Masalah
[]
Setelah selesai upacara, terlihat Reno dan Bintang masih membersihkan lapangan. Attariq yang melihat itupun merasa iba melihat kedua temannya kesusahan. Dia menghampiri keduanya dan langsung membantu mereka tanpa basa - basi.
"Eh Riq, ngapain ?" tanya Bintang kaget, karena Attariq mengambil alih sapu yang dipegangnya.
"Ah. Lo kan lagi kesusahan. Masa iya gue ketawain. Bukannya bantuin. Udah lo sapu bagian sana, biar gue bagian sini." Perintah Attariq yang langsung mendapatkan tatapan kaget dari Bintang.
"Tapi nanti lo kena masalah," ucap Bintang yang di angguki oleh Reno.
"Kan gue juga yang ngebuat masalah. Udah jangan banyak bacot, kerja!" Attariq langsung membersihkan bagiannya dengan cepat. Devan dan teman - temannya yang lain hanya menatap Attariq melongo.
Bintang juga, sepertinya terkesima dengan sikap Attariq yang sangat laki tersebut. Reno yang melihat itu hanya dapat mendengus kesal. Pasalnya, Bintang tengah marah padanya. Membuat dirinya hanya dapat diam dan membisu.
"Attariq punya bakat jadi babu ya?" tanya Aidan pada keempat temannya.
"Iya ya, mending dia jadi babu aja. Lebih berguna," ucap Devan terus menatap Attariq.
"Enak aja. Attariq itu, calon imam yang baik." Suara cempreng milik seseorang menginterupsi ucapan Devan dan Aidan.
"MASYALLAH" teriak Devan kaget, yang membuat semua pandangan menuju kearahnya.
"Subhanallah, seorang Devano Marshello ngucap." Ucap Rajidan tak percaya.
"Virus dari lo sih, makanya gua ngikut." Ucap Devan yang membuat Rajidan dan semua temannya menatap dirinya sebal.
"Kalo gitu, bagus lah goblog. Cium juga nih." Ucap Aidan kesal. Devan hanya dapat tersenyum geli, karena ekspresi dari teman - temannya ini.
"Gue ga butuh 1000 teman. Cukup tujuh teman yang penuh ekspresi, gue lebih bahagia.."
***
Mereka semua berkumpul membuat lingkaran. Saat ini menunjukkan pukul 09.25 yang sebenarnya, merupakan jam pelajaran Matematik. Karena gurunya berhalangan hadir, mereka langsung membentuk kelompok untuk berinteraksi antar sesama.
Lain halnya yang sedang bermain atau bercerita. Attariq malah tidur di meja dengan tas yang menutupi mukanya. Makanya, semua temannya berkumpul untuk membalas kejahilannya.
"Gue bawa liptint. Gambar hello kitty aja, di pipinya biar lucu." Salah seorang gadis berbicara dengan pelan. Dia mengambil liptint warna pinknya, dan memberikannya pada Rajidan.
Rajidan yang sebenarnya jahil, hanya menatap Attariq geli. Perlahan, Rajidan melepaskan tas dari wajah tampan Attariq. Aidan yang merasa kasihan dengan temannya itu, tak ingin ikut campur.
"Dan. Ga ikut ngerjain ?" Tiffani yang peka dengan perlakuan Aidan, langsung bertanya padanya.
"Engga deh Tif, perasaan Aidan ga enak. Terus Tiffani ngapa ga ikut?" tanya Aidan balik. Tiffani hanya menggidikkan bahunya acuh.
"Sama. Mood Tiffa ancur," Tiffani merengut kesal. Pasalnya, seseorang mengirimkan suatu benda pada Rajidan yang membuat Rajidan senang sekali.
"Mau ke rooftop?" tanya Aidan yang sepertinya mengerti tentang kekesalan yang ada pada Tiffani. Tiffani hanya mengangguk dan segera pergi menuju rooftop sekolah mereka.
***
Setelah sampai disana, mereka hanya duduk termenung. Bergelut dalam pikiran yang menyulitkan dan tak berkesudahan. Membesarkan ego yang terus membelenggu diri mereka sendiri.
"Dan, pernah jatuh cinta engga?" Tiffani bertanya pada Aidan. Aidan yang mendengar pertanyaan itu hanya tersenyum samar.
"Pernah. Rasanya itu kaya ada, tapi ga ada..." Aidan sambil menatap lurus kedepan. Tiffani mengerutkan dahinya bingung sembari menatap Aidan.
"Maksudnya ?" Tanya Tiffani bingung.
"Ya pokoknya, rasa itu ada. Setiap orang pasti pernah. Tapi sayangnya Aidan masih takut buat cerita ke orang." Penjelasan Aidan membuat Tiffani mengangguk mengerti.
"Pasti, cewenya cantik ya ?" Tanya Tiffani geli.
"Iyalah. Emang kaya Tiffa, sipit."
"Kurang asem."
"Tipit. Tipa sipit." Aidan tertawa lepas. Tiffani yang menjadi bahan olokannya hanya dapag memajukan bibirnya kesal.
Tiffani mencubit kedua pipi tirus Aidan dengan gemas.
"Ih, kakak Aidan lucu ya. Rasain nih." Ucap Tiffani dengan nada gemas. Aidan yang tadinya terkekeh malah meringis kesakitan.
"Aduh Tiffa, aduh."
'Bugh'
Seseorang berlari dan langsung meninju Aidan. Tiffani yang kaget sempat menjerit keras.
Dan ternyata, itu perlakuan seseorang yang membuat Tiffani naik pitam.
Dia adalah, Rajidan Al Fariq. Sahabat Aidan sendiri. Perlakuan Rajidan membuat Aidan dan Tiffani sangat terkejut.
Tiffani menatap Rajidan dengan tatapan kecewa dan mata yang berkaca kaca. Di susul dengan Beryl, Devan, dan Dena. Yang kebetulan melihat Rajidan berlari kearah tangga.
"Maksud lo apa?!" teriak Tiffani sambil membantu Aidan berdiri.
"Maksud saya?! Kamu tanya maksud saya ?!" Rajidan berteriak tepat di depan Tiffani.
Semua menatap Rajidan dengan penuh tanda tanya.
"Gue ga ngerti Ba, lo kenapa?" lirih Tiffani sambil menunduk. Menyembunyikan air matanya yang sudah turun deras.
"Kita bisa bicarain baik - baik." Ucap Aidan melerai.
"Saya gak butuh omongan kamu!" cerca Rajidan yang sudah marah hingga ke ubun - ubun.
Aidan yang dikatai seperti itu hanya mampu menghela napas beratnya. Satu sifat buruk Rajidan sekarang terlihat. Rajidan bila sudah marah, akan terus meledak - ledak.
"Apa sih Ba, mau lo apa?" tanya Tiffani memberanikan diri.
Terjadi keheningan beberapa saat. Semua terdiam dengan emosi mereka masing - masing. Devan, Beryl, dan Dena hanya dapat diam tak berani menganggu.
"Mau saya, jangan pernah deket sama cowo lain. Walaupun dia sahabat kamu sekalipun!" ucap Rajidan dalam. Tiffani melihat itu hanya memasang muka marahnya.
"Dasar egois! Lo sendiri yang berhubungan lagi sama mantan lo! Sekarang malah nyuruh gue jauh dari Aidan. Maaf, bahkan untuk kehilangan lo aja gue rela. Dari pada kehilangan seluruh sahabat gue!" Tiffani membuang mukanya. Perlahan, air matanya jatuh menetes membasahi pipi cantiknya itu.
Rajidan terdiam di tempat. Menyesali perkataannya. Tiffani benar, semua memang benar. Rajidan menunduk merasa bersalah. Perkataan Tiffani seakan mencubit hati dan perasaannya dengan keras.
"Maaf.." lirihnya. Namun dapat di dengar Aidan dan Tiffani.
"Maaf saya bodoh mukul kamu Dan, maaf saya lepas kendali. Maaf..." Belum sempat Rajidan menyelesaikan perkataannya. Tiffani lebih dulu menyela.
"Iya, setelah dapet pelampiasan, dengan gampangnya lo minta maaf ? Cukup Ba. Gue ga mau ada drama lagi. Jauhin gue, ataupun yang lainnya. Makasih." Tiffani menarik tangan Aidan.
Sedangkan Aidan, yang masih tak mengerti apa inti dari pembicaraan tadi hanya dapat diam membisu.
Semua meninggalkan Rajidan sendiri di atas atap. Dia menunduk, menyesali semua perbuatannya.
"Padahal kamu sendiri Tif, yang bilang harus memaafkan masa lalu, tapi malah kamu sendiri yang ngebuat saya makin trauma sama masa lalu." Lirih Rajidan terduduk di lantai.
"Ah, gitu aja galau. Liat nih, kerjaan lu. Masa iya pipi ganteng Attariq di pakein liptint. Lengket bego," Attariq datang dengan muka sebalnya.
Rajidan menatap Attariq sesaat sambil tersenyum lemah.
'Bugh'
Attariq mendorong Rajidan pelan. Namun karena kondisi Rajidan yang tidak siap mendapatkan serangan, seketika langsung tumbang begitu saja.
"Astagfirullah Attariq!" Teriak Rajidan kaget. Attariq hanya tertawa terpingkal - pingkal karena ekspresi lucu Rajidan.
"Lemah banget lu. Udah ah, ayo turun. Nanti kalo lu khilap loncat kan berabe." Ucap Attariq sambil menarik Rajidan turun. Sedangkan Rajidan? Hanya menatap Attariq pasrah.
****
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro