Part 4
Mawar hitam. Sebenarnya Flora tidak peduli pada buket bunga yang tidak diketahui pengirimnya. Alsen keterlaluan, bisa-bisanya pria itu mengartikan bunga itu sebagai lambang kebencian. Ya, pria dingin memang tidak tahu menahu tentang hal romantis, bukan?
Baiklah, Flora hanya mencoba menghibur diri. Meski berulang kali ia mencoba berpikir positif, tetapi ada kalanya ia berimajinasi yang tidak-tidak. Bagaimana jika saat ini seorang sniper sedang berdiri di suatu tempat dan bersiap mengeksekusinya?
No! Itu tidak mungkin. Flora bahkan masih tidak percaya jika penyebab kematian orang tuanya adalah ulah dari orang-orang jahat. Bisa jadi mereka murni kecelakaan, hanya saja Romeo terlalu berlebihan menanggapi hal ini.
Flora menyentuh pagar balkon kamar, memperhatikan pria berseragam security yang sedang menuangkan cairan bening ke atas buket mawar hitam. Tak lama, percikan api menyambar buket bunga dan membakarnya hingga tidak bersisa.
Flora menghela napas kasar. Semenjak kedatangan Alsen, kehidupannya berubah seratus delapan puluh derajat. Kebebasannya terenggut begitu saja. Jangankan untuk bersenang-senang dengan teman-teman, berkencan dengan James pun tidak bisa. Peraturan macam apa itu?
Apa pun yang terjadi, Flora tidak akan menyerah untuk melawan bodyguard menyebalkan itu. Dia akan membuktikan pada Alsen, bahwa pria asing itu tidak pantas menjadi pengawalnya. Mungkin ia perlu merencanakan rencana untuk melarikan diri, tentunya dengan planing yang lebih matang.
Mengabaikan kobaran api kecil di halaman, Flora masuk ke kamar. Mengambil ponsel dan menelepon James.
"Baby, I miss you." James menyambutnya dengan sapaan hangat.
"Oh, James. Aku sangat tersiksa oleh bodyguard-ku!"
"Apa kau sama sekali tidak memiliki kesempatan untuk kabur?"
"Pria itu menjagaku selama 24 jam. Entahlah, mungkin Alsen tidak pernah tidur. Dia selalu terjaga di ruangan kerjanya. Dia memasang CCTV di setiap pintu, karenanya aku tidak bisa semudah itu melarikan diri."
"Kau harus mencobanya lagi, Baby."
"Ah ya, bahkan buket mawar yang kau kirimkan pun dibakar atas perintah Alsen."
"Buket mawar? Aku tidak mengirimkan bunga ke rumahmu."
Flora melebarkan mata. Jadi bukan James yang mengirimnya, lalu siapa? Lagi-lagi Flora berpikir positif. Ada banyak pria di luar sana yang mengagumi kecantikannya. Bisa jadi bunga itu sebagai ungkapan kekagumannya. Tapi, ah ....
"Oke, James. Mungkin buket bunga tadi salah alamat."
"Flora ...."
"Ya?"
"Aku ingin cepat-cepat melamarmu."
"Eh ...." Flora menggigit bibirnya. James ingin ... melamarnya? Astaga, andai Papa dan Mama bisa mendengar kabar ini, pasti mereka merasa bahagia. Setahun menjalin hubungan dengan James, Flora semakin yakin jika pria itu terbaik untuknya.
"Bagaimana, kau siap?"
"Tentu."
"Jika kita bertemu, kita bisa membicarakan ke tahap yang lebih serius. Mungkin nanti aku perlu bicara dengan kakakmu. Aku tahu kau masih dalam suasana berduka, tapi aku pikir jika kita menikah, Romeo akan mempercayakanmu sepenuhnya padaku. Sehingga kau tidak membutuhkan bodyguard lagi.
"Aku setuju. Oke, aku akan menghubungimu lagi nanti saat sudah berhasil kabur dari rumah."
"Jaga diri baik-baik, Baby."
Flora mengempaskan tubuh ke atas ranjang. Meringkuk di bawah selimut bergambar Menara Eiffel. Pikirannya berkecamuk memikirkan banyak hal. Kepergian Mama dan Papa yang begitu mendadak, dan beruntung ia memiliki Romeo dan James.
Ya, James berperan banyak dalam menenangkan hati Flora. Pria itu yang selalu memberinya semangat untuk terus melangkah maju meski tanpa kehadiran Mama dan Papa. James juga yang membantunya bangun dari rasa terpuruk.
Romeo salah menempatkan Alsen di rumah ini. Flora tidak membutuhkan pria asing itu. Kalaupun Romeo tidak bisa selalu hadir untuknya, maka yang Flora butuhkan adalah James, bukan Alsen.
***
Setelah berjam-jam berkutat di berbagai laci, akhirnya Flora menemukan kunci cadangan. Tepat saat pukul dua dini hari, gadis itu mengendap-endap dan keluar dari rumah. Ia yakin jika Alsen sudah tertidur.
Tentunya, setengah jam lalu ia sudah memerintahkan pelayan untuk memberikan minuman yang sudah dicampur dengan obat bius untuk security. Sehingga, ia bisa dengan leluasa melewati pintu gerbang.
Flora menengok ke kanan dan ke kiri, mencari keberadaan James. Ia pun tersenyum saat menemukan sosok pria itu berdiri di bawah pohon palem. Sementara mobilnya diparkir radius sepuluh meter dari sana.
"Baby, akhirnya kau berhasil terbebas dari bodyguard itu." James memeluk erat tubuh Flora.
"Ah, James! Rasanya aku tidak ingin kembali ke rumah ini. Cepat bawa aku pergi dari sini!"
"Let's go!" James menggandeng tangan Flora, melangkah cepat menuju mobil.
James membuka pintu mobil untuk Flora. Gadis itu mengempaskan pantat ke kursi dan bersandar dengan nyaman. Ia merasa lega.
"Aku merasa lega, seperti seekor burung yang baru terlepas dari sangkarnya." Flora tersenyum, ditatapnya James yang duduk di balik kemudi.
Kedua mata itu saling bertatapan. Ada kerinduan yang terpancar di sana. James memajukan tubuh, untuk mendekat pada kekasihnya. Tanpa canggung, lengannya mengalung di leher Flora dan menarik wajah cantik itu. Ia hampir saja mencium Flora jika saja tidak ada suara mengganggu dari kursi belakang.
"Maaf, tidak sepatutnya kalian melakukan hal tidak senonoh di hadapan orang lain."
Refleks James dan Flora menoleh ke belakang. Flora terlonjak dan melebarkan mata. "Alsen! Kau lagi!"
Flora meremas rambutnya kesal. Kenapa Alsen selalu ada di mana-mana. Apa pria itu memiliki kemampuan menghilang dari satu tempat ke tempat lain? Bagaimana cara Alsen masuk dan duduk di kursi belakang mobil?
Dan apa katanya tadi? Tidak senonoh? Huh, sok suci! Seolah dia tidak pernah berciuman dengan lawan jenis! Menyebalkan!
"Apa yang kau lakukan di sini?" Flora menatap Alsen kesal.
"Saya yang bertanggung jawab atas keselamatan Anda, mungkin Anda lupa."
"Aku aman bersama James."
"Jika terjadi sesuatu pada Anda, Tuan Romeo akan menyalahkan saya."
"Aku akan menikah dengan James! Dan aku pastikan saat itu terjadi, Romeo akan memecatmu! Sekarang turun dari mobil James!"
"Saya akan mengawal ke mana pun Anda pergi."
"Aku akan tidur di apartemen James."
"Saya akan pastikan Tuan James tidak akan berani menyentuh Anda."
Argh ... bodyguard yang satu ini! Berani sekali masuk ke wilayah pribadi Flora! "Kami akan membicarakan pernikahan kami. Kau tidak berhak ikut campur."
"Tuan James bisa membicarakan pernikahan di hadapan Tuan Romeo, mengingat dia pengganti orang tua Anda."
"Jangan mengaturku!"
"Kembalilah, Nona. Anda tidak aman berada di sini. Saya melihat seseorang bersembunyi di balik rerimbunan pohon. Saya khawatir ada mata-mata yang sedang mengintai Anda."
James tertawa mengejek. "Di sini aku justru mencurigaimu sebagai mata-mata. Kenapa kau membatasi pergerakan Flora? Kau berlagak melindunginya, tapi sebenarnya kau hanya menunggu waktu yang tepat untuk menghabisinya. Kau harus berhati-hati dengan pria ini, Baby."
"Kita tidak punya waktu banyak, Nona! Cepat ikut saya!" Alsen turun dari mobil, tidak mengacuhkan ucapan James. Ia membuka pintu depan dan menarik Flora dengan cepat.
Flora memekik, tertatih-tatih mengikuti langkah cepat Alsen. Sementara pria itu bersiaga dengan pistolnya.
Alsen benar, Flora melihat sebuah bayangan di dekat pohon dan tanaman perdu. Tapi, apa benar dia orang jahat? Atau mungkin hanya orang yang kebetulan lewat? Lalu untuk apa bersembunyi?
Kekhawatiran Alsen masuk akal. Tapi bagaimana dengan pendapat James? Alsen salah satu dari mata-mata itu? Tidak mungkin! Ini sangat membingungkan. Alsen mencurigai James, sedangkan James mencurigai Alsen.
Ah, lupakan. Lagipula Romeo tidak mungkin salah dalam mengambil anak buah. Pria itu selalu berhati-hati dalam setiap mengambil keputusan. Yah, meski Alsen cukup menyebalkan di mata Flora, tetapi mungkin itu tuntutan tugas. Meski demikian, Alsen tidak seharusnya masuk ke wilayah pribadi Flora. Terlebih dengan menjauhkan Flora dari James. Flora butuh privasi.
"Saya minta Anda masuk ke kamar, saya akan memeriksa orang mencurigakan tadi," ucap Alsen sesampai di halaman.
"Tapi—"
"Saya hanya menjalankan tugas, tolong jangan mempersulit saya."
Flora mencebikkan bibir. Seorang pelayan wanita datang dan menuntun Flora untuk masuk ke dalam rumah. Flora tidak bisa membantah lagi.
Kenapa hidupnya semakin rumit dan dipenuhi dengan teka-teki? Mawar hitam, lalu bayangan mencurigakan. Lantas, besok apa lagi?
Yang jelas, Flora ingin mengungkapkan kekesalannya pada Romeo. Pria itu harus pulang untuk membicarakan pernikahan adiknya dengan James. Dan karir Alsen akan segera berakhir! Flora menyeringai kejam.
***
To be Continued
03-03-2020
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro