Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Kebahagiaan tertunda

Rajidan keluar dari perkarangan rumahnya. Dan meninggalkan ibunya yang sedang menatapnya dengan senyuman mengembang.

"Maafin aku Ma," Rajidan merasa berdosa sekali menunggalkan ibunya. Namun, kehidupannya bukan terkungkung pada ibunya sendiri.

Masih ada teman, ayah, bahkan ibu tirinya yang harus diurusinya. Rajidan menyalakan mobilnya dan melaju membelah kebingaran jalan pada saat itu.

***

Setelah lima belas menit mengendarai mobil dengan kecepatan sedang, Rajidan akhirnya sampai pada tujuannya. Dengan bergegas, ia membuka pintunya. Dan masuk kedalam salah satu tempat yang enggan sekali dia kunjungi.

***

"SURPRISE.." Teriak beberapa orang saat pintu terbuka dan lampu menyala.

Mereka menyiapkan pesta ulang tahun untuk sahabat mereka. Dengan perhiasan sederhana namun meriah, mereka menghadiahkan ini untuk teman kesayangan mereka.

Namun, betapa terkejutnya mereka, saat yang datang bukanlah teman mereka. Melainkan, pemilik rumah yang lain.

Ayah serta ibu tiri teman mereka. Menatap mereka dengan tatapan membunuh.

"Mau apa kalian kesini ?" tanya si pemilik rumah dengan nada angkuh.

"Gini om.." saat si teman ingin menjelaskan niatnya, si ayah pemilik rumah malah menatapnya dengan tatapan membunuh.

"Ga perlu kamu jelasin lagi, kalian itu perusak, sama kaya dia." Ucap wanita di samping si pemilik rumah. Dia ibu tiri dari teman mereka.

"Santai Tan. Kita ke sini baik - baik. Bahkan, ini rumah sah milik Rajidan, bukan Tante maupun Om." Salah satu teman dari anak pemilik rumah ini berseru dengan nada menantang.

Si ayah pemilik rumah ini maju selangkah mendekati teman anaknya ini.

"Berani kamu nentang istri saya ?!" Dia sedikit meninggikan suaranya.

"Saya gak nentang dia kok, Om. Tapi dia bukan Tuhan kan yang harus saya patuhi? Ini negara bebas, dimana semua orang bisa menyuarakan aspirasinya. Jadi kalau ga terima, bisa pindah aja ke negara lain. Jangan di Indonesia. Pelakor kadang ga bisa di terima di sini." Si teman anaknya ini berkata dengan nada tenang. Bahkan nada kemarahan tak ada di dalam suaranya hanya ejekan remeh menatap si ibu tiri temannya ini.

Si ayah hanya menatapnya tak percaya. Antara malu dan marah yang tercampur, si ayah berjalan mendekati teman anaknya itu dan menatapnya dengan tatapan membunuh.

"Salah om? Atau bener?" tanya teman si anak tanpa rasa takut.

"Beraninya Kamu..!" Teriak si ayah dengan acungan tangan hendak menampar.

'PLAKK'

Tamparan menuju pipi mulus si teman anaknya ini. Dengan kekehan besar teman si anak menatap ayah temannya itu.

"Segini aja om? Perasaan Om cowo, kok pukulannya kaya Mami saya mukul ya?" tanya anak lelaki itu dengan remeh. Ayah temannya menatapnya geram.

"Lemah ya om. Makanya gampang ke tipu." Sambungnya lagi yang membuat geram si ayah temannya itu.

Tangannya sudah melayang hendak meninju anak temannya itu.

'Hap'

"Jangan pernah sentuh teman saya, jika anda tak ingin melihat kematian anda disini." Ucapnya dingin. Si teman menatapnya dengan kaget.

Tak menyangka atas pembelaan dari temannya yang baru saja datang.

"Rajidan.." lirih si temannya itu.

Rajidan, si teman yang dimaksud menatap mereka dengan tatapan tak percaya.

"Kalian ngapain di sini? Ada acara apaan?" tanya Rajidan bingung. Si teman, yang biasa di sapanya Devan hanya menatapnya dengan wajah melongo.

"Itu, manusia kera lagi ulang tahun. Sekarang malah melongo pura-pura ga tau." Aidan menyindirnya dengan keras.

Sebagian terkekeh, sebagian lagi menatap Aidan geli. Sementara Rajidan menatap Aidan dengan tajam.

"Aku bukan kera Aidan, aku Mermed." Ucap Rajidan sinis.

"Sok-sokan natap orang pake tatapan tajam. Mana cocok. Keliatan kaya hantu cina kebelet pipis terus di ganggu." Celetuk Aidan yang membuat Rajidan makin menatapnya tajam.

"Enak aja, gua ni hantu cina paling seksi kalo dah mati," ucap Rajidan membela diri.

Semua menatapnya dengan tatapan tak percaya. Perlahan, mereka melupakan ayah dan ibu tiri Rajidan. Dan yang sedari tadi meladeni ayahnya Rajidan itu adalah Devan. Devan Marshello.

Devan tau semua perjalanan Rajidan berkat Attariq yang selalu mendongenginya.

Dan keahliannya akhirnya di perlihatkan dengan nyata disini. Bahkan, ayah Rajidan terdiam mendengarnya.

Beri tepuk tangan untuk Devan kita ini..

***

"Sudah aksi bahagia - bahagianya?" suara cempreng datang merusak suasana.

"Kalau anda ga suka, ya pergi aja. Kamu gak dibutuhin juga di sini." Rajidan menatapnya malas.

"Bicara apa kamu?!" Ibu tirinya marah. Menatap Rajidan penuh dengan kecaman.

"Alah, gausah ekting. Ga ada Tuan Radizan biasanya manggil saya sampah aja. Sok - sokan pake aku-kamu." Rajidan makin menunjukkan ketidaksukaannya.

"Bisa sopan ga sih kamu?!" Bentak ibu tirinya.

"Enggak buat cicak kaya lu! Menjijikkan." Ucap Rajidan dengan nada penuh kegelian.

"Apa maksud kamu hah?!" Kini, giliran ayahnya yang bersuara keras. Dan Rajidan malah memutarkan bola matanya jengah.

"Ya kalo ga suka kalian berdua bisa pergi. Lagian Tuan Razidan, puas-puasin sama Nyonya Siska, sebelum anda bangkrut dan ditinggalkan." Rajidan berkata dengan penuh kekurang ajaran.

Ayahnya menatapnya dengan geram. Sedangkan Rajidan menatapnya dengan kegelian. Sangat berbanding terbalik.

"Inget umur, marah terus cepet masuk kubur. Mending bahagia-bahagia sama istri baru. Kan enak!" Celetuknya dengan kekehan besar. Aidan yang mendengar hinaan Rajidan terhadap ayahnya banyak-banyak mengucap istigfar.

"Gini ya ibu kamu ngajarin kamu? Sampai ga sopan sama orang tua !" Si ibu tiri, Siska. Menatapnya berang.

"Gini ya ibu kamungajarin kamu? Ngegaet bapak-bapak yang punya anak. Bahkan, kamu sama saya ga beda jauh umurnya. Jalang sekali ajaran Ibu kamu ngajarin kamu kayak gini. Saya sih kalo jadi bapak kamu malu punya istri kaya Ibu kamu. Kampungan. Benar-benar tak terdidik."

Siska terdiam di tempat. Mukanya merah padam. Attariq dengan tak berdosanya tertawa besar.

Mereka berdua benar-benar disudutkan oleh Rajidan.

"Mas, ayo kita pulang aja!" Ucap Siska sambil mengandeng tangan Ayah Rajidan.

"Dadah jalang, semoga ga selamat.." ucapan terakhir Rajidan yang di dengar oleh Siska dan ayahnya.

"GILA BA, GILA.." Attariq menggelengkan kepalanya dengan kuat.

"Ah biasa aja pens.." Rajidan berlaga malu.

"Gua kira lu alimnya kebangetan. Eh taunya bangsat juga." Derby, salah satu partisipan pesta ini berceletuk kuat.

"Sesungguhnya, Ga ada manusia di dunia ini yang ga bangsat beb."

"Pret beb.. semua aja lu panggil beb." Ucap Devan jengah.

"Eh tunggu. Jadi hari ini saya ulang tahun ni?" tanya Rajidan tanpa dosa.

"IYAAA!!" Teriak semua orang yang ada disitu.

Dan, pada saat itu, keadaan kembali normal seperti sedia kala.

Semua perkelahian yang ada, hanya settingan belaka dari teman-teman mereka.

Saat itu juga Rajidan melupakan semua beban di pundaknya, dan digantikan dengan tawa bahagia.

Namun, ada sesuatu yang belum terjawab sama sekali dan masih menjadi tanda tanya di benaknya.

Siapa yang mencelakainya dan apa kejutan dari Fakhri ??

***tamat***



















Gadeng boong.

Bersambung~

Maaf ya teman, aku upnya kelamaan. Karena kesibukan sekolah yang makin padat-padatnya.

Pejuang UN tahun 2019, mana suaranya? Semoga yang sd masuk smp yang bagus, smp masuk sma yang bagus, dan sma keterima di PTN yang diinginkan ya!

DOAIN AKU JUGA MASUK PTN YANG BAGUS TAHUN DEPAN DENGAN NILAI YANG MEMUASKAN💙💙

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro