Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Cabut



"Ba, kalo sama gua, usahain tunjukin sikap asli lo ya! Jangan dipendam, nanti ilang." Ucap Attariq sambil terkekeh, Sedangkan Rajidan hanya tersenyum tipis seraya mengangguk patuh.

"Kalo saya nakal tar naksir," ucap Rajidan menggoda, tak lupa colekan manja pada dagu Attariq.

"MASYALLAH BABA," teriak Attariq kaget. Sedangkan Rajidan hanya tertawa geli melihat ekspresi Attariq yang ketakutan.

Satu hal yang harus kalian ketahui tentang Attariq. Attariq sangat takut dengan banci, sekalipun banci cantik yang mengalahkan persempuan. Ingat ! Sekalipun itu.

"Gitu aja parno, Saya normal Attariq sayang.." ucap Rajidan yang tetap menggoda Attariq. Tapi kali ini, Attariq hanya mendengus sebal.

"Ah saya punya ide Riq," ucap Rajidan yang membuat Attariq menoleh kearahnya penasaran.

"Apaan emang?,"

"Gimana kalo kita cabut?" tanya Rajidan dengan ide briliannya. Attariq menatapnya dengan tatapan tak percaya.

"Baba mulai nakal ya.. papa gak suka!" Attariq memperagakan dirinya seolah olah papa Rajidan. Namun, sikapnya lebih mirip seperti ibu - ibu rempong yang sedang memarahi anaknya.

"Geli,," ucap Rajidan sambil tertawa. Namun, bukannya balik ke kelas, mereka malah menuju pintu gerbang belakang. Rajidan yang melihat ekspresi datar Attariq hanya tersenyum konyol.

"Katanya ga suka saya cabut, tapi di iyain juga ajakan saya." Ucap Rajidan dan hanya di balas dengan tatapan tajam Attariq.

"Icik kamu," ucap Attariq sambil berjalan mendahului Rajidan. Dan Rajidan hanya mengejar Attariq. Tak tertarik untuk mengerjainya lagi.

***
[disisi lain]

Semua terdiam menatap Tiffani iba, tak ada yang berani mengeluarkan suara. Sekalipun Denna yang biasanya bertingkah heboh. Beryl berusaha untuk menenangkan Tiffani yang masih menangis seengukan.

"Dia tu egois, masa dia boleh chat sama mantannya, tapi gue deket sama Aidan aja ga boleh." Tiffani menangis seenggukan. Aidan yang melihat Tiffani menangis, hanya menatapnya iba.

"Udah lah Tif, orang cemburu mana bisa di cegah," ucap Denna sambil mengelus kepala Tifffani supaya tenang.

"Iya, kayak orang hamil. Mana bisa bayinya dihilangin dalem perut." Ucap Devan yang membuat semua orang menatapnya tajam.

"Ngaco aja lo," ucap Denna sambil mengusap wajah Devan.

"Berisik aja lu," Devan menatap Dena sinis.

"Tif, Aidan tau Aidan ganteng, cuma gausah ditangisin." Ucap Aidan tiba - tiba. Aidan mencoba untuk mengubah suasana agar menjadi lebih cair.

"Najisin..." ucap Tiffani sambil tertawa.

"Jangan ketawa mulu Tif, matanya ilang. Nyarinya susah," Devan juga mulai mengambil andil untuk menghibur temannya satu itu.

"Gausah galau - galau, kita semua kan ada. Jaman galau? Jaman?" Dena berkata seolah - olah dia tak pernah merasakannya.

"Halah, tiap malem nangisin abang yang di sana aja sok - sokan jaman." Devan kali ini berbicara sambil terkekeh. Dena yang mendengar itu hanya merengutkan bibirnya kesal.

"Berisik aja." Dena langsung menatap Devan sewot. Yang di tatap sewot pun hanya menggidikkan bahunya acuh.

Sedikit demi sedikit, Tiffani mulai kembali tersenyum. Dan semua patut bersyukur karena Tiffani bukanlah sesosok gadis yang susah di tenangi.

"Untung Tiffani macan jinak. Coba Beryl, sampe firaun bangun lagi juga, tetep aja kalo udah nangis, pasti galak." Celetuk Aidan yang sukses membuat mata Beryl terbelalak sempurna.

"APA LO BILANG ?!" teriak Beryl kesal dan Aidan mengangkat kedua jarinya pertanda damai.

"Peace, Aidan cinta damai."

"Gue ga cinta damai tuh, gue cintanya Devan," Semua terpelongo kaget. Baru kali ini Devan mendengar Beryl menggombalinya di depan banyak orang.

'Blush'

Pipi Devan terasa panas, karena gombalan receh dari pacarnya itu. Sungguh, walaupun hanya segelintir gombalan yang tak ada gunanya. Efeknya sangat dahsyat untuk Devan.

"Uhuq, blushing. Kalo cinta emang kaya gini ya. Dikit dikit langsung merah. Dah kayak bendera jepang." Cerocos Aidan sambil menoel dagu Devan.

"Berisik lu anjing, dasar onta."

"Ga cuma Handphone aja ternyata yang bisa di upgrade. Sekarang anjing juga ada spesies ontanya." Ucap Aidan sambil menatap Devan jengkel.

"Apaan dah. Garing lu, kaya kripik kentang!" Devan menatap Aidan kesal.

***

Rajidan serta Attariq sudah keluar dari gerbang sekolah, dan memutuskan untuk pergi ke rumah Attariq untuk berganti baju terlebih dahulu.

Mereka berada di mobil Attariq, yang sengaja di parkir di luar, guna mempermudah Serta memperlanjar aksi bolos sekolahnya setiap hari.

"Masyallah Riq, jadi kamu selalu parkir mobil disini? Pantes aja ga pernah keliatan." Ucap Rajidan sambil menggelengkan kepalanya. Attariq hanya memberikan cengiran kuda andalannya.

"Gapapa Ba, biar kalo mau selingkuh ga ketahuan Asta." Ucapnya sambil terkekeh. Rajidan yang mendengar itu hanya hanya dapat membulatkan matanya kaget.

"Astagfirullah! Ga nyangka ya Riq," ucapnya sambil memegang dadanya kaget.

"Apa sih! Alay banget! Kea gue abis ngamilin anak lo aja. Kaga lah! Ya kali gue selingkuh. Gue kan tipe - tipe setia." Attariq menyanggah perkataan Rajidan sambil menolak kepala Rajidan pelan.

Rajidan hanya menatapnya terkejut dan sebal. Pasalnya, Percaya pada Attariq adalah suatu tindakan yang sangat ceroboh.

"Percaya Attariq, sesat di jalan." Ucap Rajidan sambil menatap Attariq yang membulatkan matanya.

"Asem ya kamu.." ucap Attariq pada Rajidan yang terkekeh.

"Uh Attariq sayang, aku wangi sayang.." Ucap Rajidan sambil bergerak mendekat ke Attariq.

'Brukk'

Attariq menendang Rajidan dengan kekuatan sedang. Perlakuan Rajidan membuatnya ketakutan sendiri.

"Astagfirullah. Udah berapa kali saya astagfirullah gara-gara kamu! Sakit, pinter!" Rajidan berusaha untuk menjaga ucapannya. Padahal rasa untuk memaki itu tinggi.

"Apaan sih. Ga jelas banget." Ucap Attariq.

"Berisik aja, udah nyetir aja yang bener," ucap Rajidan sinis. Dan mereka pun memutuskan untuk ke warung kopi langganan Attariq.

Di perjalanan banyak hal konyol yang mereka lalui bersama. Guna membunuh waktu dalam perjalan. Warung kopi yang akan mereka tuju memakan waktu 1,5 jam.

"Kita ke warung kopi aja lama ya, kaya nunggu bidadari jadi jodoh saya." Ucap Rajidan sambil menggelengkan kepalanya.

"Kalo mau enak, ya sakit - sakit dulu lah." Ucap Attariq sambil menunjukkan tampang polosnya.

"Jerit - jerit dulu baru desah.." ucap Rajidan menimpali.

"NAJIS BA!" Teriak Attariq dan Rajidan hanya terkekeh geli.

"Bener saya.."

"Serah lu ler.."

***

Setelah 1,5 jam waktu yang mereka tempuh, akhirnya mereka sampai juga ke tempat tujuan mereka.

"Akhirnya, setelah sekian lamanya perjalanan." Ucap Rajidan mendramatisir.

"Alay lo ah. Ayo cepet." Ucap Attariq sambil memasuki warung kopi itu. Mereka duduk di salah satu tempat duduk yang nyaman di sudut ruangan.

Setelah memesan minuman. Mereka hanya duduk bersantai dan berbica tentang banyak hal tak penting.

"Dulu, saya suka banget ngusilin temen - temen cewe saya yang dikelas. Kadang sampe nangis." Rajidan bercerita tentang masa masa kelamnya dulu.

"Gila, jahat amat lo." Ucap Attariq tak menyangka.

"Saya tarikin satu - satu rambut mereka. Kadang saya sembunyiin pulpen atau tas mereka." Rajidan terkekeh geli mengingat ekspresi teman - temannya dulu.

"Sampe pernah, saya sebarin kodok di kelas. Terus saya kunci kelasnya dari luar sama anak - anak laki yang laen."

"Sarap ni anak, kok bisa tobat ba? Kesambet kunti mana?" tanya Attariq asal. Rajidan hanya terkekeh geli.

"Kunti cantik Riq, kapan - kapan saya kenalin oke?" Tanyanya yang di balas dengan anggukan Attariq.

"MANA BISA GOBLOG, KENALAN SAMA HANTU," teriak Attariq setelah sadar dengan arah pembicaraan.

"Bisa lah, buktinya saya mau ngenalin ke kamu." Ucap Rajidan terkekeh. Attariq hanya menatapnya pasrah.

"Untung temen, coba kalo bukan. Gue gantung lo di pohon beringin."

"Ah masak, si yayang Tariq ini.." ucap Rajidan sambil menoel dagu Attariq genit.

'Brakk'

Tiba - tiba saja, meja yang berada depan mereka di tendang dengan kuat kearah mereka.

"Apa - apaan nih?!"

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro