Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

White Tulips Orphanage



"Angelina Johnson mencetak gol!, 10 poin untuk Gryffindor!!"

.

.

Apakah mereka masih melihat pertandingan Quidditch itu?

.

.

.

Well yeah, they still watch it.


Roxter dan Jesseline bahkan membuat taruhan siapa yang akan memenangkan pertandingan tersebut, Roxter bertaruh pada Slytherin dan Jesseline bertaruh pada asrama Gryffindor.

"Hey taruhanku membuat poin tuh"

"Hanya keberuntungan kok, pasti selanjutnya aku yang akan menang"

Namun setelah itu, keduanya terdiam sebelum si gadis mendekatkan mulutnya ke telinga Roxter lalu berbisik.

"Miranda, White Tulips"

Mendengar itu Roxter melotot terkejut dan langsung menatap wajah Jesseline yang masih berada di depannya.

"Asher dan Adeline adalah orang yang bisa dipercaya, jadi menitipkan dia pada mereka bukanlah hal sulit, yang penting tidak ada nyawa yang di korbankan"

Tanpa sadar, bell tanda menyetak score kembali berbunyi, menandakan salah satu regu membuahkan poin.

"S-Slytherin menang!, ingat taruhanmu Jessy"

"Kalau kau menang, akan ku berikan contekan?, bermimpi saja sana"

"Tapi, kalau kau menang aku akan membuatkanmu ramuan polyjuice, lagipula untuk apa? bukannya kau bisa buat sendiri?"

"Aku sedang malas, makanya aku minta begitu"

"Dasar pemalas"

"Lebih pemalas mana dari kau yang tidak mau belajar hingga minta contekan?"

"Aww Jess.."

Jesseline hanya bisa tertawa kecil melihat wajah cemberut Roxter, menggoda Tuan Spears ini memang menyenangkan.


While In The Other Side..


White Tulips Orphanage used to be Equories Manor

Real place name : Wightwick Manor, England


Miranda POV.

"Ayo-ayo semuanya, bereskan alat-alat tulis kalian!, ini sudah waktunya menjemur pakaian!"

Ucap seorang wanita yang tak lain adalah Adeline T. Equories, Ibu dari panti asuhan ini.

Beliau dan adiknya, Asher D. Equories adalah satu-satunya keturunan keluarga Equories, salah satu dari 8 Pure-Blood Family terkuno yang tersebar di seluruh dunia, bahkan lebih dulu berkembang sebelum keluarga Black ada.

Para 8 keluarga itu antara lain, Equories, Artemovich, Fortuin, Serhalawan, Zhao, Valenzuela, Rayegan, dan Roe.

Panti Asuhan ini sebelumnya adalah Manor milik keluarga tersebut, namun kakek mereka berpikir untuk merubahnya menjadi tempat penampungan anak beberapa tahun setelah kedua orang tua Equories bersaudara meninggal. 

Kakek tersebut bernama Clyde Equories, beliau adalah anak tunggal, jadi tentu saja setelah kepergian istri dan anak beserta menantunya, Ia membesarkan kedua bersaudara hanya bersama beberapa peri rumah.

3 tahun setelah anak-anak panti diurus, Clyde meninggal menyusul istri dan anak-anaknya, para penghuni manor amat berduka, dan ketiadaan para peri rumah adalah salah satu wasiat Clyde sebelum meninggal yaitu untuk membebaskan mereka semua.

Setidaknya, itulah yang aku ketahui, dua hari yang lalu seseorang menculik-ku dan menyamar menjadi dirku dengan ramuan Polyjuice, namun beruntung Henry dan Vanetra menemukanku keesokannya, karena situasi di Hogwarts agak kacau, dan agar tak mepersulit keadaan, Jesseline dan yang lainnya mengungsikan ku ke tempat ini.

Kami baru saja selesai sekolah bersama di ruang tengah, selanjutnya adalah menjemur pakaian masing-masing, dan saat melakukan itu beberapa anak remaja diatas 12 tahun akan mengurus para balita.

Semua anak bergerombolan masuk ke dalam sebuah ruangan dan keluar dengan masing-masing membawa sebuah keranjang berisikan baju-baju siap dijemur.

"Giliran siapa yang menjaga adik-adik selagi yang lainnya menjemur?"

Lanjut Adeline  lagi.

"Hari ini giliran kami Ibu, tenang saja".

Sahut Reithen, anak laki-laki seumuranku, sebenarnya dia sudah pernah dikirimkan surat masuk Hogwarts, namun ia tidak ingin pergi karena merasa akan membebani keluarganya. 

Walau Adeline dan Asher sudah membujuknya sekeras mungkin tapi tetap saja, banyak anak yang tak mau masuk Hogwarts dengan alasan yang sama, karena itulah ada beberapa anak umur diatas 11 tahun disini, tapi tentu ada beberapa anak panti yang juga masuk ke Hogwarts.

"Bolehkah aku membantu, Reithen?"

"Huh?, tentu saja Miranda!"

"Tidak-tidak, biarkan kami ber-delapan yang menjaga mereka, kalian berdua tolong bujuk Artheus untuk sarapan, dia sedang tidak sehat tapi malah tidak mau makan, bujuklah ia makan lalu beri obatnya"

"Oltrael, tolong jaga yang lain ya, kami akan segera kembali"

"Ya ya, cepatlah, atau Artheus akan terkena Maag"

Artheus adalah anak laki-laki berumur 9 tahun di panti ini. Dia sangat ingin masuk ke Hogwarts karena cita-citanya menjadi seorang Auror, tapi dia sedikit keras kepala dan sering sekali marah-marah, melihatnya saja aku langsung teringat Hyun-Shik hahaha.

"Artheus?, kau didalam? ayo sarapan lalu minum obatmu ya, supaya kau cepat sembuh"

Ucap Reithen namun tidak ada jawaban, aneh sekali, kata Oltrael biasanya dia akan bilang masuk kalau tidak dia akan mengusir siapapun yang akan masuk kamarnya.

"Arthey?, sebentar ini terkunci, Alohomora!"

Pintu langsung terbuka dan memperlihatkan kamar itu kosong, tak ada seorangpun, namun kami melihat jendela terbuka lebar dengan selimut yang dikaitkan dan membentuk bak tali tebal, disitulah kami berdua saling memandang. Anak itu berniat kabur.

Reithen berlari menuju jendela saat itu juga, sementara aku harus menaruh makanan yang ku bawa tadi keatas meja kecil didekat ranjang, aku menyusul Rei mengarah jendela.

"ARTHEUS EQUORIES MENURUTMU APA YANG KAU LAKUKAN?!"

Teriak Rei begitu melihat Artheus masih memegang tali dari selimut tersebut dan sedang setengah jalan menuju tanah. Bahkan tak sama sekali berpikir untuk menghadapkan kepalanya kepada kakak lelakinya.

"NAIK, SEKARANG"

Begitu kedua kata itu dikeluarkan oleh Reithen, Artheus langsung bergegas untuk naik kembali menuju jendela seakan-akan nyawanya sudah diujung tanduk.

Kemarahan anak ramah seperti Reithen memang ke-lewat mengerikan, lebih mengerikan dari marahnya Professor Snape saat kau salah memasukkan bahan kedalam suatu racikan ramuan.


Setelah Artheus naik ^^~


"You gorgeous, brave, little child of God!, apa yang baru saja kau lakukan?! Kau bisa saja terluka atau bahkan lebih buruk, patah kaki!"

Aku baru tahu ada umpatan seindah itu. Anyway Reithen sedang memarahi Artheus yang tengah meringkuk di ranjangnya sementara aku melipat selimut yang dijadikan tali tadi.

"Atau kau mau aku beritahu hal ini pada Ibu supaya memindahkanmu ke loteng?"

Begitu Reithen menyebut kata "loteng", mata Artheus langsung terbelalak.

"T-tidak!, baiklah aku minta maaf, tolong jangan pindahkan aku ke loteng..aku tidak suka disana".

"Mhm, tak ada yang menyukai loteng"

Sambung Reithen, sementara Artheus masih terduduk di ranjangnya.

"Eh?, tapi aku suka loteng"

"Kau suka loteng?"

*Mengangguk*

Aku tidak bercanda, saat berada di tahun kedua, Jesseline, Aku, dan Travey, kami bertiga bermalam di loteng saat liburan ke rumah Professor Snape yang berada di tengah hutan Q'lerion (Rumah kayu di chapter 2).

"Bagaimana bisa kau suka- omong-omong Artheus, habiskan makananmu lalu minum obat, jika tidak aku akan memberitahu kejadian tadi pada Ibu"

Artheus memalingkan wajahnya ke samping, dan ia sedikit cemberut, i could tell he's upset.

Reithen tertawa kecil melihat kelakuan salah satu adiknya tersebut. Dia mengangkat tangannya keatas kepala Artheus dan mengelusnya.

"Setelah kau sembuh, aku akan mengajarimu naik sapu terbang, itupun kalau kau cepat sembuh"

Wajah Artheus kembali cerah, terlebih lagi senyum manis terukir dibibirnya.

"Janji ya!, Rei janji kan?"

"Ya, Rei janji"


End of Miranda POV.

.

.

.


"Terkadang Artheus sangat merepotkan, maaf ya kau harus melihat itu semua"

"Ahaha, tidak apa-apa, setelah kau menjanjikan mengajarinya naik sapu terbang, dia makan lahap sekali"

Setelah berjalan lumayan lama, Miranda terdiam didepan sebuah pintu dengan tulisan kuno terukir disana.

"Hmm?, pintu apa ini?"

"A-ah itu, Ibu melarang kami kesana, katanya ada barang antik berbahaya disana"


'Αλήθεια Καθρέφτης'


"Ali.. Alitheia? Cermin Alitheia?"

Reithen termenung memandang kearah Miranda, sementara dirinya masih menghadap kearah pintu berwarna merah maroon itu.

Cermin Alitheia adalah salah satu warisan kuno milik keluarga Equories. Cermin itu akan memberikan jawaban untuk berbagai pertanyaan, namun sebelum mendapatkan jawaban itu, siapapun yang bertanya akan diuji oleh sang cermin dengan menampilkan beberapa adegan masa lalu dibuat-buat sang cermin seakan-akan masa lalu yang dilihat dicermin itu adalah nyata, tak sedikit orang yang selesai memandang cermin itu langsung kehilangan kewarasan.

"Kau bisa baca tulisan aneh itu?"

"Ini bahasa Yunani, artinya 'Cermin benar', sepertinya aku tahu kenapa tempat ini dilarang oleh Nyonya Adeline, ayo kita pergi membantu Hyodas dan Yalina memotong rumput saja".

"Hey kenapa dilarang?"

"Sudah-sudah, ayo bantu Hyodas dan Yalina, Rei- Ah Ariabelle menangis!"

"A-Aria!!, Wefran jangan buat dia menangis, Leonard jangan memukul Wefra- Hei hentikan?!"

Begitu mendengar suara anak bernama Aria itu menangis, Reithen berlari menuju arah suara tersebut sudah tidak peduli dengan ruangan terlarang tadi, sementara Miranda masih berdiri didepan pintu itu.


"Πόσο αστείο που η απάντηση αξίζει τη λογική τους..."

'Betapa lucunya jawaban itu sepadan dengan kewarasan mereka...'


Kata Miranda setelah itu berjalan menuju arah yang dilalui Reithen tadi.


________________________________________________________


"Apa yang terjadi dengan sapu Harry?"

Jesseline yang sedari tadi tidak fokus terhadap permainan Quidditch yang sedang berlangsung sedikit terkejut dengan apa yang dikatakan Travey yang pindah kedekat mereka beberapa menit yang lalu.

"Memangnya apa yang-"

begitu meghadap keatas, dia melihat sapu terbang adiknya seperti memberontak, seolah-olah ingin menjatuhkan Harry.

"Bloody rose. . siapa yang-!"

Saat melihat sekitar mata Jesseline terpaku pada sosok guru yang duduk sama sekali tak jauh dari ayah walinya. Professor Quirrel nampaknya memasang suatu mantra yang akan membuat Harry cidera berat jika jatuh di ketinggian itu, bahkan kemungkinan untuk mati sangatlah tinggi.

"Tunggu dimana yang lainnya?"

Pada saat itu juga, Jesseline memeriksa anggota HogGuards yang berdiri pada stan asrama masing-masing yang nampaknya mereka juga menyadari akan keanehan pada sapu Harry.

Tapi nampaknya, kedua Park bersaudara langsung bertindak, saat akan mendekati mereka berdua menuju Gryffindor stan, Jesseline kewalahan untuk keluar dari barisan penonton namun pada akhirnya sapu Harry kembali bergerak dengan normal. Sang kakak menghembuskan nafas lega.

"Tapi apa yang baru saja terjadi. . sebenarnya?"


To Be Continued


.

.

.

.


Haha gimana?, seru nggak?

menurutku chapter ini chapter paling cepet yang dibuat karena ga buka film harpot terus mwehehehe.


Btw kayanya aku bakalan lama hiatus lagi deh, mamaku bakalan nyita laptop yang lagi aku pake ngetik sekarang ini, sebenernya disituasi begini aku bakalan nangis sesenggukan tapi aku juga kaget aku gak se-sedih itu hehehe!

Maaf ya bikin kalian nunggu, tapi sekolah ku baru aja tatap muka seminggu yang lalu makanya sibuk banget, akun ini ga akan mati kok!, sebisanya aku bakalan update bahwa aku masih aktif.

Oh ya, For Your Information


Teen Thomas Brodie-Sangster as Reithen 


Eloise Webb as Miranda Patricia Parkinson



Have a nice day!!

_Asriel Reinstone Theodore_

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro