The Unseen Eyes
"Biarkan aku membantumu Hagrid!"
Kata Henry dan mulai mendorong pohon cemara raksasa yang mereka dapat untuk dijadikan pohon natal di aula utama.
"Henry, kau akan melukai dirimu sendiri"
"Tidak akan, tenang saja"
Sementara didalam sekolah, para siswa Hogwarts mulai berpulang ke kampung halaman mereka untuk menemui keluarga tercinta, di aula utama, Harry dan Ron memutuskan untuk bermain catur penyihir disana. Hermione yang akan segera pulang melihat kedua anak laki-laki itu dan menghampiri mereka.
"Ratu ke E-5"
Ucap Ron, membuat catur yang berperan sebagai ratu itu 'memakan' catur milik Harry.
"Sungguh bar-bar!"
Tanggap Hermione begitu melihat apa yang terjadi pada catur dari sisi Harry, sedangkan Ron hanya tersenyum.
"Ini catur penyihir. Sepertinya kau sudah berkemas"
"Sepertinya kau belum"
"Ada perubahan rencana. Orang tuaku memutuskan untuk pergi ke Romania untuk mengunjungi kakakku, Charlie. Ia tengah mempelajari naga disana"
Kata Ron memberitahu alasan mengapa ia tak berkemas untuk pulang ke rumahnya, sedangkan Hermione mendengar hal itu lantas memberi saran padanya, lebih tepatnya menyuruhnya.
"Bagus. Kau bisa membantu Harry. Ia akan mencari informasi di perpustakaan tentang Nicholas Flamel"
Ron cemberut dan sedikit menggerutu.
"Kita sudah mencari ratusan kali!"
Hermione menundukkan badannya perlahan kepada mereka dan berbisik.
"Tapi belum di Seksi Terlarang. Selamat Natal"
Begitu Hermione hendak beranjak meninggalkan mereka. Ketiganya menoleh begitu terdengar suara di ujung meja Gryffindor.
"Kau percaya itu? Kak Baek yang tak pernah keluar rumah, sedang berada di Swiss sekarang?"
"Itu Normal Hyun-Shik, lagipula keluarga tunangannya Mi Young-Noona berada disana, mungkin dia hanya berlibur dan berkunjung kesana, jangan banyak tanya"
Si kembar Park sedang berbincang hangat bersama seorang anak lelaki se-asrama dengan mereka. Lee Daniel, orang yang duduk disamping mereka dengan penutup mata, ia juga adalah teman masa kecil mereka yang ikut ke bersekolah disana.
"Tunangan? mereka sudah punya 3 anak, ayolah, kapan dia akan menikahinya?"
"Sekali lagi kau tanyakan itu, ku masukkan saus Gochujang dihidungmu"
Dengan itu, Hyun-Shik terdiam kesal, melihat hal ini Hyun-Ki hanya menghela nafas dan tersenyum kecil. Sementara Daniel yang mendengarkan obrolan mereka hanya terkekeh kecil karena kasihan dengan kekesalan Hyun-Shik dan sayang sekali ia tak bisa melihat raut wajahnya karena kebutaan yang ia miliki.
Keluarga Park, keluarga dari Hyun-Ki dan Hyun-Shik memiliki 5 orang anak, diantaranya mereka berdua dan ketiga kakak mereka. Tae Seok, Baek Hyeon, dan Mi Young. Empat orang putra dan seorang putri, tentu saja mereka sangat amat menyayangi Mi Young yang menjadi satu-satunya anak perempuan di keluarga itu.
"Tahun baru nanti, anak Kak Mi Young akan lahir, Kak Baek Hyeon kesana untuk menemani masa bersalinnya karena Ayah dan Ibu tidak akan bisa kesana tepat waktu, dan kita akan kesana seminggu sebelum Tahun baru.. "
Ungkap Hyun-Ki sambil merapikan kacamatanya dan menoleh kearah Hyun-Shik. Sang kembar tersenyum senang mendengar apa yang saudaranya katakan dan akhirnya mengangguk ria.
"Benarkah?! Asik! Kita akan ke Swiss!!"
"너무 시끄럽게 하지마..."
"[jangan terlalu berisik...]"
"아하하.. 너무 가혹하지마"
"[Ahaha..jangan terlalu kasar]"
Tanggap Daniel kepada Hyun-Ki yang tengah menaruh lengan kanannya dibelakang leher Hyun-Shik, ketiganya mengobrol kecil sebelum akhirnya beranjak pergi dari meja Gryffindor.
Momen kecil Park bersaudara dan kawannya itu menghangatkan hati orang-orang di aula sana. Harry yang menatap mereka dari kejauhan hanya bisa melihat kejadian tadi dengan sendu, mungkinkah ia dan kakaknya dapat melakukan hal itu?
Esoknya.
Harry terbangun oleh teriakan Ron yang bagai alarm di pagi hari.
Tapi teriakan itu memang wajar apalagi, siapa yang tak ingin bangun pagi di hari Natal?.
"Harry, bangun! Ayo Harry bangunlah!"
Sementara anak laki-laki yang dibangunkan mulai terduduk diatas ranjang dan mulai meraba kacamata miliknya lalu berlari kearah suara tadi yang tak lain adalah Ron.
Dilantai atas, Harry menatap kearah Ron, begitu juga sebaliknya, kedua anak laki-laki itu terlalu senang, rasanya seperti mereka adalah anak paling bahagia didunia, dengan Natal pertama Harry tanpa keluarga Dursley dan Natal pertama Ron bersama sahabat barunya itu.
"Selamat Natal Harry"
"Selamat Natal Ron"
Sebelum melanjutkan perkataannya, Harry melirik kearah sweater milik Ron dengan huruf R besar ditengah dadanya.
"Apa yang kau kenakan?"
Meraba pakaiannya, Ron kemudian menjawab Harry.
"Oh, ini buatan ibu, sepertinya kau juga dapat hadiah"
"Aku dapat hadiah?!"
"Ya!"
Berlari menuruni tangga, Harry langsung menghampiri Ron yang berkata bahwa ia mendapatkan hadiah. Kebahagiaan yang ia rasakan tak bisa diutarakan dengan sebatas kata atau kalimat, hal kecil bernama hadiah itu sudah menghangatkan hatinya yang semula padam Natal di tahun-tahun lalu, dimana hadiah hanya diterima oleh anak-anak yang tentunya bukanlah dia.
"Itu dia"
Ungkap Ron mengisyaratkan kepada Harry yang mana hadiahnya, dua buah bungkusan tergeletak dibawah pohon cemara tersebut. Sementara Ron memakan manisan sambil melihat kegirangan kawan barunya itu.
Sesaat sebelum ia membuka hadiah yang terbungkus , surat terpasang diatas bungkusan hadiah itu.
' Ayahmu memberikan ini padaku sebelum ia meninggal, sudah waktunya benda ini dikembalikan padamu. Gunakan dengan baik '.
Setelah surat tersebut dibuka dan dibaca, Harry mulai membuka ikatan tali yang mengikat bungkusan itu dan membuka juga melihat isinya.
Sebuah jubah tua keluar dari bungkusan tersebut, warnanya coklat mengkilap, tak begitu terlihat tua sebenarnya. Anak lelaki itu memperhatikan jubah itu sebentar sebelum melirik kearah hadiah lain yang bertuliskan ' Untuk Harry ' terbungkus oleh kertas merah yang berkilau dan pita berwarna kuning.
"Apa itu?"
"Sejenis jubah"
"Ayo, coba kita lihat, pakailah"
Usai mendengar jawaban Ron, Harry yang penasaran pun mencoba menyelimuti badannya dengan jubah tersebut.
Ron takjub begitu jubah itu menyembunyikan badan Harry, tapi dengan transparan! Agak sedikit menakutkan melihat kepala Harry yang terlihat seperti melayang karena jubah itu.
"Tubuhku menghilang!"
"Aku tahu apa itu. Itu jubah gaib!"
"Aku tak kelihatan?"
"Benda ini sungguh langka. Siapa yang memberikannya?"
"Tak diberi nama. Surat ini hanya bilang 'Gunakan dengan baik'. "
Timeskip, Night.
Malamnya benar saja. Harry menyusup menggunakan jubah tadi dan membawa lentera di tangannya. Masih terpikir baginya hadiah lain yang tergeletak dibawah pohon Natal pagi tadi.
POV Harry.
Pagi tadi.
"Lihat Harry"
Aku masih asik mengenakan jubah gaib yang dihadiahkan kepadaku oleh seseorang, aku tak tahu siapa, namun mengetahui bahwa ini milik ayahku dulu, aku semakin senang. Tapi Ron tiba-tiba mengingatkan ku tentang hadiah lain yang masih berada dibawah pohon natal.
Kertas berwarna merah mengkilap dan pita kuning cantik menutupi hadiah itu. Berbeda dengan yang sebelumnya, hadiah ini lebih rapi dan terbentuk dibanding jubah tadi.
"Ini dari siapa?"
Ron bertanya disampingku sesaat setelah aku duduk diranjangnya dan sudah meletakkan jubah gaib tadi di tempatnya semula. Aku menatap lekat hadiah itu dengan bingung sama seperti Ron. Aku juga tidak tahu yang satu ini berasal siapa atau bahkan darimana.
"Entahlah, menurutmu apa isinya?"
"Kawan ini hadiahmu. Seharusnya kau yang mencari tahu. Ayo, bukalah"
Perlahan, aku mulai membuka bungkusan itu, dari luar benda itu terasa lumayan ringan dan lembut..?
"Woah lihat itu! sebuah syal dan sepasang sarung tangan rajut! Astaga keren sekali! Dan warnanya, warna asrama kita. Harry kau sungguh beruntung!"
"Sedikit besar, syalnya juga sangat hangat.."
Perasaanku sangat hangat, aku benar-benar bahagia mengenakan benda-benda buatan tangan itu. Tapi, siapa yang membuatnya?
"Rajutannya terlihat agak kasar. Tentu saja ini buatan tangan, jika membeli pasti akan sangat rapi. Apa kau tahu siapa yang membuat semua ini?"
"Entahlah Ron"
.
.
.
.
Dan aku tengah mengenakannya sekarang ini.
Menyusuri lorong gelap, menuju perpustakaan di malam hari. Berharap bahwa aku bisa mencari petunjuk tentang sesuatu yang tengah mengancam hidupku didunia baru yang aku tempati ini.
Dan mencari tahu sedikit tentangnya, dia yang sekarang ini adalah keluargaku satu-satunya saat ini.
Itu membuatku terpikir, apa.. apa dia yang merajut pakaian-pakaian tadi untukku?
'Terlarang'
Disinilah aku.
Perlahan ku buka pembatas menuju area itu. Kuusahakan tidak bersuara sedikitpun, dan mulai mencari buku yang Hermione maksud.
"Pemakan api tersohor. Makhluk-Makhluk Jahat Abad Ke-15."
Kataku mulai membaca satu persatu buku yang ada disana dengan harap buku tentang Nicholas Flamel dapat digapai mataku.
"Flamel. Nicholas Flamel. Dimana engkau?"
Melepas jubah gaib milikku, aku mulai mencoba mengambil salah satu buku. Mencoba memeriksa apakah informasi tentang Nicholas Flamel tertera pada buku itu.
Sialnya. Sesaat setelah aku membuka buku itu, muncul sesosok wajah yang meneriaki ku seakan melarang keras aku melihat isi dari buku itu. Tanpa basa-basi aku menutup buku itu sekeras-kerasnya, berharap tak ada yang mendengar teriakan buku tadi.
"Siapa disana?!"
Panik. Aku mengambil segera jubah ku tadi dan berlari, tanpa ku sadari lentera yang kubawa terjatuh hingga pecah, membuat lilin didalamnya padam.
Aku mengendap-endap dibelakang salah satu susunan rak buku disana. Tanpa ku sadari, seseorang menutup mulutku dengan paksa dari belakang, membuat jantungku hampir berpindah dari tempatnya.
"Mmm!"
"Shht, jangan berisik, kau akan ketahuan"
Perlahan, aku membuka mataku yang hanya menemukan anak laki-laki yang bersama dengan Park bersaudara tadi. Kain hitam masih terikat di matanya.
"Pakai jubah itu, aku akan mengurus segalanya"
Suaranya seperti memerintahku. Aku tak tahu apakah aku harus mempercayainya. Namun aku tak memiliki banyak pilihan. Segera aku memakai jubah gaibku dan diam ditempat.
"Aku tahu kau ada disana. Kau tak bisa bersembu-"
"Tuan Filch? Itukah kau?"
Pria yang mengejar ku tadi mendekat kearah kami. Tidak, lebih tepatnya kini sedang mendekat kearah anak laki-laki tadi.
"Bocah, kenapa kau berkeliaran disini?"
"Ah begini, petang tadi aku kemari untuk meminjam buku bersama dengan temanku, tapi aku lupa untuk meminjam buku yang lain untuk pelajaran besok, jadi aku pergi kemari untuk mengambilnya, tapi aku.. tersesat hehe"
"Dasar bocah, kau membawa lentera juga?"
"A-aku takut jika seseorang tidak melihatku ketika aku berjalan, jadi aku membawanya"
Aku masih memperhatikannya sampai tangannya seakan menyuruhku , mengisyaratkanku untuk pergi dengan perlahan-perlahan.
"Kau membuka salah satu buku disini tadi?"
"Benar, maafkan aku telah mengagetkanmu Tuan"
Tuan Filch terlihat sedikit simpatik dengan anak itu, melirik kearah tangannya yang aku perhatikan juga ternyata sedikit berdarah akibat serpihan kaca lentera. Tuan Filch kemudian menggenggam lengannya secara perlahan.
"Ayo nak, mencari bukunya besok saja ok? Kau punya banyak kelas esok pagi"
"Baik.. terima kasih banyak tuan, maaf aku selalu menyusahkanmu"
"Kau memang menyusahkan bocah"
"T-tunggu, bagaimana dengan serpihan lentera barusan?"
"Sudah-sudah, ayo cepat kembali ke asrama-mu atau aku akan memberi tahu Professor Mcgonagall dan poin asrama kalian akan dikurangi"
"Jangan Tuan! Baiklah aku akan kembali.."
Suaranya mulai memudar pertanda aku sudah jauh darinya. Semuanya berjalan lancar berkat dia, untung saja. Tapi aku tak mendapatkan namanya, memikirkan itu di perjalanan kembali-ku, aku menemukan hal lain yang semakin mencurigakan dan mengejutkan.
.
.
.
.
MALEM GAIS
Eh pagi ga si, atau siang? ya yauda lah ya
aku gatau kenapa aku masih punya muka buat publish ini (╥﹏╥)
Riel gatau kalo sekolah dan segala macamnya ngebuat Riel pusing banget
terus tau ga si, aku kek ikut lomba gitu trus kalah gitu kemarin.
jadi kek pengen nge unalive diri sendiri gitu hek.
Terus aku juga baru mulai nonton series OUAT itu, tau ga si yang ada peter pan ganteng itu-
Haha, seneng rasanya banyak yang nunggu, sampai seseorang ngirimin aku pesan, nanyain kapan cerita ini update lagi.
Pengirimnya juga salah satu Readboo yang setia, dan selalu absen pertama dalam membaca cerita ini hehe.
Syukur juga banyak yang suka, semoga aku masih bisa menghibur semaksimal mungkinn
Thanks for all the love Readboos~!
(っ^▿^)っ♥♥♥♥♥♥
Until the next time, See you soon~~
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro