Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Revealed The Unspoken Truth

.

..

...



Sudah lebih dari 3 jam Severus terperangkap dalam berbagai ilusi yang dimainkan oleh sang cermin. Equories tertua mulai mengutarakan kecemasannya terhadap sang kawan lama.

"Ini tidak wajar, maksimal waktu yang dihabiskan biasanya 2 atau bahkan 1 jam, Severus sedang kesulitan didalam sana. Kita harus-"

"Tidak perlu Addy"

Segera setelah sang kakak memberi nasehat, Asher memotong perkataannya begitu saja, dengan wajah datar tapi lebih condong kearah kesal.

"Apa..?"

"Ku bilang tidak perlu, biarkan dia melewati semua itu sendiri, kalau memang dia se-nekat itu untuk gadisnya, pasti tidak jadi masalah dan dia akan keluar dengan akal yang sehat-sehat saja"

Addeline menatap sendu adik bungsunya. Sudah bukan rahasia lagi bahwa Asher pernah memendam rasa pada adik dari James Potter itu, jadi tentu saja Addeline akan memprediksi hal ini akan terjadi, namun ia tak mengira bahwa adiknya berubah menjadi orang-yang-sungguh-tak-berperasaan. Namun disaat yang sama, ia tidak bisa menyalahkan sang adik tersayang.

Wanita itu mencoba untuk mengerti, Severus sudah membuat salah satu gadis paling baik, sopan, dan pemaaf yang pernah ia temui tersebut menangis ketakutan tanpa akhir. Addeline mampu bersumpah bahwa ia melihat betapa menyedihkannya kondisi Lucine setelah apa yang dilakukan Severus terhadapnya.

Wanita dengan nama keluarga Equories itu masih ingat jelas, malam itu sedang hujan lebat, seakan alam disekitarnya ikut bersedih atas apa yang dialami gadis manis itu. Ia meringkuk dan bergetar hebat, dia tetap berkomat-kamit mengatakan "jangan lagi" "maafkan aku" "aku bersalah" dan kata-kata yang menghantam semua harga dirinya.

"Tapi tidak benar memperlakukannya seperti ini, bagaimana kalau dia-"

"Bagaimana? oh, bagaimana kalau dia berpikir dulu sebelum bertindak? misalnya ia berpikir dahulu sebelum menuntun Lucine kedalam hutan terlarang di malam hari dan hampir membuatnya terbunuh oleh binatang buas disana, kenapa dia tidak berpikir bahwa Lucine akan mengalami trauma berkepanjangan?"

Addeline terdiam, itu benar, tapi Severus mengaku bahwa ia tidak bermaksud membuat Lucine mengalami hal itu, walau pada akhirnya dia masih dan sangat merasa bersalah atas apa yang dia lakukan.

"Jika saja Firenze tidak ada disana dan menyelamatkan Lucine, Severus sudah lama 'ku kubur duluan daripada James dan Lily "

Kembali ke masa lalu, Asher sudah menyimpan perasaan kepada Lucine sejak mereka pertama kali bertemu, di Equories manor saat itu, saat Fleamont Potter berkunjung kerumah mereka, Asher terdiam begitu melihat sesosok gadis dibelakang pria bermarga Potter tersebut.

' "H-Halo, aku Lucine, kau bisa memanggilku L-Lucey" '

Pipi merona dari rasa malu, dan mata hazel yang sangat pekat, dan rambut coklat yang halus bergelombang, dan senyum yang akan membuat siapapun meleleh. Sungguh tak heran jika semua orang akan langsung jatuh hati begitu melihat gadis manis itu.

Setelah beberapa tahun, Asher lupa dengan nama Lucine, namun masih ingat dengan gadis cantik yang pernah datang ke manor mereka.

Bahkan setelah kembali bertemu di Hogwarts, perasaan Asher pada Lucine tak pernah hilang dan masih kokoh berdiri.


' "Kakak, apa kau tidak bisa melihat kecantikan Lucey? dia...dia sempurna!" '

' "Kau sudah mengatakan hal itu padaku 5 menit sekali, kau tidak lelah?" '

' "Tidak jika itu tentang Lucey!!" '


'Addy' tersenyum kecil mengingat kenangan indah yang terukir dipikirannya sekitar 25 tahun yang lalu. Disaat semuanya masih tenang, disaat semuanya masih bahagia.

Ditengah-tengah tenggelamnya ia dalam pikiran, lonceng didepan pintu cermin Alitheia tiba-tiba berbunyi, tanda bahwa eksekusi sang cermin agung sudah selesai, dan orang didalamnya diperkenankan keluar.

Begitu mengambil beberapa langkah keluar, Severus terjatuh tak sadarkan diri dan langsung ditangkap oleh kedua bersaudara itu.


.

.

.


Setelah mengurus Severus yang pingsan, Addeline berdiri disamping Asher yang duduk disebelah ranjang tempat Severus tertidur. Kantung matanya lumayan terlihat dan rambut yang acak-acakan, ia terus memperhatikan Severus dari tempatnya duduk.

"Kau orang baik.."

Gumam Asher dengan suara sendu dan sedikit sedih.

"Apa yang sudah membuatmu melakukan hal bodoh itu.."

Asher kembali menatap pria dengan nama belakang Snape itu. 

Di memori Asher, Severus adalah pria biasa yang mengubah hidupnya. Kejadian dimasa lalu telah membuat Asher dan Severus berteman dekat.

Asher yang dulu merasakan pengkhianatan sekaligus ketakutan saat itu sirna begitu Severus membantunya dari perundungan yang ia dapatkan saat itu.

Ia masih berteman dengannya, bahkan membantunya saat dia di ganggu oleh para Marauders. Tapi semuanya berubah saat dia menginjakkan kaki di tahun ke 5.

Kenangan pahit itu kembali ia hilangkan dari pikirannya. Asher berdiri dan mulai berjalan keluar dari kamar tersebut, meninggalkan sang kakak yang masih menatap Severus terlelap dalam tidurnya sebelum akhirnya Asher pergi, menghilang dalam gelap.

Diujung koridor, disana Miranda berdiri, tertegun atas segala hal yang baru saja ia dengar, Oh Merlin, apakah yang dikatakan tuan Asher tadi benar? Semua perbuatan gurunya itu nyata? Apa selama ini beliau bukan orang baik seperti yang dia kira?

Sakit. Dadanya berdetak kencang. Kebenaran yang baru diterimanya sangat pahit untuk jadi kenyataan. Severus sudah menjadi ayah kedua setelah pamannya. Miranda memandang kepada Severus hanya dengan rasa hormat dan kagum, bahkan Ia juga bercita-cita akan mengabdi sama seperti yang professornya lakukan.

Tanpa Miranda sadari, Addeline yang baru saja keluar dari kamar tempat Severus berada da menghampirinya yang sebenarnya ia ketahui keberadaannya sedari tadi.

"Miranda sayang, apa kau mau menemaniku ke dapur sebentar?"

Miranda terkejut begitu mendengar suara halus dari Addeline dan mengangguk pelan, semua pikirannya tak karuan membuat dirinya pasrah mengikuti kemana Addeline pergi, Miranda berfirasat bahwa Wanita itu tahu bahwa ia menguping semenjak tadi, dan itu memang benar adanya.

Setiba di dapur, Addeline menghangatkan susu,menuangkannya dalam gelas dan memberikannya kepada Miranda yang terduduk di meja dapur dengan tatapan yang terlihat kosong, masih syok tentang kejadian barusan.

"Sayangku, minumlah dulu"

Miranda menatap gelas berisi susu didepannya tanpa bergeming.

"Apa, kau akan meng- obliviate diriku?"

Addeline yang menaruh susu ditempat semula tertegun mendengar perkataan Miranda, kemudian berbalik kearahnya dan tersenyum.

"Hmm.. tidak juga.."

"Aku sudah menduga- Apa?"

"Aku tidak begitu menyukai mantra itu, rasanya seperti punya hutang dengan orang lain"

Kata Addeline dengan mimik muka sedih yang dibuat-buat sementara Miranda hanya menatap Addeline aneh.

"Tapi Mira, Sev sudah bukan orang yang seperti dulu lagi"

Miranda yang sedang meminum susu tadi mendongak kearah wanita itu.

"Ha?"

"Sev sudah lama berubah, semenjak dia pergi meninggalkan Inggris.."

Addeline tersenyum kecut setelah mengatakan hal tersebut. Miranda tertunduk kemudian kembali berbicara.

"Nyonya Equories, bisakah kau memberitahuku siapa itu Lucine?"

Addeline melebarkan matanya sebelum memberi gadis itu senyum sedih.

Addeline POV

'Oh Merlin, dia bertanya tentang Lucine, darimana harus aku mulai?'

"Dia, adalah adik dari salah satu teman baik milikku "

Ucapku sambil mengambil posisi duduk didepan Miranda.



.

.

.

.


England, 1972.

"Lu? Lu!"

"Ah! I-iya?"

"Kereta sudah berhenti, ayo kita turun"

Saat itu, aku bertemu dengannya lagi setelah beberapa tahun ia tidak berkunjung ke Manor kami lagi, aku sangat senang bisa menemukannya setelah sekian lama.

"Iya Addy"

Dia berubah menjadi gadis yang sangat cantik, dia bahkan mendalami beberapa pelajaran yang segera akan di pelajari di Hogwarts, persiapannya sangat matang.

"Ikutilah Hagrid yang disana, dia akan menuntunmu ke tempat tujuan"

"Kau akan kemana?"

"Kita akan segera bertemu, Asher juga akan di sortir sama sepertimu, aku harus ke asrama dan menaruh barang-barang"

Asramaku adalah Slytherin.

"Ah.. baiklah"

'Demi Salazar, jangan imut begitu Lucey! aku jadi tak tega..'

"Sudah sudah, tak apa, mari bertemu nanti"

Setelah ke asrama dan meletakkan semua keperluanku, aku mulai menyapa teman teman lain, sampai seseorang datang menghampiriku.

"hey Q, apa benar adikmu akan masuk Hogwarts tahun ini?"

James Potter, kami berteman seminggu sebelum masuk Hogwarts tahun lalu, saat itu ia tetap menggangguku ketika kami pertama bertemu di Diagon Alley.

"Iya James Fleamont Potter, kau bertanya hal itu dari tadi, dan ku lihat Lucey akan masuk Hogwarts juga "

"Kau bertemu dengannya?"

"Ya tentu saja, aku langsung tahu itu dia saat aku tidak sengaja melihatnya"

"Ohh.. ada keinginan untuk menjodohkan adik kita?"

"James!"

"Apa? bukankah kita akan bersaudara setelah itu?"

"Tidak tidak dan tidak! biarkan Asher dan Lucine mengurus cinta mereka sendiri"

"Ah kau sama sekali tidak menyenangkan"

"Oh maafkan aku, habisnya aku tidak mengira kau bisa mendapatkan kesenangan karena merundung seseorang"

Ucapku sambil menatap tak suka kearah James. 

Bukan rahasia lagi bagiku bahwa ia sudah sering mengganggu Severus Snape, teman satu asramaku, hanya karena gadis yang ia suka sering menghabiskan waktu dengannya dan dari awal memang sudah bersama dia, ditambah Severus yang tanpa sengaja dan tak secara langsung menghina James saat pertama kali mereka bertemu.

"Kita sudah pernah bicara tentang ini Addel.."

"Dan akan ku bicarakan lagi dan lagi, kau bukan anak kecil berumur 6 tahun lagi James, jika kau suka gadis itu, ajak saja berkenalan tanpa harus merundung siapapun, pakai otakmu itu dan berhenti mengganggu orang lain"

James terdiam dan mulai menatapku.

"Kau baru saja memulai sesuatu yang akan terjadi berkepanjangan James.."

Tambahku begitu aku melihat tatapan sendu miliknya.

"Akan ku pikirkan lagi Addeline.."

Ucap James dan mulai berbalik badan dan pergi.

 merundung orang lain bukanlah sesuatu yang harus dijadikan unsur kesenangan, apalagi hanya karena masalah cinta.

Dia adalah anak baik, hanya saja ia melakukan 'kebaikan' itu dengan cara yang salah. Aku sebenarnya sama sekali tak keberatan berteman dengan anak itu.

"Oh iya, Hey Addy!"

Saat akan berbalik dan pergi ke ruangan kepala asrama, James menyebut namaku lagi dan membuatku kembali menghadap dia.

"Ya?"

"Akan aku kabarkan pada Sirius bahwa aku menemukanmu!"

"James!!"

Sambil tertawa, Si Potter itu berlari menuju arah tujuannya lagi tanpa kembali berbalik atau memanggil namaku lagi. Pipiku terasa hangat saat dia menyebut Sirius, tapi tentu saja langsung tak ku hiraukan.

Saat aku mulai berjalan ke ujung koridor, aku mendapati temanku dari asrama Ravenclaw sedang melihat-lihat kearah sekitar sendirian.

"Zephyr"

Panggilku membuat lelaki itu menoleh kearahku dan mengukir senyum kecil di bibirnya begitu ia melihat sosokku.

"Haha, hai Addy, biar ku tebak, tadi itu James?"

"Mhm"

Zephyr Scamander, dia temanku dari asrama Ravenclaw, bedanya dengan James, kami bertemu di perpustakaan dan ternyata memiliki kesamaan di beberapa aspek.

Kami berdua mulai berjalan bersama begitu mengetahui bahwa destinasi kami sama.

"Ngomong-ngomong, bagaimana hubunganmu dengan Yua, kau berhasil mendekatinya?"

Ditengah perjalanan menuju kelas ramalan, aku mulai menyebut Yua, gadis cantik pindahan dari Jepang yang sudah bersama dengan kami dari beberapa bulan lalu, seketika muka pucat milik Zephyr dihiasi dengan pipi yang mulai berwarna merah muda.

"K-Kami sering bertukar surat dan pernah berjalan-jalan di beberapa tempat di dunia muggle.."

Mendengar hal itu aku hanya terkekeh gemas melihat temanku yang sedang tersipu malu.

"Oh~ Tuan Scamander sedang dilanda asmara~!"

"Addy!!"


"Tunggu, maksud anda, Zephyr.. Zephyr Scamander? Peneliti jenius, ayah Neo?"

Ucap Miranda begitu aku melontarkan kata "Tuan Scamander".

"Haha kau benar, dia adalah ayah dari Neo, aku sendiri bisa lihat mereka berdua mirip"

'Ahahaha, tapi, bukannya pemalu, Neo justru cenderung seperti orang yang tidak terlalu peduli-an sih..'

"Lalu, asrama apa yang dimasuki oleh Nona Lucine?"

Tanya Miranda setelah menghabiskan segelas susu tadi.

"Dia masuk Ravenclaw.."


"Wow Lucey! kau masuk Ravenclaw! aku sangat bangga!"

Ucap James setelah upacara pemilihan asrama selesai, sesaat sebelum masuk ke dalam kamar masing-masing.

"Benarkah?"

"Tentu saja, pastikan kau menjadi murid yang lebih pintar dari kakakmu ini ya?"

Sela Remus yang ikut berjalan disebelah Lucine dan mulai mengejek James.

"Hey!"

Aku dan para Marauders juga Lucine tertawa bersama mendengar ledekan Remus kepada James.

"Hey Moony jahat sekali, tapi dia benar!"

Ucapku membuat tawa kami semakin panjang dan penuh dengan kesenangan.

"Oh Sharp Eyes diamlah, jangan jadi pengaruh buruk bagi adik kesayanganku ini"

"baiklah Prongs... Kau juga bukan pengaruh yang baik bagi dia"

Sekali lagi kami tertawa dan kali ini tawa yang cukup singkat karena tiba-tiba Sirius tersedak ditengah tawanya, setelah ditenangkan, James kembali bersuara.

"Tapi, kau akan selalu jadi kebanggaanku apapun asrama yang kau tempati, little deer!"

Lucine hanya menatap James dengan penuh haru dan kasih sayang. Aku hanya tersenyum melihat hubungan saudara dari mereka.

Itu mengingatkanku, dimana Asher?

"Hey Wormtail, apa kau melihat Asher?"

"Oh uh, tidak juga, aku tak pernah melihatnya seharian ini, kenapa tanya padaku?"

Keempat Marauders dan Lucine memusatkan mata mereka padaku, seakan bertanya-tanya kenapa aku mencari Asher.

"Oh, ku lihat dia tadi bersama Smith, kau tahu? Azax Smith itu? dan teman-temannya"

Kesadaran menghantamku, rasanya ada yang salah begitu mendengar nama Azax Smith.

Keluarga Smith memandang asrama Slytherin sebagai sarang dari segala kejahatan yang ada, mereka sangat tidak menyukai asramaku, apalagi setelah kakak Azax, mantan temanku, Lalienne Smith memutuskan pertemanan kami sesaat setelah upacara pemilihan asrama selesai, begitu kami selesai makan malam saat itu, ia tak lagi mau berteman denganku.

"Kau tau betul bahwa keluarga dari Azax sangat membenci Slytherin bukan? bagaimana jika mereka melakukan sesuatu pada Asher?"

Ucap Remus yang membuat hatiku bergetar, takut bahwa hal yang dikatakannya akan menjadi kenyataan, aku takut adikku akan mendapatkan perlakuan buruk oleh teman-temannya.

"Hey jangan buat dia khawatir begitu"

James yang masih mengalungkan tangannya pada bahu Lucine menjawab keresahanku dan Remus.

"Asher adalah anak laki-laki yang kuat, kalau pun ia nanti di rundung, akan kami bantu sebisa mungkin, bukankah dulu kita juga tidak menyukai Addy karena dia seorang Slytherin? kalau Asher sama seperti kakaknya, pasti dia bisa mengubah sifat Azax agar tak memusuhi Slytherin lagi"

James berbicara panjang lebar yang disertai anggukan dan senyuman dari kami, tapi masih jauh didalam lubuk hatiku, aku masih khawatir akan Asher, kakaknya pernah memperlakukanku seperti itu, bagaimana jika adiknya melakukan hal yang sama?


.

.

.


Kami mulai berjalan menuju kamar masing-masing, denganku yang masih menceritakan kenangan pahit dulu. Aku sudah mengatakan pada Miranda akan melanjutkan 'kisah sebelum tidur' ini di malam selanjutnya. Kisah panjangku takkan cukup dikemas dan diceritakan dalam satu malam.

"Lalu, apa yang terjadi dengan Tuan Asher?"

Dengan itu, angin malam bertiup dingin, membuat jiwa siapapun merinding akan hawanya.

"Sesuatu yang saat itu paling ku takutkan.."

Kataku sambil perlahan  melirik ujung koridor.

Severus dalam lelapnya.

Asher dalam kesenduannya.

Dan jiwa-jiwa tak berdosa yang bernaung dibawah manor kuno ini.

Miranda dan aku dalam malam yang tenang dan sunyi.

Oh Tuhan, akankah hal dulu terulang kembali? akankah kejadian pahit dulu kembali terjadi? Aku berdoa dalam lubuk hatiku yang paling dasar.

Kuatkanlah jiwa-jiwa malang diluar sana.


Severus Snape's POV

'Salahku'

Ya ini salahku.

Dia memanggil namaku terus menerus dari alam mimpi.

Tanpa henti.

Mengutukku dalam kekosongan dan putus asa.

Menyalahkanku atas segala kemalangan yang menimpanya.

Dosaku padanya mungkin takkan pernah termaafkan.

Insan yang ku cintai, akulah yang sudah membuatnya menghilang.

Mungkin memang Tuhan menghukumku dengan kepergiannya dalam hidupku.

Tapi aku takkan diam dan menunggu kutukan lain datang menghampiriku.

Akan kucari dirinya sampai ke ujung dunia.

Walau itu akan berlangsung sebentar saja.

Akan ku datangkan lagi dia dalam kehidupanku ini.

Tak mengapa begini, asal kita dapat saling berjumpa kembali.

Walau hanya beberapa detik atau menit.

Tunggu aku, malaikatku.

Walau akan menyakitkan, aku akan mencarimu sampai kita bisa bertemu.

Maafku tak bisa lagi diucapkan lewat lisan.

Cintaku, kesalahan bodohku tak perlu kau maafkan.

Aku tak punya keberanian untuk mendapatkan hatimu kembali.

Karena aku tahu, itu hanya akan membuatmu pergi lebih jauh lagi.


-------------

.

.

.


Alitheia Mirror Arc Ending.


Bumantara School of Witchcraft and Sorcery Arc.

Coming Soon.


To Be continued.


Tahun 2022!


Tahun Baru

Lembar Baru


Buang segala perkara negatif dimasa lalu yang menghambatmu untuk maju Readboos!

Ahaha, Pov terakhir dramatis banget ya? maaf yaa

Aku bakalan masuk sekolah sekitar beberapa hari lagi.

Maaf sebelumnya tentang segala kehambatan dari cerita ini.

Dan yah, FYI, Bumantara School of Witchcraft and Sorcery adalah sekolah magis yang berada di Indonesia! 

Ini terlahir dari hasil pikir panjang selama hiatus mendadakku,mwehehehehe.

Aku harap kalian bakalan suka, sebenernya mau reveal sekolahnya di buku ketiga nanti, yang mengambil latar belakang buku Harry Potter ketiga, Harry Potter and The Prisoner of Azkaban!


Tapi karena Prof. Snape ngebet pengen make cermin Alitheia, jadinya ke reveal sekarang deh hueee ini semua salah Professor! (Om ampun om)

Jadi segitu dulu untuk chapter kali ini, semoga kalian suka yaa.

Adios~!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro