Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part 5

Flora menahan napas sembari menutup mulut dengan kedua telapak tangan. Dari balkon kamar ia bisa menyaksikan samar-samar dua orang lelaki yang sedang adu kekuatan. Tidak salah lagi, itu Alsen dan entah siapa, barangkali pria yang tadi bersembunyi di rerimbunan pohon.

Alsen terlihat meyarangkan tendangan di dada lawannya hingga tersungkur. Selang beberapa detik, sebuah mobil melintas dan pria asing itu dengan gesit masuk ke sana. Selanjutnya, mobil melaju kencang, menyisakan Alsen yang masih bersiaga di tempatnya.

Apakah pria asing itu bermaksud mencelakakan Flora? Seandainya Alsen terlambat datang, mungkinkah saat ini Flora sudah tidak bernyawa? Ah, tapi ada James yang bisa melindunginya. Really? Tadi siang saja James dengan begitu mudah dipukul mundur oleh Alsen. Bagaimana James bisa melawan pria asing yang sepertinya keahlian bela dirinya setara dengan Alsen?

Huh, apa-apaan ini? Flora mulai mengagumi kemampuan Alsen dalam melindunginya? Tidak! Flora sama sekali tidak terkesan dan tidak ingin mengucapkan terima kasih. Bukankah Romeo sudah membayarnya untuk tugas itu?

Alsen mengunci pintu gerbang, lantas masuk ke pos security. Mungkin untuk membangunkan tiga orang security yang tengah tertidur pulas akibat ulah Flora. Oke, kali ini Flora mengakui kesalahannya.

Gadis itu mengakui kecerobohannya. Ia tidak bisa membayangkan seandainya orang-orang jahat itu menyelinap ke rumah dengan mudah. Untung saja ada Alsen. Argh ...! Kenapa harus memikirkan Alsen terus, sih?

Tergesa-gesa Flora turun ke ruang tamu, menunggu Alsen di sana. Ia menyandarkan punggung ke pilar bangunan di ruangan. Menyilangkan kedua lengan seraya menatap tajam Alsen.

"Aku tidak akan mengucapkan terima kasih!" seru Flora.

Alsen hanya mengangkat bahu, mengunci pintu dan berlalu dari hadapan Flora. Flora mendengus kesal. Gadis itu tidak suka diabaikan. Come on, ia terbiasa mendapatkan perhatian dari semua orang, terutama pria-pria yang mengagumi kecantikannya. Sedangkan Alsen, terlalu angkuh dan seolah tidak tertarik pada kecantikan Flora sedikit pun.

"Kenapa kau jarang menanggapi kalimatku?" Flora membuntuti Alsen dan lagi-lagi pria itu tidak mengacuhkannya.

Tepat di depan ruangan pribadinya, Alsen berhenti dan menatap Flora, memberikan isyarat agar Flora menjauh darinya. Saat itulah, Flora tertegun. Tangannya terulur menyentuh dahi bodyguard-nya.

"Kau ... berdarah," ucap Flora.

"Jangan pedulikan saya. Kembali ke kamar, jangan berada di dekat jendela ataupun di balkon, itu area berbahaya karena Anda akan lebih mudah menjadi target."

"Tapi, lukamu—"

Alsen menepis tangan Flora agar tidak lagi menyentuh luka di dahinya. Lalu, ia masuk ke ruangan dan menutup pintu tepat di depan majikannya.

Flora tertegun. Kenapa mendadak ia bersikap peduli pada bodyguard menyebalkan itu? Namun, Alsen bukannya berterima kasih, tapi justru mengusir Flora secara halus. Yang benar saja, seharusnya Alsen bersyukur karena Flora mempedulikannya. Selama ini Flora bahkan tidak pernah sepeduli ini pada seorang pria, terkecuali James tentunya.

Flora menggaruk kepalanya, masih tidak mengerti pada kejadian beberapa detik lalu.

***

"Tolong mengertilah, Flo. Aku sangat sibuk dan tidak bisa pulang hanya untuk urusan sepele seperti itu."

Flora berdecak. Urusan pernikahan dibilang sepele? Astaga! Oke, Flora tahu jika perusahaan Romeo yang bergerak di bidang pariwisata dan perhotelan di Singapura sedang berkembang pesat. Tapi bukan berarti Romeo bisa mengabaikan urusan adiknya.

"Apa kau tahu di sini aku sangat tersiksa? Aku tidak bisa berkumpul dengan teman-temanku, tidak bisa berkencan dengan James. Aku seperti burung yang berada di dalam sangkar," protes Flora.

"Alsen menjalankan tugasnya dengan benar."

"Lalu bagaimana dengan pernikahanku dengan James?"

"Apa harus secepat itu, Flo? Mama dan Papa baru saja pergi, kita tidak mungkin menggelar pesta pernikahanmu."

"Aku tidak menginginkan resepsi pernikahan mewah. Cukup aku dan James resmi menjadi suami istri."

Hening sejenak, barangkali Romeo sedang mempertimbangkan keinginan adiknya. "Oke, kau bisa atur pernikahan kalian secepatnya."

"Setelah kami menikah kau bisa memecat Alsen."

"Tidak bisa! Alsen akan tetap mengawalmu sampai kasus terselesaikan."

"Tapi James bisa melindungiku."

"Jangan membantahku, Flo! Atau aku tidak akan pernah merestui pernikahan kalian."

Flora mencebikkan bibir. "Tapi pria menyebalkan itu tidak pernah mengizinkanku bertemu dengan siapa pun termasuk calon suamiku sendiri."

"Berikan teleponnya pada Alsen. Aku yang akan bicara padanya."

Flora bergegas beranjak dari kamar, membuka pintu ruangan Alsen tanpa permisi. Pria itu tengah sibuk memeriksa komputer berisi rekaman CCTV. Flora menyodorkan ponsel padanya. "Romeo ingin bicara padamu."

Alsen menerima ponsel dari Flora tanpa ekspresi. "Ya, Tuan?"

"Begini, Alsen. Flora sudah membicarakan tentang rencana pernikahannya dengan James, dan aku menyetujuinya."

"Anda yakin, Tuan? Dalam keadaan seperti ini kita harus menaruh kewaspadaan terhadap siapa pun, termasuk pada Tuan James."

"Kau tidak perlu mencemaskannya. Adikku sudah menjalin hubungan dengan James cukup lama. Sekarang, tugasmu mengawal mereka dalam mempersiapkan pernikahannya. Kau bisa antar ke mana pun mereka pergi."

"Siap, Tuan."

"Oke, Flora. Aku rasa semuanya selesai. Alsen akan membantumu menyiapkan pernikahan. Jaga diri baik-baik."

Flora merebut ponsel dari tangan Alsen. "Entah kapan aku bisa terlepas dari pria gila sepertimu. Dan sekarang kau tidak memiliki alasan untuk melarang James datang ke sini. Mengerti?"

Alsen menaikkan kedua alis, lantas mengalihkan tatapan ke komputer. Lagi-lagi mengabaikan kehadiran Flora.

"Ah, ya! Nanti malam antar aku ke butik untuk fitting gaun pengantin. Bersama James tentunya."

Flora bergeming menanti jawaban dari Alsen. Namun, pria itu sepertinya tidak berniat menjawab ucapan Flora. "

"Hello! Apa di sini aku berbicara dengan dinding?" sindir Flora.

"Apa Anda butuh jawaban? Apa saya bisa menolak perintah?" Alsen menoleh, menghunjamkan mata tajamnya pada Flora.

Flora mendengus. Semua kalimat yang keluar dari bibir Alsen selalu menyebalkan. Ya, mungkin ada baiknya jika pria itu diam daripada harus berbicara.

***

Alsen berjalan membuntuti Flora, masuk ke sebuah butik langganannya. Butik bernuansa modern itu terlihat elegan dengan lampu hias yang menambah semarak bangunan berdinding kaca tersebut.

Malam itu, James sibuk dan dia tidak bisa menemani Flora untuk fitting gaun pengantin. Karena sudah terlanjur membuat janji temu dengan pihak butik, terpaksa Flora datang hanya dengan Alsen.

Seorang pelayan wanita menghampiri Flora, menyambutnya dengan ramah. "Selamat malam, Nona Flora."

"Malam Rea, apa kau sudah menyiapkan gaun pengantin keluaran terbaru?"

"Semua sudah kami siapkan." Wanita muda bernama Rea itu melirik Alsen sebentar, lantas berbisik pada Flora. "Calon suami Anda sangat tampan, Nona."

Flora melebarkan mata. "Dia bukan calon suamiku, tapi bodyguard-ku."

"Oh ya? Setampan itu tapi hanya menjadi seorang bodyguard? Kalau saya berada di posisi Anda, saya akan menjadikannya sebagai pelabuhan cinta." Rea mengedipkan sebelah mata pada Alsen, tetapi pria itu tidak merespon.

"Berhenti membicarakannya, nanti dia bisa besar kepala. Pria dingin seperti dia sama sekali bukan type-ku."

Rea tertawa, mengajak Flora menuju ke sebuah ruangan khusus. Sementara Alsen memilih untuk duduk di sofa. Membaca koran edisi hari ini. Tersenyum miring mengingat percakapan kedua wanita itu.

Menjadi calon suami Nona Flo? Itu sama sekali tidak ada dalam list impian Alsen. Bayangkan saja, gadis manja dan cerewet itu pasti tidak pernah mau mengalah. Menjadikan seorang pria bertekuk lutut di hadapannya.

Ya, tentu saja Alsen lebih menyukai gadis berhati lemah lembut, di mana saat gadis itu berbicara selalu menundukkan pandangannya dengan pipi yang bersemu merah. Gadis yang hanya ada dalam khayalan Alsen.

"Tidak ada pria lain di sini selain dirimu, dengan terpaksa aku meminta pendapatmu. Apa aku cocok mengenakan gaun ini?"

"Ya, sangat cantik."

Oke, itu memang jawaban yang memuaskan. Akan tetapi, masalahnya Alsen menjawab pertanyaan Flora dari balik koran. Artinya, Alsen menjawab tanpa menatap Flora terlebih dulu. Lalu bagaimana pria itu bisa menjawab sangat cantik? Asal tebak begitu?

"Permisi, bisa kau singkirkan koranmu dan menatapku beberapa detik saja?" Dengan kasar Flora menarik koran di tangan Alsen dan membuangnya ke lantai.

Alsen mengangkat bahu, menatap Flora sekilas. Tubuh gadis itu terbalut gaun pengantin berwarna putih dan dihiasi payet. Memang cantik, tapi sayang Alsen tidak menyukai wajahnya yang dipasang semasam mungkin.

Alsen menunduk. "Cantik, tapi mungkin Anda bisa mencari gaun yang bagian dada lebih tertutup."

"Huh, sok suci," dengus Flora.

"Bisa cepat sedikit, Nona?"

"Dan sekarang kau mulai berani mengatur-aturku?"

"Meminimalisir waktu berada di luar rumah jauh lebih baik untuk keselamatan Anda."

"Kau membosankan."

"Maaf, Nona. Saya melihat sesuatu di depan butik. Seseorang meletakkan mawar hitam itu lagi di depan pintu butik. Kita harus segera pergi dari sini."

Flora menoleh ke pintu kaca. Alsen benar, di lantai sana tergeletak setangkai mawar hitam. Mungkinkah itu hanya kebetulan?

"Nona Flo, merunduk!" Alsen menarik tubuh Flora dan membuat wanita itu merunduk di sofa.

Flora memekik, melihat sebilah pisau meluncur dan menancap tepat di atas meja. Jika saja Alsen tidak menarik tubuhnya, mungkin pisau itu sudah menembus ke jantungnya. Beruntung, saat itu pengunjung butik hanya mereka berdua. Tiga orang pelayan berteriak ketakutan, bersembunyi di bawah meja.

Alsen bersiaga, tatapannya mengarah pada pria berpakaian serba hitam yang baru saja menyelinap keluar dari pintu, berlari ke dalam kegelapan.

"Kita pulang sekarang, Nona!" Alsen menarik lengan Flora, membawa gadis itu keluar dari butik.

Flora terseok-seok mengikuti langkah cepat Alsen. Tangan kirinya memegang sisi gaun pengantin. Tubuhnya gemetar, benarkah pria berpakaian setelan hitam berusaha membunuhnya? Ah, tapi tidak mungkin!

***

To be Continued
06-10-2019


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro