Cabe - cabean Detected
[]
Setelah lelah berlari - lari dilapangan, Attariq sedikitpun belum kapok dengan hukuman yang diberikan Bu Sri. Malah, kelasnya sekarang dijadikan panggung untuk konser tunggalnya.
"Hari ini... jeng jeng" Attariq bernyanyi tanpa nada dan sumbang. Namun apa perdulinya, yang jelas dia senang dan yang lain pun terhibur dengan aksinya.
"Diem, diem. Sakit telingan Saya dengernya." Teriak Rajidan frustasi.
"Bodo amat," ucap Attariq sinis. Dia masih bernyanyi sesuka hatinya, tanpa ia sadari, semua temannya mendadak diam.
"Eh kok diem si?" tanya Attariq sambil melihat kearah teman - temannya.
'Plakk'
Seseorang menepuk betisnya kuat. Perih yang dirasakannya langsung menjalar seketika.
"Eh anjin.." ucapannya terputus ketika melihat siapa yang menepuk betisnya kuat.
"Apa anjing, anjing. Hah ?!" teriak si pemukul Attariq.
"Engga shayank," ucap Attariq sambil cengengesan.
"Pala lo kejedot, sayang - sayang," omel seorang gadis pada Attariq.
Dia bukan guru yang tengah bertugas, melainkan seorang gadis berperawakan tinggi yang memang dikabarkan teman dekat Attariq. Dia adalah, Astanadya. Yang kerap disapa Asta.
"Kalau Kepala aku kejedot, sakit lah sayang." Ucap Attariq geli. Asta menatapnya sebal.
"Serah, pokoknya pulang nanti, jangan harap gue mau pulang sama lo." Ucap Asta sebal.
"Yaudah, gausah sama aku, sama Akmal aja," ucap Attariq santai, dan Asta malah mengangguk setuju.
"Iya biar gue sama Akmal aja," ucapnya menyetujui. Namun dengan cepat, dia membelokkan matanya kaget.
"Eh anying, Akmal sama Attariq kan sama aja!"
***
Setelah kejadian dimana Aidan mengutarakan rasa pura - puranya, Bella seakan tak jera untuk mendekati Aidan. Dan semakin risih pula Aidan di buatnya, karena tiap detiknya, Bella berusaha untuk mendekatinya.
"AIDAN SAYANGGGG.." teriak Bella dari ujung koridor. Saat ini Aidan beserta yang lainnya sedang berkumpul di depan kelas.
"Gawat ini , gawat." Ucap Aidan panik.
"Ya terus kenapa kita diem ? AYO LARI!" teriak Attariq sambil menarik Aidan untuk berlari.
"Wanjrit! tunggu guaa!" Devan segera berlari meninggalkan Rajidan yang masih bingung.
"RAJIDAN.. TUNGGU BELLA!" teriak Bella dan masih berlari di pelantaran koridor.
"OGAH KALO NUNGGU CABE KAYA KAMU MAH." teriak Rajidan sambil berlari mengikuti Attariq dan lainnya yang berlari duluan.
Terjadilah aksi lari - larian disepanjang koridor. Banyak anak yang menyaksikannya dengan penuh minat. Ada juga yang kesal, karena tak sengaja tertabrak, oleh salah satu dari mereka.
"Istirahat dulu, cape gua!" ucap Devan memberhentikan ketiga temannya yang hendak berlari.
"Kalo ga lari, Bella sama babu - babunya bakal ngikutin kita." Ucap Attariq mengingatkan.
"Sesungguhnya, berlari - larian seperti ini mendapat baik dan buruknya tersendiri," ucap Rajidan sambil tersenyum.
"Pala lu botak, baik. Hampir mati iya!" kesal Devan.
"Coba bayangin, kalau nanti kita punya anak. Kita bakal dengan bangganya ceritain masa muda kita yang bahagia ini." Ucap Rajidan menerawang. Semua menatapnya heran.
"Kita bakal ngasih tau mereka, kita bahkan pernah lari - lari di koridor cuma buat menghindar dari seorang gadis yang ganas beserta para monster lainnya!" sambungnya, dengan senyuman penuh pengandaian memenuhi ekspresi mukanya.
"Eh eh Bella hampir deket. Lari woi lari!" teriak Attariq dan tak di gubris Rajidan sama sekali.
Devan, Aidan, serta Attariq sudah berlari duluan. Mereka meninggalkan Rajidan yang masih sibuk dengan imajinasi liarnya.
"RAJIDAN... AAA DIA SENYUM.." salah satu dari anak buahnya Bella tersenyum.
"Astagfirullah. Ini masih pagi, masa udah ada setan gentayangan. Bantu Saya ya Allah." Rajidan bersiap untuk mengeluarkan jurus kaki seribu miliknya.
Entah mengapa, tenaga Bella serta dayang-dayangnya sangatlah kuat. Bahkan, Aidan dkk sudah menyerah dan memilih untuk menyudut ke sebuah sudut. Bukannya tak berani melawan, namun mereka masih sadar derajat untuk melawan.
"Belum ada sejarahnya Cewe mau ngelecehin cowo. Belum ada, sumpah!" ucap Devan takjub melihat gadis - gadis ini yang menatapnya dengan tatapan lapar, seakan dia adalah mangsa yang paling enak di dunia ini.
" astagfirullah, Devan.. Berapa kali harus saya bilangin sih ?! Ga ngerti juga, sesungguhnya berkata kotor itu tidak baik," cerocos Rajidan tanpa berfikir lagi. Sampai sampai dia tak sadar bahwa salah satu teman Bella mulai mendekatinya.
Rina, salah satu dari teman Bella mulai berjalan mendekatinya. Binar wajah bahagia menyertainya. Dan Rajidan masih sibuk mengoceh tentang perkataan Devan. Dan itu cukup membuat Devan jengah.
"Rajidan.."
Terasa seseorang membelainya dan memanggil namanya, tetap saja. Dia tak sadar bahwa Rina yang membelainya.
"ALLAHUAKBAR. Siapa yang ngebelai saya woi.." ucapnya takut. Ditolehkannya kepalanya ke kanan untuk melihat siapa yang membelainya.
Tentu saja dengan rasa takut. Rajidan mulai menolehkan kepalanya.
"YA ALLAH UKHTI, SAYA KIRA MAKHLUK GAIB YANG NOEL SAYA. GENIT BANGET SIH. hush sana, kita bukan mukhrim." Teriak Rajidan histeris. Tak lupa nada usiran di akhir kalimatnya. Karena pantang baginya untuk menyentuh spesies cabe - cabean seperti Rina.
"Kalo gitu ayo Dan, kita pergi ke KUA. Biar bisa mukhrim." ucap Rina sambil menarik tangan Rajidan.
"KUA - KUA, kamu emang bisa nafkahin saya? Ogah ya nikah sama kamu. Mending saya nikah sama Tiffani dari pada kamu," sinis Rajidan. Sedangkan ketiga temannya tertawa lepas karena ucapan pedas Rajidan. Dan Rina yang mendengarkannya, hanya cemberut merajuk.
"Itu sih maunya Baba," ucap Aidan geli. Sedangkan Rajidan? Hanya tersenyum tanpa dosa.
"Ngapain kamu monyong - monyong? Dikira seksi apa? Masi seksian bibir omas dari kamu!" cerca Rajidan tak abis abisnya. Soalnya, Rina merusak pemandangan indah didepannya. Rina yang mendengar itu, makin kesal saja di buatnya.
"Apa ?" tanya Rajidan ketika di tatap sinis.
Rina akhirnya memilih pergi karena ucapan sinis Rajidan. Dan semua teman - temannya segera mengikutinya. Sepertinya, Rina menangis karena ejekan dari Rajidan.
"Idih, Baba engga punya hati." celetuk Aidan. Dan mendapat tatapan sinis dari Rajidan.
"Siapa suruh dia nyentuh-nyentuh pangeran. Kan ga etis pangeran di sentuh cabe-cabean!" Seru Rajidan kesal. Ketiga temannya yang mendengar itu hanya mengangguk-angguk paham saja, terlebih lagi kekuatan mulut Rajidan yang tidak bisa dikatakan biasa ini, membuat mereka pasrah.
"Yaudah, semerdeka lu aja, kita mah ngikut!" ucap Attariq pasrah dan segera menarik semua teman-temannya pergi.
Termasuk Rajidan yang masih gatal ingin mengomeli semua orang.
***
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro