Kenapa
Hari menunjukkan pukul lapan malam. Dan semua orang telah berkumpul di rumah Aidan untuk pergi bersama ke warung Mbak Yum.
"Ayo, dah laper nih Aidan," ucap Aidan memegang perut datarnya itu. Semua orang mengangguk kecuali Devan yang memelas karena tak mau menjadi bahan cubitan Mbak Yum.
"Warung Pakde Waluyo aja deh, gausah di Mbak Yum." Ucap Devan dengan tatapan memelas.
"Itu kudu ke rumah kamu lagi Devan. Jangan ngerusak rencana deh!" Ucap Rajidan sewot. Devan hanya menatapnya dengan tatapan memelas.
Aidan menatap Devan kesal. Pasalnya sekarang dia sudah lapar setengah mati, dan masih saja di tahan-tahan oleh Devan.
"Udah deh gausah kebanyakan bacot, makan tinggal ngap doang, banyak banget maunya. Kalo ga mau ikut sana pulang! Laper nih." Cerocos Aidan sangking kesalnya dia jika seseorang menganggu plan makannya.
"Iya-iya. Ayo pergi." Akhirnya Devan pasrah terhadap keputusan teman-temannya.
"Gitu kek, makanya jadi orang gausah kelewatan cool-nya. Jadi gemes dah tu janda," Attariq tertawa keras setelah berhasil mengatai teman seperjuangannya itu.
"Kampret lo!" ucap Devan sambil mengejar Attariq yang sudah berlari kedepan rumah Aidan.
"KALIAN MAU KEMANA WAHAI ANAK-ANAK MUDA?" Teriak seorang wanita paruh baya dengan keras.
Dia adalah ibu kandung Aidan yang sudah berumur namun tetap berpenampilan muda ini. Namanya adalah Athena.
"Mau makan bakso Bun. Tuh si sipit yang traktir," ucap Attariq mejawab Athena dengan santai.
"Bungkusin bunda tiga dong," pinta Athena tak tanggung-tanggung.
"Buset! Tu perut atau karet Bun? Bangkrut nanti Rajidan," ucap Attariq sambil menggeleng.
"Bangkrutan juga bunda ngasih makan anak kucing empat!" Ucap Athena menyindir keempat anak lelaki ini.
"Enak aja anak kucing! Anak manusia ini," Attariq menatap Athena sinis.
Baginya, Athena adalah malaikat pelita dalam hidupnya, yang merawatnya sejak kecil, tanpa pamrih maupun merasa pilih kasih.
Sosok perempuan idamannya. Dan Attariq akan mencari perempuan persis sifatnya seperti Athena. Yang lucu, tegas, namun sangat penyayang.
Beruntung sekali temannya ini mempunya ibu yang sangat berharga sekali di mata Attariq. Dan Attariq berjanji untuk tidak membuat Bunda-nya ini kesusahan.
"Iya deh, anak Bunda semua. Tapi beliin bunda tiga bungkus ya," tetap saja Athena tak mau kalah dengan permintaannya.
"Bayar setengah-setengah deh!" Pujuk Athena pada Rajidan. Dan Rajidan hanya menggelengkan kepalanya melihat sikap ibu dari Aidan.
"Iya ntar Rajidan beliin bunda tiga," ucap Rajidan lembut, sambil tersenyum manis.
"Riq coba gitu kamu, senyumnya manis gitu." Ucap Athena mengejek Attariq yang sangat dikenalnya ini.
"Udah manis gini kok," ucap Aidan sambil mencubit pipi tirus Attariq yang tak bersalah.
"Mana ada manis-manisnya. Muka kamu itu. Kaya muka Ayah pas lagi kalah tender tau!" Ucap Athena yang tanpa sadar terdengar oleh seseorang yang tengah dibicarainya.
"Muka Ayah kenapa?" tanya seorang pria paruh baya dengan tatapan bingung.
"Itu loh Yah, Bunda ngatain muka Attariq yang jelek itu sama kaya Ayah lagi kalah tender!" Ucap Aidan dengan tatapan polos.
"Aidan!" Teriak Athena tertahan karena melihat pelototan Jendra–suaminya.
"Kamu bilang aku jelek nih, Bun?" tanya Jendra dengan tatapan galak. Athena hanya menunjukkan cengiran khasnya.
"Engga lah, Yah. Kan kamu suami Aku, masa iya aku nikahin orang jelek, ganteng kok ganteng!" Athena berusaha merebut kembali hati suaminya.
"Jadi Attariq ganteng juga dong Bun," ucap Attariq percaya diri. Athena menatapnya sinis.
"Gak, kamu jelek, jomblo pula, kasihan deh lo!" Ucap Athena sambil menjulurkan lidahnya keluar. Attariq yang mendengar itu terdiam dan menatap Athena sinis.
"Dasar Bunda gendut, jelek," Attariq memeletkan lidahnya kesal dan berjalan keluar dari rumah Aidan.
"ENAK AJA KAMU! TURUN TIGA KILO NIH," ucap Athena dengan keras. Aidan hanya menggelengkan kepalanya, lelah melihat bundanya yang sedikit nyentrik ini.
"Tiga kilo apa tiga ons Bun?" Devan bertanya dengan nada datar.
"Soalnya ga kelihatan kurusan deh, dasar Bunda, ngaku-ngaku doang." Sambung Devan lagi dan segera berlari menjauhi Athena yang sudah siap untuk meledak.
Aidan dan Rajidan pun langsung berlari keluar sebelum terkena semburan lava panas Bunda Athena.
"RAJIDAN BUNDA GA JADI PESEN TIGA, BUNDA GA JADI PESEN BUNDA DIET! LIAT AJA BUNDA KURUS NANTI!" Teriak Athena dari dalam rumah dan dihiraukan oleh keempat pria remaja ini.
"Udah-udah ayo kita minggat!" ucap Devan sambil berjalan menuju tempat tujuan mereka duluan.
"Lah, tadi perasaan dia yang gak mau pergi." Ucap Aidan dengan tatapan bingung.
"Iya ya, kenapa sekarang dia yang semangat?" tanya Attariq pada kedua temannya ini.
Dan mereka hanya bisa mengangkat bahunya acuh, tak mengerti mengapa Devan bisa sesemangat ini.
"Mungkin Devan rindu Mbak Yum," ucap Rajidan sambil mengangguk sendiri.
"GUA DENGER KALIAN NGOMONG APA LOH YA!" ucap Devan yang sudah sedikit jauh dari tempat mereka bertiga berdiri.
Sontak saja mereka bertiga langsung terdiam tanpa mau membahas hal yang aneh itu lebih lanjut. Dan melanjutkan perjalanan dengan keheningan malam.
***
"Eh Mas ganteng ku..." teriakan seorang wanita yang berusia tiga puluhan memenuhi indra pendengaran keempat pria yang baru saja sampai pada sebuah warung langganan mereka.
"Masnya, mau makan apa?" tanya wanita itu pada Devan yang memandangnya aneh.
"Jadi Devan aja nih Mba? Kita engga? Yaudah balik aja kita yuk," Attariq langsung berdiri dan mengajak kedua temannya–kecuali Devan–untuk pergi dari warung Mbak Yum ini.
"Eh jangan gitu dong Riq, nanti kalian pergi dia juga ikutan pergi, Mba sedih kan ya!" ucap Mbak Yum sambil menahan tangan Attariq untuk pergi.
Dan Mbak Yum pun tak mau melepaskan pengangan tangannya pada Attariq yang sebenarnya sudah duduk lagi.
"Mbak kalo naksir sama Attariq, bilang-bilang dong, jangan tiba-tiba, baru pertama kali di pegang janda nih!" Ucap Attariq polos. Mbak Yum langsung menatapnya dengan tatapan tajam.
"Janda-janda gini, perjaka masih banyak ya ngejar Mbak," ucap Mbak Yum bangga. Mereka berempat ingin sekali memuntahkan semua isi perut mereka saat ini juga.
"Mbak mau ngegoda perjaka atau mau jualan nih?" tanya Devan langsung to the point. Dan Mbak Yum hanya dapat tersenyum malu-malu.
"Dua-dua nya dong, biar Jasmine punya bapak," ucap Mbak Yum genit.
"Masyallah..." Rajidan langsung mengucap sekali melihat Mbak Yum yang genitnya kelebihan ini.
"Sesungguhnya, bertingkah berlebihan itu tidak baik Mbak, hanya menjauhkan jodoh yang ingin mendekat. Banyak-banyak ngucap Mbak, anaknya tar malu punya ibu centilnya ga ketulungan gini." Rajidan langsung mengelus dadanya.
'Jleb'
Mbak Yum langsung terdiam dan berbalik menjauh dari mereka berempat karena ucapan Rajidan barusan.
"Makasih Ba, Devan sayang Baba banget," ucap Devan dengan semangat.
Dan Rajidan hanya menatapnya dengan tatapan datar.
"Biasa aja kali, dasar lebay!" Rajidan menatap Devan sinis, dan mengambil air mineral gelas yang tersedia di depannya dengan gaya sok 'dingin'.
"Najis lu Ba!" Attariq melemparkan tisu pada Rajidan dan Rajidan hanya memeletkan lidahnya pada ketiga temannya yang sedang menatapnya dengan tatapan kesal.
"Permisi Mas, ini makanannya," seorang pelayan menghantarkan makanan pada mereka. Dan bukan Mbak Yum yang mengantarkannya.
Sepertinya Mbak Yum menjaga jaraknya dengan keempat pria remaja ini, karena omongan yang tadi sempat dilontarkan Rajidan.
***
Dua jam berlalu...
Sudah dua jam mereka berada di warung Mbak Yum, saling bercanda gurau tanpa memperdulikan waktu yang terus bergulir.
Dan pada akhirnya, mereka memutuskan untuk pulang dengan keadaan kenyang dan membawa tiga bungkus bakso pesanan bunda mereka.
Walaupun tadi bunda sempat membatalkan pesananya, mereka tahu bahwa bunda sangat ingin memakan bakso dari warung Mbak Yum.
Jadi Rajidan memutuskan untuk tetap membelikan bakso untuk ibu keduanya itu.
"Ntar pas saya kasih, kamu jangan ngeledek ya Riq," ingat Rajidan pada Attariq yang hobinya membuat Athena kesal.
"Insyallah kalo gue inget." Ucap Attariq singkat, acuh tak acuh.
"Yang bener dong! Nanti kalo Bunda gak makan kamu yang salah!" Rajidan menatap Attariq kesal. Dan Attariq hanya menatap Rajidan sejenak dan tak memperdulikannya lagi.
"Iya-iya, lagian gue ga mau ngeliat Bunda sakit kok. Tanpa lo ingetin juga gue tau, gue becanda gini juga bisa serius kok," ucap Attariq santai. Dan perkataannya itu dapat menancapkan belati transparan ke hati teman-temannya yang mendengar perkataanya.
"Riq.." lirih Devan sambil menatap Attariq dengan tatapan takjub.
"Gila Riq," ucap Devan sambil menatap Attariq takjub.
"Belajar akting di mana? Ajak-ajak gue dong, pengen berguru nih," Devan tetap pada ekspresi takjubnya itu. Attariq menatapnya dengan tatapan datar.
"Sialan lo! Gua kira lo tersentuh gitu sama perkataan gue, lah rupanya," Attariq menatap Devan kesal. Dan Devan hanya bisa terkekeh geli sambil menggelengkan kepalanya.
"Mimpi dulu lo banyak-banyak, baru gue bisa kagum." Ucap Devan sambil mengacak-acak rambut Attariq.
"Kemana aja kamu!..." suara dingin tak terjamah mampu menghentikan jalan mereka berempat.
Attariq menoleh ke arah sumber suara, dan yang lain pun mengikuti arah pandangannya.
Terlihat seseorang yang sangat disayanginya namun sekaligus dibencinya, berdiri dengan tatapan angkuh seakan-akan dia adalah penguasa.
"Ini bukan urusan Mama!" Attariq menatap seseorang itu dengan dingin.
"Berani kamu sama Mama?" tanya-nya arogan.
"Engga," ucap Attariq dengan tatapan dingin.
"Karena mama itu, mama aku. Jadi aku ga bakal berani sama mama." Ucap Attariq dingin
***
Jangan lupa vote dan comment yaaa...
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro