gue, karena udah pasti sakit lah. Jadi tanggung bego nyakitinnya..." Attariq menggelengkan kepalanya menatap nyali Asta yang ciut.
"Biasanya juga, kaya macan bunting. Sensi!" lanjut Attariq sambil mengusap pipi Asta yang sedari tadi sudah di aliri aliran irigasi.
Asta terlalu terkejut, mendengar Attariq mengubah bahasanya menjadi gue-lo. Setelah sekian lama dia selalu berbahasa Aku-kamu.
"Siapa orangnya?" tanya Attariq pada Asta.
"Apa?" tanya Asta balik pada Attariq. Takut-takut Attariq malah menggila dihadapan orang itu.
"Yang udah naklukin lo, siapa orangnya." Attariq menatap wajah Asta dengan sesama. Tak lama lagi, senyuman yang biasa gadis ini berikan, bukan lagi untuknya.
"Darren Leonidas," lirih Asta.
"Oh... Anak SMA yang deket bimbel lo itu?" tanya Attariq pada Asta. Asta hanya mengangguk tanpa berbicara.
"Bilang sama dia, dia beruntung ngedapetin cinta elo. Padahal dari dulu gue udah berusaha buat, gue aja yang milikin elo. Tapi kayanya, sekarang perjuangan gue harus berhenti ya?" Attariq tersenyum lagi, hari ini sudah banyak sekali ia tersenyum manis.
"Lo, gak marah?" tanya Asta seperti orang bodoh. Jelas Attariq marah, kecewa, sedih, patah hati, dan segala macam bentuk perasaan berkecamuk tanpa ada rasa bahagia.
"Engga. Itu resiko gue, karena pernah ngomong janji kaya gitu. Sekarang ya gue terima aja. Lagi pula, gue bahagia ngeliat lo bahagia." Ucap Attariq dengan nada santai. Padahal di dalam hatinya bergemuruh. Merutuki dirinya sendiri. Ingin membanting semua yang dilihatnya saat ini juga.
"Dan mungkin ini karma buat gue, pernah jadi playboy ga guna. Mau tobat malah pasangannya yang kabur. Lucu ya?" Attariq terkekeh dengan ucapannya yang sangat menusuk hati Asta.
Kali ini saja, Attariq ingin melihat Asta sakit hati. Attariq tidak jahat bukan?
"Yaudah. Kalo gaada kepentingan lagi, gue pergi ya. Kita udah masuk dari tadi." Attariq baru saja mau melangkahkan kakinya pergi.
Namun tangan Asta menahannya.
"Boleh peluk? Terakhir kalinya aja. Gue, pengen denger detak jantung lo. Sebelum pelukan ini bukan jadi punya gue lagi." Ucap Asta pelan. Namun Attariq dapat mendengarnya.
"Lo yang Mutusin buat pelukan gue, bukan jadi milik lo lagi," Attariq mengucapkan itu dengan datar tanpa ekspresi. Sudah lelah dengan sikap Asta.
"Sorry As, tapi meluk lo malah bikin pertahanan gue bakal runtuh. Gue harap lo bahagia." ucap Attariq sambil berjalan dengan tenang keluar.
Asta terisak. Memang ini salahnya. Namun bagaimana? Ia mencintai pacarnya yang sekarang. Walaupun ia masih menyayangi mantan pacarnya itu.
Flashback off
***
Attariq menghela napas beratnya. Harusnya, dulu ia menerima permintaan Asta dulu untuk memeluknya.
Namun ia takut akan menangis saat memeluk Asta saat itu. Karena setelah dari gudang itu, Attariq memilih untuk pergi dari sekolah dan menangis sepuasnya di tempat yang sepi dan aman.
Ia salah karena terlalu menyayangi Asta. Bahkan sampai saat ini.
Ada sedikit perasaan sayang saat melihat Asta lewat di timeline instagramnya.
"Semoga gue nemu yang lebih bar-bar dari lu, As. Gue kangen pengen ngebucin juga." lirih Attariq sambil mengaduk coklat panasnya dan membawanya ke balkon kamarnya.
Saat melewati ketiga temannya yang tertidur pulas, Attariq tersenyum. Mereka belum tahu, bahwa Asta dulu yang menyelingkuhinya.
Bukan dia yang memutuskan Asta dari lama.
Mereka hanya tau bahwa Attariq memutuskan Asta sudah sangat lama. Dan Asta menemukan Derren sebagai penggantinya.
Nyatanya, mereka baru putus satu bulan yang lalu. Bertepatan dengan satu bulan hubungan Darren dan Asta.
***
Cepetkan aku upnya??
Jangan lupa vote dan comment kalian ya.
Sesungguhnya itu adalah penyemangatku wkwk.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro