Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

CHAPTER 2 - 💋 Malam Bersamanya (21+)💋


Lima Jam sebelumnya ....

Menggulirkan jemari di layar ponsel kemudian mencari hotel lewat aplikasi. Jack melakukan reservasi kemudian melajukan mobilnya ke hotel tersebut. Ia memilih hotel dengan segmentasi garasi pribadi di setiap kamarnya. Sehingga ia dan Rossa tidak perlu melewati resepsionis untuk registrasi berdua.

Rok mini Rossa menampilkan kulit mulus seputih susu yang membuat adam's apple Jack naik turun karena tegukan saliva. Ia menggeleng kuat kemudian menarik selimut untuk menutupi tubuh Rossa. Well, katakan itu adalah salah satu cara agar junior Jack tidak menegang. Delapan tahun berpisah dari Rossa tidak mengubah apapun di hati Jack.

Entah apa yang meracau pikiran Jack kala itu. Ia memilih duduk di kursi sebelah kanan ruangan sambil terus memandangi wajah Rossa yang terlelap. Rasa bersalah kembali memenuhi relung hati. Jack ingin bersimpuh dan memohon ampun pada Rossa. Ia memiliki alasan kenapa memilih keputusan itu dan meninggalkannya. Alasan yang cukup kuat.

Jack sekali lagi menghela napas ketika melihat bibir Rossa yang ranum dengan warna merah jambu alami. Tampak jika wanita itu hanya menyapukan lipgloss saja. Terlintas di benak Jack, betapa manisnya bibir Rossa itu apabila mencecap sedikit saja.

"Gila! Tidak seharusnya gue berpikir segila itu di pertemuan pertama setelah sekian lama!" Jack memperingati diri sendiri seraya memukul kepalanya keras agar tersadar.

Ia lalu berjalan ke kamar mandi untuk mencuci muka dan menghilangkan semua pikiran nakalnya. Itu tidak terlepas dari betapa besar kerinduan yang Jack simpan selama ini untuk Rossa. Rasa bersalah dan takut untuk menjelaskan bercokol hebat di dalam dada. Bahkan setelah menikah dengan Keira, Jack ingin menghubungi Rossa untuk sebuah penjelasan. Namun, ia tidak tahu harus memulai darimana.

Haruskah dimulai dari alasan Jack meninggalkan Rossa? Atau diawali dari asal usul Jack yang sebenarnya? Entah dari mana, sebab dua hal itu saling bersinggungan.

Netra Jack menatap pantulan dirinya dari cermin. Sangat menyedihkan. Jack Darmawan yang terlihat tegas dan pemberani ketika berada di ruang sidang, berkharisma serta penuh percaya diri ketika menemani kliennya untuk konferensi pers, sekarang hanya terlihat seperti pria pecundang di hadapan Rossa.

Tidak ingin berbuat yang terlalu jauh, Jack bangkit dari duduknya dan memutuskan untuk membeli obat pereda mabuk untuk Rossa. Ia langsung berjalan keluar kamar tanpa melihat ke arah Rossa sedikitpun. Takut akalnya kalah dengan nafsu yang sedari tadi sudah meletup penuh gairah.

Jack hanya menghabiskan sekitar 30 menit untuk membeli aspirin, obat pereda nyeri yang biasa dikonsumsi untuk meredakan hangover. Jika tidak menemukan aspirin, bisa diganti dengan ibuprofen atau obat maag. Jack cukup hafal dengan tiga obat itu. Karena ia biasa mengkonsumsinya ketika mabuk parah.

Meneguk satu botol air minum sebelum masuk ke dalam kamar hotel. Jack sempat menghabiskan beberapa sloki alkohol di klub tadi. Agar tidak dehidrasi karena tipsy, Jack mengatasinya dengan meneguk air tersebut.

Posisi Rossa masih sama ketika Jack tiba di dalam kamar, miring ke kiri dengan tangan yang menjuntai ke pinggiran ranjang. Jack meletakkan aspirin di atas nakas serta menuang air minum ke dalam gelas. Meletakkannya dengan pelan, tetapi masih menimbulkan suara meski samar.

Mendengar suara gelas yang beradu dengan meja kayu, kedua mata Rossa terbuka pelan. Jack menoleh dan kedua pasang mata itu saling bersirobok sepersekian detik.

"Jack?" panggil Rossa.

"Mi-minum dulu, Jeng," ucap Jack tergagap. Sejak pertama mengenal, Jack selalu memanggil Rossa dengan sebutan Ajeng, sesuai nama panjangnya, Diajeng Rossalinda. Menurut celetukan Rossa, sang ibu adalah penggemar berat artis telenovela asal Spanyol itu. Sehingga tidak heran jika menyematkan nama itu untuk putri semata wayangnya.

Rossa masih membuka matanya lebar, seperti melihat hantu. Tapi kali ini hantunya tampan. Sementara itu Jack membantu Rossa untuk sedikit bangkit dan memberikan minuman untuk diteguk.

Netra Rossa masih menatap Jack lurus. "Kenapa lo datang ke mimpi gue? Lagi dan lagi."

Kalimat itu seketika menjelaskan jika Rossa kerap bermimpi tentang Jack. Rossa bersandar pada kepala ranjang dan menangis tiba-tiba.

Jack panik ketika melihat butiran air mata jatuh dan melindas kedua sisi pipi Rossa. "Jeng, kamu kenapa nangis?"

Rossa pun tidak tahu kenapa menangis. Ia hanya merasa hatinya berdenyut nyeri kemudian diikuti kedua mata yang panas.

"Jack, kenapa lo datang lagi ke mimpi gue? Gue berharap kita nggak pernah ketemu lagi. Cukup, gue benci sama lo," lirih Rossa yang kerap melihat wajah Jack berseliweran di layar televisi ketika menemani kliennya melakukan press conference.

Tangan Jack terulur spontan ketika Rossa berkata panjang lebar. Ia mengelus pipi Rossa dengan gerakan teramat lembut.

"Maafin aku Jeng. Maaf," lirih Jack.

"Jack Darmawan." Bibir merah jambu Rossa kembali menyebut nama panjang Jack. Sungguh, Jack sangat merindukan panggilan itu lolos dari bibir Rossa. Ia merindukan semua hal tentang Rossa.

Entah apa yang menggerakkan tubuh Jack untuk merapat pada Rossa dan memberikan kecupan singkat di bibir Rossa. Otak Jack terus memperingati untuk tidak bertindak bodoh di saat Rossa terpengaruh alkohol seperti ini. Jika terjadi, maka Rossa akan semakin membenci Jack.

Sementara itu, dengan bodohnya Rossa memejamkan kedua mata seolah menikmati ciuman singkat dari Jack. Sesaat rasa masa bodoh datang menyerang. Rasa tidak peduli jika saat ini ia sedang menikmati ciuman dari seorang pria beristri.

Tangan Jack mulai berkhianat ketika menyentuh tengkuk Rossa dan membuat posisi yang pas untuk saling mencecap. Rasa manis whisky yang masih tertinggal di lidah Rossa bisa Jack rasakan.

Kepala Rossa mendongak ketika Jack mulai mengkukung tubuh kurusnya. Mata Rossa terpejam seraya menikmati ciuman yang makin lama makin bergairah itu. Segala perasaan ragu yang sempat timbul sekarang berubah menjadi tidak peduli. Persetan dengan pertengkaran yang terjadi di antara mereka, dan juga status.

Kali ini Jack hanya ingin menyalurkan segala kerinduan dan hasrat yang tidak mampu dibendung lagi. Tangan Rossa bergerak dengan cepat untuk membuka kancing kemeja yang membungkus tubuh Jack.

Pria itu seakan mendapatkan persetujuan untuk melakukan lebih jauh dari sekedar ciuman. Dengan cepat, Jack melepaskan kemejanya dan menunjukkan cetakan otot yang memanjakan mata. Rasa hangat terasa ketika tubuh mereka saling menempel.

Kedua tangan Jack dengan tidak sopan menyingkap rok Rossa hingga ke atas. Sementara itu bibirnya terus mengecup rahang, leher dan memberikan tanda kepemilikan di salah satu dada Rossa.

Jemari Jack menggerayangi tubuh Rossa dan membuat wanita itu bergelinjang nikmat. Bergerak ke bagian punggung dan mencari kait pengikat bralette yang membungkus dada sedikit berisi itu. Jika dibandingkan dengan beberapa potret Rossa di majalah, kali ini dadanya terlihat lebih berisi. Apa mungkin Rossa menyumpalnya? Hal itu akan terjawab setelah Jack membukanya.

"Ah," desah Rossa ketika bibir Jack menghisap leher jenjangnya terlalu kencang. Tidak sakit, melainkan nikmat dan rasa ingin menuntut lebih dari itu. Tangan Rossa mengusap wajah Jack hingga ke bagian rahang. Kedua iris cokelat wanita itu terbuka perlahan sembari memindai rupa pria yang berada di hadapannya.

Jack menghentikan ciumannya dan membuat Rossa mengerang protes. Miliknya sudah berkedut sedari tadi, tetapi Jack justru menatap Rossa lekat-lekat. Batin Jack semakin memberontak dengan hebat, haruskah mereka melakukan lebih dari itu?

TO BE CONTINUED....

Jack Darmawan

Rossalinda

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro