Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

A Journey to capture Snape

Previously on "The Slytherin's Potter" :

Snape berdiri tak jauh darinya. Wajahnya yang tadi canggung karena gurunya seketika berubah begitu menyadari itu memang beliau.

"Apa percakapan tadi benar-benar apa yang aku curigai?"

Tanya Snape yang ternyata sedari tadi mendengarkan bagaimana Henry memberi peringatan pada ketiga anak tahun pertama itu.

"Ya Professor.. Mereka tahu tentang batu bertuah..

dan sepertinya hari ini akan menjadi hari yang sangat panjang.."


 

Jesseline tak pernah berlari secepat ini dalam hidupnya.

Begitu mendapat informasi dari Henry tentang apa yang diketahui adik dan kedua temannya. Ia mengumpulkan seluruh HogGuards dan tiga 'mata-mata' mereka dalam ruangan HogGuards bersama dengan Profesor Snape

Dalam perjalanannya mengumpulkan para pelindung sekolah tersebut, Ia sempat jatuh dengan wajah linglung. Tampak jelas pada dirinya bahwa pikirannya sedang kacau.

Dan sekarang mereka semua berkumpul. Sekali lagi, badan gadis itu gemetar dengan keringat dingin mengucur dari keningnya. Tak ada satupun dari informasi yang ia terima adalah informasi bagus.

"A-aku mengumpulk-kan kalian disini untuk-"

Belum selesai kalimatnya terucap, Jesseline kembali mengambil nafas. Kali ini berusaha untuk tetap tenang dan nampaknya berhasil.

"Aku mengumpulkan kalian semua disini untuk membicarakan sesuatu. Maaf, tapi ini benar-benar seperti yang kalian pikirkan"

Semuanya saling bertukar pandang dengan orang di samping mereka. Menyadari apapun alasan Jesseline mengumpulkan mereka, ini adalah alasan yang mereka takutkan.

"Dia, sepertinya sudah bersiap matang kapan akan mengambil batu bertuah, dan itu bisa jadi kapan saja"

Semua orang disana meneguk saliva mereka dalam dalam. Yang mereka takutkan akhirnya dibicarakan kembali. Profesor di ruangan itu tampak lebih murung dari biasanya. Tak ada yang bagus jika mereka semua berkumpul disana.

"Orang itu absen semenjak 2 hari lalu dari mengajar. Sepertinya mempersiapkan untuk mengambil batu bertuah. Bahkan ia tak ada di kamar para guru (Snape yang memeriksa). Sialnya, kita belum tahu pasti kapan Dia akan mencuri batu itu"

 Wajah Jesseline tampak amat cemas. Sementara yang lain memiliki wajah khawatir yang sama. Bukan hanya Jesseline dan Severus yang memendam dendam kesumat pada penyihir gelap tersebut. Kebanyakan dari mereka juga kehilangan akibat perbuatan makhluk keji itu.

"Kita harus tetap memastikan tak ada yang tahu tentang ini ataupun kemungkinan adanya korban. Prioritas utama adalah sekolah, para siswa.. dan ketiga anak itu. Henry juga mengatakan mereka tahu bagaimana menenangkan Fluffy. Daniel, apa yang kau dapat dari menguntit mereka sepekan terakhir?"

Selesai Jesseline melanjutkan kalimatnya, Daniel yang sedari tadi terduduk juga dengan mata tertutup kain hitam miliknya, segera berdiri memberikan informasinya.

"Mereka jelas tahu tentang batu bertuah. Juga, sepertinya mereka tak tahu bahwa gadis itu menyamar menjadi Miranda. Aku melihat mereka mencari tahu mengapa kau dan 'Miranda' tak begitu dekat beberapa bulan terakhir. Tapi, nampaknya mereka tak menemukan jawaban"

"Bagaimana dengan gadis itu? Apa yang akan kita lakukan padanya?"

Travey tak menyadari bahwa ia memotong penjelasan dari Daniel. Segera setelah sadar dan meminta maaf, Jesseline tampak memutar otak, mencari jawaban terbaik atas pertanyaan Travey.

"Aku sudah mengurus dia. Yang jelas, keamanan tak boleh longgar, telusuri seluruh kastil. Apa lagi ruangan itu. Jangan biarkan siapapun masuk"

_______________

Malam telah tiba. Malam yang mereka nantikan dengan hati berdebar dan perasaan tak karuan. Harry, Hermione dan Ron sudah mantap akan pergi ke ruangan itu malam ini untuk mencegah siapapun itu untuk mencuri batu bertuah.

Mereka menyusun kapan waktu yang pas untuk menyusup keluar. Entah dari mana Hermione tahu, para HogGuards akan bergiliran untuk menjaga sekolah. Dan beberapa hari lalu tak ada satupun Prefek yang terlihat berkeliaran. Hanya HogGuards. Yang membuat semuanya menjadi lebih mudah, HogGuards hanya ada 9 orang di seluruh kastil ini.

"Mereka akan selesai berpatroli beberapa menit lagi. Karena patroli dimulai pada jam 11, itu artinya mereka akan berhenti sekitar 25 menit lagi. Waktu yang cukup bagi kita untuk masuk menyelinap kesana"

Hermione menjelaskan kepada kedua temannya sebelum sebuah sosok berada di sofa di depan mereka, menghentikan langkah untuk keluar.

"Ssh! Trevor, pergilah! Kau seharusnya tidak disini!"

Kata Ron berbisik begitu melihat hewan peliharaan salah satu teman mereka berada disini. Sampai suara lain juga menghadang mereka.

"Kalian juga tidak. Kalian mau menyusup keluar lagi, bukan?"

Dari sofa, berdirilah pemilik suara tersebut. Neville. Mencoba mencegah ketiganya untuk keluar dan kembali ke ranjang empuk mereka.

"Tidak Neville, dengar. Kami hanya-"

"Tidak! Tak akan kubiarkan kalian! Kalian akan membawa Gryffindor dalam masalah lagi"

Harry dan kedua temannya saling menatap satu sama lain. Tidak menyangka orang yang akan menghadang mereka adalah Neville. Mereka tak mau menyakitinya, tapi bagaimanapun juga, malam ini mereka harus kesana. Sementara anak pemilik kodok tersebut mulai mengepalkan kedua tangannya takut-takut, berniat membatalkan apapun rencana ketiga teman asramanya itu, sendirian.

"Akan kulawan kalian!"

Hermione yang semakin kesal dan ingin segera menyelesaikan misi mereka mengeluarkan tongkatnya dan mengarahkannya pada si Longbottom.

"Neville, aku minta maaf yang sebesar-besarnya tentang ini, Petrificus totalus!"

Seketika itu pula, tubuh Neville membeku dan jatuh menyentuh lantai. Ron yang memperhatikan hanya menelan ludah. Takut bagaimana jadinya jika ia berada di posisi Neville. Sedangkan si pelaku hanya menyimpan kembali tongkatnya.

"Kadang kau menakutkan... kau tahu itu? Brilian, tapi menakutkan.."

Gumam Ron pada Hermione. Harry hanya menatap Neville sebentar lalu mengajak Hermione dan Ron untuk melanjutkan misi mereka.

"Ayo pergi. Waktu kita makin menipis"

Bersama-sama keluar dari asrama. Harry dan Ron menunduk melihat badan Neville yang masih kaku.

"Maaf" -Harry

"Ini untuk kebaikanmu sendiri" -Ron

________________

Berjalan di lorong-lorong gelap dengan mengenakan jubah gaib milik Harry. Ketiganya mengambil langkah-langkah kecil, saling membagi jubah yang ajaibnya bisa memuat mereka bertiga.

"Ow! Kau menginjak kakiku!" -Hermione

"Maaf" -Ron

Sampai di depan sebuah pintu kayu tua, Hermione kembali mengayunkan tongkatnya, membuka pintu tersebut.

"Alohomora!"

Pintu itu terbuka, dan disinilah mereka. Berhadapan kembali dengan anjing berkepala tiga mengerikan yang hampir mengunyah mereka tempo hari. Anjing itu atau Fluffy tengah tertidur pulas. Sebuah harpa tampak bermain sendiri di samping hewan itu. Kalau bukan karena dunia mereka adalah dunia sihir, harpa yang bermain sendiri itu tentu saja akan menjadi pengalaman seram bagi mereka.

"Tunggu sebentar.. Ia-"

Terpaan angin yang sebenarnya adalah nafas Fluffy menyapu jubah gaib yang mereka kenakan terlepas.

"Mendengkur.."

Lanjut Harry yang ucapannya sempat tertahan oleh dengkuran nafas anjing tersebut. Melihat sebuah harpa memainkan dirinya sendiri dengan nada indah, anak berkacamata itu mengambil kesimpulan.

"Snape sudah lewat sini. Ia memantrai harpa itu"

Ketiganya tak tahu apakah mereka harus bersyukur atau tidak, 'Profesor Snape' sudah membuat sebuah lagu dimainkan, jadi mereka tak bersusah payah untuk menenangkan anjing kepala tiga tersebut.

"Ugh, nafasnya bau sekali.."

Kata Ron yang hanya melambai-lambaikan tangannya di depan hidung untuk menyingkirkan bau nafas Fluffy. Harry kembali melihat-lihat sampai matanya tertuju pada sebuah pintu masuk dibawah kaki si anjing.

"Kita harus menggeser cakarnya"

"Apa?"

Ron segera menoleh pada si Potter, mendengar 'ide gila' yang baru saja kawannya itu lontarkan. Lagipula, siapa yang ingin membangunkan hewan dengan besar 5 kali dari mereka? Rasanya membangunkan seekor macan (anjing) yang sedang tertidur. Kata lainnya, cari mati.

"Ayolah!"

Tak membuang waktu, Harry segera mendorong kaki Fluffy agar tak menutupi pintu masuk tersebut dengan Hermione dan Ron yang membantu. Segera pintu tadi mereka buka setelah memastikan anjing tersebut masih terlelap.

"Aku masuk lebih dulu. Tunggu sinyalku"

Kata Harry lagi pada kedua temannya, tak menyadari sebuah makhluk di ruangan itu telah keluar dari alam mimpinya.

"Kalau sesuatu yang buruk terjadi. Segera tinggalkan tempat ini-"

Terasa aneh. Harry terdiam sebentar dan merasa cahaya bulan yang tadi mengenai wajahnya tiba-tiba menghilang berganti sebuah siluet yang menutupi cahaya tersebut.

"Terdengar sedikit senyap, bukan?"

"Harpa itu.. sudah tidak berbunyi lagi"

Mereka kembali saling menatap. Ron merasakan sesuatu yang lengket dan bau jatuh di bahunya.

"Uhh! Yuck!"

 Meski sedang merasa jijik dengan entah apapun itu yang jatuh mengenai bahu Ron, mereka bertiga mendongak keatas secara perlahan. Mendapati anjing yang tadinya tertidur pulas sekarang bersiap-siap untuk menerkam mereka. Rencana B, mereka semua masuk atau jadi santapan tengah malam Fluffy.

"Lompat!"

_________________

Malam itupun. Hyun-Ki dan Hyun-Shik telah selesai dari jaga malam mereka dan ingin segera kembali ke asrama dan bersiap untuk tidur. Sambil bercakap-cakap. Tidak menyadari ada seseorang yang terbaring di lantai karena mantra Petrificus Totalus.

"Dan aku bilang pada ibu, 'jangan kirimkan baju yang ini'. Tapi entahlah ibu mendengarkan atau tidak. Dia tetap mengirimkan baju yang seperti itu"

"Lain kali, katakan itu pada Ayah saja. atau pada Tae Seok-Hyung"

Keduanya berhenti sebentar begitu mereka sudah berada di ruang rekreasi Gryffindor. Melihat Neville yang masih berada di lantai. Tak mencurigai apapun dan mengira ia hanya tak sengaja tertidur di sana.

"Hey, mengapa Neville di sini?"

"Kasihan sekali. Dia mungkin kelelahan? Bantu aku mengangkatnya"

Begitu mereka hendak mengangkat tubuh Longbottom, Hyun-Shik menyadari ada yang aneh pada tubuhnya, terlalu kaku.

"Yah Hyun-Ki-ah. Tidakkah kau merasakan tubuh Neville sedikit, keras mungkin?"

"Now that you've said it.."
["Sekarang setelah Kau mengatakannya.."]

Hyun-Ki kembali melihat Neville dan begitu ia melihat wajahnya, ia terkejut bukan kepalang. Mata Neville melotot ketakutan masih dengan tubuhnya yang kaku. Ia mengutuk kebodohannya karena tak memperhatikan wajah Neville terlebih dahulu.

Tak perlu menggunakan Spellector untuk tahu bahwa anak itu terkena mantra Petrificus Totalus.

"Ya Tuhan! Hyun-Shik! Ini Petrificus Totalus!"

Pikiran mereka berdua tertuju pada kemungkinan terburuk penyebab kenapa badan Neville tak ada bedanya dengan batu. Keduanya beradu mata begitu terpikirkan hal yang sama.

"Harry Potter"

Hyun-Ki segera mengeluarkan tongkat sihirnya sementara Hyun-Shik bergegas menuju kamar para anak lelaki, takut bahwa apa yang mereka pikirkan benar terjadi.

"Reparifors!"

Badan kaku Neville segera melemas, tanda sihir yang ada padanya telah dihilangkan. Bersamaan pula dengan Hyun-Shik yang segera keluar dari kamar-kamar tersebut dan memberikan isyarat pada kembarannya bahwa Harry dan Ron memang benar sudah pergi.

"Neville, berapa lama Petrificus Totalus menahanmu di sini?"

"S-sekitar 10 menit..?"

Hyun-Shik yang sudah berada di samping Hyun-Ki segera mengajaknya mengejar mereka bertiga.

"Ayo, mereka pasti ke ruangan itu. Kita harus menyusul mereka! "

"Kita juga harus melaporkan ini pada Jesseline. Kau pergi kesana. Akan ku kejar anak-anak itu"

Setelah memastikan Neville baik-baik saja. Keduanya berpisah menuju tujuan masing-masing. Sementara di tempat lain Daniel sudah berada di depan pintu ruangan tersebut. Sudah curiga mengapa ruangan itu terdengar lumayan berisik.

"Daniel! Hey! Dan!"

Mendengar suara yang ia kenal memanggilnya, Daniel langsung terdiam dan mencari arah suara. Mengingat-ingat siapa pemilik suara tersebut.

"Anak-anak itu.. sepertinya mereka berhasil menyusup"

"Dan ruangan ini berisik dari jarak 6 meter.."

Mereka berdua membuka pintu tersebut dengan perlahan dan disambut oleh salah satu kepala Fluffy yang menjulur keluar hendak menerkam mereka. Mengira mereka adalah ancaman baru.

"Woah-woah! Fluffy! Boy! tak ingat bau ku?! Aku Hyun-Ki!"

"Mundur Yun-Ki-ah.."

Daniel mengeluarkan semacam seruling dari saku jubahnya dan mulai memainkan nada-nada yang bisa membuat Fluffy tenang. Perlahan, kepala-kepala anjing tersebut berhenti mencoba menyentuh mereka dan mulai mengambil posisi tidur.

Dengan Seruling masih menempel di depan bibirnya. Daniel mengisyaratkan Hyun-Ki untuk masuk. Untunglah disaat yang sama, Henry datang bersama Hyun-Shik dan Neo. Henry yang sering menghabiskan banyak waktu dengan Hagrid dan Fluffy, kini bertugas dalam bidang menjinakkan hewan sihir di sekitar sekolah.

"Tenang boy. Tenang.. Mereka HogGuards, ingat? Mereka orang-orangku"

Setelah Fluffy terlihat mulai menjinak, Daniel memisahkan bibirnya dengan ujung tiup seruling dan mengambil nafas setelahnya. Anjing itu terlihat segera menjilat-jilat badan Henry begitu menyadari bahwa orang orang yang berada di depannya bukanlah ancaman.

"Ew.."

Hyun-Shik tak sengaja berucap begitu melihat Fluffy yang sebenarnya berniat menjilat wajah Henry karena kebanyakan anjing melakukan itu kepada manusia yang dianggapnya tidak berbahaya malah membuat sebagian besar bajunya basah akan air liur.

"Tak apa, aku selalu bisa mengganti baju"

"Kalian bertiga sudah disini, dimana Jesseline?"

Hyun-Shik memecah keheningan sementara itu. Hyun-Ki, Henry dan Neo saling terdiam sebelum akhirnya Neo menjawab.

"Para anak perempuan sedang mencarinya. Roxter, Travey dan Everett juga, hanya saja kabar terakhir yang ku dapat dari si Malfoy"

Anak lelaki itu menghela nafas sebelum melanjutkan.

"Ia bertanya pada Gemma apakah ia ada di kamarnya.. tidak, dia menghilang"

Semua kini kembali diam sampai suara beberapa orang berlari terdengar dari arah luar ruangan. Vanetra, Feora, Danica, Everett, Roxter dan Travey tiba di saat yang sama dari berbagai arah lorong. Mereka berenam terengah-engah sehabis berlari mengelilingi kastil besar tersebut.

"Tidak- hahh.. hah.. ada Jesseline di-hahh.. manapun-!"

Seluruh mata di ruangan itu tertuju pada Vanetra yang memberitahu tentang apa yang ia dapat selama berkeliling Hogwarts. Disusul dengan laporan yang lainnya berikan

"Dia juga tak ada di area luar" - Everett

"Semua kamar mandi itu kosong" - Danica

"Tak ada siapapun di setiap kelas!" - Feora

"Perpustakaan, tidak ada" - Travey

Faktanya, tak ada seorang pun yang dapat menemukan gadis Potter tersebut. Daniel bukan satu-satunya yang merasa aneh namun ia tak menghiraukannya lantaran ada hal yang lebih penting sekarang. Sampai tiba-tiba seseorang lagi bersuara setelah terlalu lama mengambil nafas.

"Gadis itu tak ada di ruangannya!"

Kini semua beralih menoleh pada Roxter. Kini semua orang semakin khawatir. Sebelum kegelisahan terpecah, Neo berhasil mengarahkan mereka semua selaku wakil ketua.

"Baik, jangan khawatir tentang ketiga anak itu. Aku dan Roxter akan mengejar mereka. Sisanya, jaga terus sekolah ini. Kita tak tahu apakah ada ancaman dari luar atau kapan Quirrel akan masuk kesini. Feora, Hyun-Shik, Everett dan Vanetra . Kalian siapkan pertolongan pertama secara lengkap. Travey, segera panggil Profesor Snape. Sisanya, tetap awasi seluruh bangunan. Maaf jika kalian tak akan mendapat tidur malam ini. Aku dan Jesseline akan menanggung keseluruhannya, termasuk meliburkan kalian selama yang diperlukan"

Para anak remaja itu segera mengangguk dan bubar dari tempat itu. Sementara Daniel terdiam lalu berbicara pada Neo yang menurutnya terlihat sedikit santai.

"Tidakkah kau agak santai? Neo-Hyung..?"

Neo yang sudah senyap semenjak seluruh teman-temannya pergi hanya mendengus pelan sambil berbalik menghadap Daniel. 

"Kau banyak bertanya ya? Daniel?"

Daniel nampak mengerti apa maksud perkataan Neo. Dengan itu ia tersenyum dan mulai berjalan menjauh dari sang wakil ketua HogGuards dan Roxter.

"Aku mengerti"

_______________________

beberapa menit sebelumnya..

Jatuh ke dalam pintu masuk tadi. Harry dan kedua kawannya disambut oleh tanaman yang menangkap mereka dan bukannya lantai keras.

"Untung ada tumbuhan ini"

Baru saja Ron menghela napas lega. Kelegaan itu segera sirna begitu Harry melihat akar-akar tanaman di belakang Ron mulai menjeratnya, begitu juga dengan mereka.

Semakin mereka panik, semakin pula akar-akar itu menjebak mereka.

Harry berusaha menarik lepas jeratan di kakinya, sementara Hermione mulai menenangkan badannya. Menyadari jenis tumbuhan apa yang tengah menangkap mereka.

"Jangan bergerak, kalian berdua. Ini tumbuhan Jerat Setan. Kalian harus rileks, kalau tidak, tumbuhan ini bisa membunuh kalian lebih cepat lagi"

Ron sepertinya tidak menerima informasi tadi dengan jelas. Malah, tubuhnya semakin meronta kuat, menolak untuk terbunuh oleh tanaman setan apalah itu.

"Membunuh kita lebih cepat Oh! Sekarang kita bisa rileks!"

Ucap anak lelaki itu. Mulai jengkel dengan Ron yang tidak mendengar, Hermione lebih memilih untuk diam dan membiarkan tanaman jerat setan membawanya turun ke bagian bawah tumbuhan itu.

"Hermione!"

"Sekarang apa yang harus kita lakukan?"

Menghilangnya Hermione dari permukaan hanya membuat Harry dan Ron semakin panik. Tapi suara dari gadis di bawah mereka tiba-tiba menghentikan kepanikan Harry.

"Rileks saja!"

"Hermione kau di mana?"

"Lakukan kataku! Percayalah!"

Teriak Harry begitu mendengar suara Hermione yang ternyata masih ada. mengikuti pesan gadis tersebut. Harry menenangkan dirinya dan mulai merosot masuk ke dalam.

"Kau baik-baik saja?"

"Ya, aku baik-baik saja"

Tinggalah Ron sendiri yang semakin kalang kabut. Harry menghilang sama seperti Hermione. Rasanya mustahil baginya untuk tenang sekarang.

"Ia tidak bisa rileks, bukan?" -Hermione

"Sepertinya tidak" -Harry

"Kita harus lakukan sesuatu!" -Hermione

"Apa?" -Harry

Hermione mulai berpikir. Ia bersumpah mengingat sesuatu tentang tanaman ini. Jika dia tahu namanya, sudah semestinya kan jika dia tahu apa kelemahannya?

"Ahh..! Aku ingat membaca sesuatu di kelas Herbology! Jerat Setan.. Jerat.. mematikan.. tapi ia layu kena sinar matahari! Jerat Setan tidak tahan sinar matahari!"

Begitu selesai mengatakan apa yang ia ketahui tentang tanaman Jerat Setan tersebut. Gadis berambut coklat itu segera mengeluarkan tongkat sihirnya sebelum mengeluarkan mantra dari mulutnya.

"Lumos Solem!"

Seketika saat itu juga, cahaya merosot keluar dari tongkat Hermione. Cahaya tersebut menembus ribuan akar Jerat Setan dan segera melemahkan tanaman itu. Gema teriakan dari pohon itu terdengar. Tanda bahwa ia menderita akibat sihir gadis Gryffindor tersebut.

Segera Ron terjatuh sesaat setelah akar-akar itu melemah. Harry dan Hermione berdiri menyambutnya begitu badannya terbanting ke tanah.

"Kau tak apa Ron?"

Ron bangkit dari posisinya yang baru saja menghantam lantai batu di tempat itu. Harry dan Hermione sigap membantunya berdiri kembali dan  memastikan tak ada cedera berat yang ia dapati hasil dari jatuhnya ia tadi.

"Beruntung kita tidak panik"

Keduanya, Harry dan Hermione hanya terdiam sebentar lalu berbagi tatapan sejenak. Yang panik dan mengira ia akan mati tadi, siapa sih?

Tak jauh dari tempat mereka berdiri, suara bising terdengar dari sebalik pintu kayu tua di ujung sana, seperti kepakan sayap. Ribuan pasang sayap.

"Apa itu?"

Tanya Hermione khawatir. Suara berisik tersebut menyita perhatian ketiganya, sementara Harry hanya menatap pintu itu dengan tatapan keheranan.

"Entahlah, terdengar seperti kepakan-kepakan sayap"

Perlahan mereka membuka pintu tersebut yang dibarengi dengan penampakan ribuan capung aneh berbadankan sebuah kunci. Harry, Ron serta Hermione terkesima sekaligus terkejut bukan main dibuatnya. Sebuah sapu terbang nampak melayang di bawah 'burung-burung kunci' tadi.

"Aku penasaran, tak pernah ku lihat burung-burung macam ini"

"Mereka bukan burung, mereka kunci. Dan aku bertaruh salah satu dari mereka bisa membuka pintu itu"

Percakapan Hermione dan Harry menyeruak memenuhi ruangan yang diisi kebisingan si sayap-sayap kunci . Di depan anak berkacamata itu, sebuah sapu terbang melayang dan nampak tua.

"Apa maksud semua ini?"

"Entahlah"

Ron yang sedari tadi menjadi diam seribu bahasa akhirnya mencoba untuk bertindak. Ia mendekati pintu kayu di seberang ruangan lalu mengangkat tongkatnya. Mencoba melakukan sesuatu yang sekiranya akan membuat dirinya berguna. Dengan Hermione yang mengikuti anak lelaki itu dibelakangnya. Ia sudah punya firasat bahwa Ron akan melakukan hal konyol.

Sedangkan Harry meletakkan telapak tangan kirinya di atas pegangan kayu sapu terbang tadi dan mengelus tempat ia menaruh tangan. Ia masih terkagum begitu juga terheran, bagaimana bisa sapu ini melayang dengan tegak?

"Aneh"

Di sisi Ron, ia baru saja menyihir pintu tadi dengan mantra 'Alohomora'. Dan firasat Hermione memang tak pernah salah, itu tadi benar-benar ia rasa konyol. Jika di pikirkan baik-baik, kenapa ada koloni unggas berbadan kunci di sini? Sudahlah, lagipula ini Ron yang kita bicarakan.

"Ya.. itu patut dicoba"

Hermione menggeram kesal, ia sudah lelah dengan situasi yang di hadapinya. Nama mereka sebagai siswa Hogwarts di pertaruhkan di sini. Dia sudah pernah bilang bahwa mati masih lebih baik ketimbang harus di keluarkan dari sekolah.

"Apa yang akan kita lakukan! Pasti ada ribuan kunci di sana"

"Kita cari yang besar, kuno. Mungkin berkarat "

Tangan Harry menunjuk sebuah kunci terbang di atas sana. Sebuah kunci dengan hanya sebelah sayap, sebuah burung-kunci yang tertatih-tatih terbangnya. Yang akan menjadi kunci mereka untuk keluar dari sini.

"Di sana! Aku melihatnya! Yang sayapnya patah sebelah!"

 Harry menatap dalam-dalam sapu yang dielusnya tadi, otaknya memberikan lintasan ide agak gila namun masuk akal. Yang setidaknya bisa ia coba.

"Apa yang salah, Harry?"

"Rasanya terlalu sederhana.."

"Lakukanlah! Jika Snape bisa menangkapnya dengan sapu tua itu, maka kau bisa! Kau seeker termuda abad ini!"

Perkataan Ron menggerakkan hati juga pikirannya untuk mencoba ide gila tadi. Menatap sapu itu sekali lagi, Harry mengangkat tangannya untuk menyentuh sapu itu lagi.

Genggaman erat kini dilakukan Harry pada sapu itu. Tepat saat itu juga, ribuan burung-kunci barusan mengepakkan sayap mereka sekencang mungkin. Bak kumpulan hewan yang merasa sarang mereka telah di mangsa predator lain. 

Mereka mulai mengerubungi Harry bagai kumpulan laron yang mengerubungi lentera di malam musim hujan. Seakan sapu terbang itu adalah jimat keramat. Mereka mencoba menurunkan 'predator' yang mengincar harta pusaka mereka.

Harry segera menaiki sapu tadi, tapi kunci-kunci itu tak kunjung pergi dari pandangannya dan terus menghadang dirinya. Dalam keadaan susah tersebut, anak lelaki itu tetap mengeratkan pegangannya dan bersiap memisahkan diri dengan tanah pijakannya.

"Ini 'sedikit' menyusahkan segalanya"

Kata Ron yang sedari tadi berdiri di samping Hermione yang masih mengkhawatirkan keselamatan Harry. Mereka tak diganggu sedikitpun oleh kunci-kunci terbang itu, jadi sudah jelas alasan Harry saja yang terganggu karena apa yang sedang ia lakukan sekarang, juga sayangnya cara terbaik untuk menghindar dari kumpulan burung pemarah itu adalah untuk jangan ikut campur dan membiarkan Harry mengatasi semuanya sendiri.

Dan bagaimanapun juga, kaki-kaki Harry telah bertolak dari bumi dan terus melayang dengan sapu terbang sebagai kendaraannya.

Dengan susah payah ia singkirkan kumpulan kunci itu dsn terus mengincar si kunci bersayap patah sebelah yang kini tengah mencoba menyatukan diri dengan kawanannya yang lain. Mata Harry masih mengikutinya, ia sudah pernah menangkap benda yang terbangnya lebih cepat daripada ini, sudah tentu ini akan mudah baginya, jika kawanan kunci pemarah itu tak ada tentu saja.

Ia melesat terbang mengitari pilar demi pilar menggunakan sapu terbang, akhirnya, kunci bersayap patah itu berhasil ia dapatkan setelah hampir mengitari seluruh ruangan. Begitu kunci itu berada di tangannya, Harry mengoper benda itu yang langsung ditangkap oleh Hermione.

"Ambil kuncinya!"

Segera kunci itu ada di tangan si gadis, Hermione lantas bergegas membuka gembok yang menahan pintu tersebut. Ron yang sedari tadi memperhatikan Harry yang masih terbang dan menghindari benda-benda terbang itu di belakangnya panik karena pintu itu belum juga terbuka.

"Cepat!!"

Ron kalut dengan dirinya yang dipenuhi oleh ketakutan, berseru pada Hermione untuk mempercepat aksinya. Harry masih mengudara dengan sapu terbangnya. Mempercepat diri agar lebih cepat dari kawanan penuh amarah tersebut.

Begitu kunci terbuka, kedua sahabat Harry itu dengan sigap membukakan pintu agar Harry bisa masuk dengan cepat dan lebih dulu dari kumpulan kunci-kunci bersayap.

Entah sepersekian detik kemudian, kumpulan kunci itu menancap tepat di pintu kayu begitu Hermione dan Ron menutup pintunya. Harry mendarat dan turun dari sapu terbangnya dengan tenang, melihat tak ada lagi benda-benda aneh yang ingin menerkamnya.

Merasa mereka membuang cukup banyak waktu pada ruangan sebelumnya, Harry dan kedua kawannya bergerak maju dan mendapati tempat selanjutnya penuh dengan patung-patung yang terlihat aneh karena ruangan yang gelap.



To be continued..??

Yah, ini satu dari dua bab yang udah ku selesain yang ku bilang kemarin, i hope you guys like it though. Kayaknya ga semangat banget ya aku ngetik ini? Hehe, silahkan baca lanjutannya deh kalo gitu.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro