Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Entah

Satu persatu, petugas acara pertunjukan kelas ini, maju persatu. Dan tibalah pertunjukan Rajidan yang memang sudah di tunggu-tunggu.


"Tanpa membuang banyak waktu. Kami mohon pada Rajidan, untuk memberikan pidato atau ceramah singkat."
"Kepada Rajidan, kami persilahkan."

Mc sudah memanggil Rajidan yang tengah mengalami kegugupan setengah mati itu, untuk maju kedepan.

Dengan perlahan, Rajidan mulai melangkah ke depan panggung, dan disaksikan oleh tiga angkatan sekaligus.

"Inget aja Ba, kita kakak kelas, kakak kelas penguasa dan gak pernah salah.." ucap Aidan memberi motivasi yang sebenarnya tidak ada pengaruhnya bagi Rajidan.

"Bacot ah, diem." Ucap Rajidan mendadak sewot. Aidan ingin sekali memukul mulut Rajidan saat itu juga.

"Gue doain gagal lo, amin." Aidan menyumpah serapahkan teman baiknya ini.

Rajidan menatapnya tajam. Dan mulai menaiki tangga aula untuk dia berceramah.

"Assalamualaikum.." ucapnya sebagai tanda pembuka.

"Waalaikumsalam.." ucap seluruh siswa maupun siswi serta guru yang mendengar salamnya.

"Pada kali ini, saya akan memberikan sedikit wejangan masa kini, yang biasa di sebut juga dengan ceramah." Ucap Rajidan terdengar sedikit membosankan.

Namun tidak dengan siswi-siwi di depannya yang malah cekikikan tak menentu karena wajah tampannya itu.

"Kalian tau apa itu solat?" tanyanya tiba-tiba.

Semua gadis-gadis mengangkat tangannya karena ingin mendapatkan perhatian dari sang kakak kelas.

"Itu tuh, yang gendut lagi makan." Tunjuk Rajidan pada seorang pria gempal yang sedang memakan camilannya.

"Ngapa natap saya kamu, jawab solat tu apa.." ucap Rajidan kesal. Sepertinya masa periode Rajidan datang pada hari ini.

"Solat itu, waktu kita curhat sama Tuhan kak." Ucapnya asal. Rajidan hanya menggelengkan kepalanya.

"Jadi guna solat itu cuma buat curhat doang? Kalo susah doang inget Tuhan? Kalo lagi seneng inget siapa?" Tanya Rajidan dengan tatapan bertanya.

"Pacar kak..."
"Ya mantan sabi lah..."

Jawaban-jawaban adik kelasnya terdengar sangat kurang ajar dan sembarangan.

"Saya doain pulang ntar kena azab Allah. Amin." Ucap Rajidan santai.

"YA JANGAN LAH KAK!" Teriak mereka dengan keras dan serentak.

"Lah masih takut sama azab Tuhan juga? Saya kira cuma takut sama kecuekan gebetan aja..." ucap Rajidan dengan nada menyindir.

"Kalo Azabnya kami takut kak. Serius deh, ga boong." Ucap salah satu adik kelas perempuannya dengan tatapan polos.

"Kalo takut sama azab, kenapa solat ditinggalin? Kenapa larangannya masih dikerjain ? Sehat gak nih kalian?" tanya Rajidan dengan tatapan bingung.

"Ya sehat kak, sakit dikit lah gegara kena tinggal mantan," ucap salah satu murid pria dengan cengiran khasnya.

"Muka lo buluk sih," ucap Rajidan tak tanggung-tanggung.

"Makanya berwudhu, biar muka ada cahaya dikit." Ucap Rajidan sambil tersenyum.

"Kaya saya kan, saya ganteng ga?" tanya Rajidan percaya diri sekali.

"Ganteng kak!" Ucap siswi perempuan dengan keras.

"Kaga.." ucap siswa pria tak kalah kerasnya juga.

"Yang jawab kaga berarti sirik sama saya." Ucap Rajidan tak mau kalah.

"Jadi kalau di suruh solat itu, ya solat. Jangan bilang iya kak saya solat, nanti tiba-tiba larinya ke kantin." Ucap Rajidan sambil menggelengkan kepalanya.

"Jadi di kantin itu ada sajadahnya meja, terus wudhunya pake air mineral, bukan di cuci, tapi di teguk. Terus doanya sambil ngunyah nasi ayam. Gitu kan?" tanya Rajidan dan sontak membuat wajah siswa-siswi yang mendengar langsung berubah.

"Astagfirullah.." ucap kakak-kakak kelas yang melihat adik-adik kelasnya tertawa malu.

"Yang kakak kelas juga sadar diri! Jangan ngomongin adek kelasnya!" Ucap Rajidan sambil menatap sinis teman seperjuangannya.

"Nanti pas UN sambil nangis-nangis berdoa sama Tuhan karena takut ga lulus." Rajidan sedikit menjeda ucapannya.

"Ya Tuhan masukkan saya ke sini, ke situ, tapi pas seneng lupa sama pintaannya. Ga bisa gitu dong!" Ucap Rajidan sambil menggelengkan kepalanya.

"Astagfirullah..." giliran adik kelasnya yang malah mengurut dada mendengar kelakuan kakak kelas mereka.

"Gak adik kelas, gak kakak kelas, sama aja lah semua, kalo susah baru inget Tuhan. Kalo seneng inget mantan, nanti pas ditinggalin baru nyalah-nyalahin takdir." Ucap Rajidan menyindir semua teman-temannya.

"Nanti udah gitu kan, nulis-nulis caption instagram sok-sok puitis tentang perpisahan, sedangkan doa iftitah aja masih mikir dulu setiap solat."

"Bayangin! Doa iftitah yang anak Tk udah hapal, lah dia ga hapal. Miris kaga tu? Pas mati ga pake di tanya langsung terjun bebas ke neraka. Mau?" tanya Rajidan dengan tatapan kesal.

"Engga..." ucap seluruh siswa dengan serentak.

"Kalau gitu solat lima waktu dari sekarang oke?" tanya Rajidan sambil meminta persetujuan semua teman-temannya.

Dan tak satupun orang yang bersuara karena tak berani berjanji dengan dirinya.

"Solat di musholla sama saya sekalian saya kasih Id line saya mau?" tanya Rajidan dengan senyuman manis.

"Mau!" Teriak seluruh siswi serentak.

"Nah keliatan setannya kan. Semoga dapet azab Tuhan pulang sekolah." Ucap Rajidan sambil tertawa.

"Amin.." anak lelaki malah mengaminkan doa Rajidan dengan keras dan siswi perempuan hanya mengerutkan bibir mereka kesal.

"Di kuburan nanti ga ada pertanyaan id line saya itu apa kakak-kakak, jadi jangan solat karena ID Line saya. Ikhlas.." ucap Rajidan sambil tersenyum dengan manis.

"Begitulah ceramah yang sangat singkat dari yang paling singkat from Rajidan Alfariq," ucapnya sambil mengangkat tangannya ke atas. Sebagai tanda perpisahan.

"Wassalamualaikum," dan Rajidan pun turun dari panggung dengan senyuman leganya, karena sudah berhasil membawakan ceramah yang walaupun tak ada arti apa-apa itu.

"Baiklah, selanjutnya adalah nyanyian..." mc terus saja membawakan beberapa acara dari kelas mereka, dan Rajidan hanya tersenyum melihat semua teman-teman terdekatnya mengacungkan jempol padanya.

"Walaupun tadi lo rese sama gue, tapi good job bro. Malam nanti traktirin gua mi bakso." Ucap Attariq sambil menepuk bahu Rajidan.

Rajidan tersenyum menatap semua temannya yang ternyata memperhatikannya dari jauh. Rajidan sangat bangga pada teman-temannya ini. Yang walaupun memiliki masalah masing-masing, masih tetap menyayanginya sepenuh hati mereka dan menyembunyikan rahasianya rapat-rapat.

"Mi bakso Mbak Yum jam lapan, saya traktir. Setuju?!" tanya Rajidan pada ketiga temannya.

"Gak mau Mbak Yum ah!" Ucap Devan sambil menggelengkan kepalanya.

"Kenapa?" tanya Aidan dengan tatapan bingung.

"Gua ga mau di cubit-cubit kaya biasanya ya. Ogah! Dia lebih bahaya dari pada Annabell." Ucap Devan dengan nada ngeri.

"Ah udah lah, yang penting baksonya enak. Jadi jam lapan jangan lupa!" Aidan segera berlari meninggalkan Devan, dan diikuti oleh semua temannya yang ikut meninggalkan Devan.

"WOI GUA GA MAU GILAK!" teriak Devan histeris. Sampai-sampai tak di perdulikannya acara yang masih berlangsung ini.

"Diem woi, lagi doa. Ga punya agama lo?" Tegur teman sekelasnya yang berada didekatnya.

"Maaf-maaf, Mas khilap dek," ucap Devan segera berlari mengejar teman-temannya.

"Dasar gila, untung ganteng,"

***

DOUBLE UP DEH!
ada yg udah kuliah?
Kalau ada, share dong keluh kesahnya kaka-kaka gimana.

Yang sma dan smp, mau share pengalaman kalian dan keluh kesah kalian di sekolah juga boleh.

Aku pengen sharing-sharing nih sama kalian:))

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro