Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 14 - 💋Bukan Pelacur 💋

“Pesta!” Kedua sudut bibir Radit tertarik melebar dengan deretan gigi yang berjejer rapi. Ia menunjukkan kantong plastik berisi kaleng bir. 

“Lo nggak bisa bawa minuman yang lebih sehat kalau ke rumah gue?” ucap Jack seraya melebarkan pintu. 

“Nggak kepikiran. Ini juga gue beli pas di jalan tadi. Ah…bau apa ini? Tahu aja kalau gue lagi laper.” Hidung Radit kembang kempis ketika masuk ke dalam apartemen Jack yang minimalis tetapi elegan. Jack sengaja mengundang Radit untuk menikmati lauk yang sudah ditata oleh sang ibu di dalam kulkas. 

Siang tadi Maya datang ke apartemen Jack dan meninggalkan lauk yang tahan lama dan tinggal dihangatkan saja untuk makan. Mungkin Jack bisa menghabiskannya dalam 7 hari jika tidak mengundang Radit. 

“Ah, ada rendang, balado ati ampela, usus kecap, abon sapi, patin goreng. Wah, nyokap lo nih pasti, mantep bener,” celetuk Radit seraya mengambil piring dan menyendokkan nasi hangat. 

Sementara itu, Jack menarik kursi di meja makan yang terletak tidak jauh dari dapur minimalisnya. Ia memilih warna hitam dan meja marble untuk menghiasi area dapur. Bagian yang paling disukai oleh Jack adalah jendela besar yang menampilkan panorama gedung pencakar langit ciri khas Ibukota. Pun ia tidak lupa menambahkan sentuhan hiasan di dinding. 

“Aish, minuman gue lupa lagi,” ujar Radit yang lantas meletakkan piring di atas meja makan dan berlari ke ruang tengah apartemen Jack. Meraih bungkusan putih yang berisi beberapa kaleng bir dengan kandungan alkohol paling rendah. 

Radit melewati satu lemari kaca berukuran besar yang dipenuhi dengan gundam kesayangan Jack. Well, sejak kecil ia memang penggila robot serial anime yang paling terkenal itu. Bahkan Jack memiliki 12 jenis gundam terfavorit yang cukup sulit didapatkan. Jenis gundam Master Grade hingga High Grade Universal Century berjejer rapi di etalase kaca. Jack cukup telaten menata ukuran paling besar hingga kecil. Cukup menghibur jika pulang kerja melihat koleksinya berjejer gagah di dalam apartemen. 

Alih-alih meraih bir yang dibawakan oleh Radit, Jack meneguk air putih dalam gelas hingga tandas. Ia mengamati Radit yang sedang menyantap makanan dengan lahap. 

“Pelan-pelan aja kali, gue nggak mau minta,” ujar Jack. 

“Lo tahu gue nggak pernah makan makanan rumahan semenjak nyokap gue meninggal,” terang Radit. Jack tersenyum samar, status mereka sama tidak memiliki seorang ibu. Tetapi Jack sedikit beruntung sebab memiliki Maya yang sangat mengasihinya. “Oh ya, gimana sama kasus Rossa?” 

“Masih tahap penyidikan,” jawab Jack seraya meraih tahu isi jamur buatan sang ibu yang sering disebut tahu bunting. 

“Hah, kasus prostitusi sebenarnya nggak jauh-jauh dari para pebisnis. Gue banyak denger kalau wanita kayak gitu biasa dikirim buat suap.” Radit menjeda ucapannya setelah melahap satu sendok penuh nasi hangat beserta irisan rendang. “Ngirim cewek buat ngelancarin bisnis mereka.” 

Jack terus mengunyah campuran jamur yang lembut di dalam mulut tanpa banyak berkomentar. Well, banyak kasus seperti itu yang kerap ditemui oleh Jack. Begitulah bisnis para mafia berjalan. 

“Rossa nggak jadi korban para pebisnis juga ‘kan? Gue sama sekali nggak denger pengusaha yang katanya sewa Rossa. Orang Timor Leste ya?” 

“Belum tahu juga, semua lagi dalam proses penyidikan.” Jack selalu mengatakan kalimat yang mungkin sudah dihafal oleh Radit. Karena terkait dengan rahasia klien. 

Netra Radit tertuju pada Jack penuh selidik. Ia mendorong lumatan makannya dengan bantuan air putih. 

“Lo nggak ada niatan CLBK sama Rossa ‘kan?” 

“CLBK? Balikan maksud lo?” tanya Jack memastikan. 

“Iya balikan.”

Jack tidak menjawab dan hanya diam. Well, mungkin hatinya sangat mengharapkan kesempatan kedua itu, tetapi apakah hati Rossa masih terbuka untuknya? 

"Mending gue kenalin sama temen cewek yang lagi deket sama gue," ujar Radit.

"Lo punya cewek? Bukannya lo cowok anti komitmen?"

"Cewek buat seneng-seneng aja, gimana?" tanya Radit seraya menaikkan kedua alisnya.

Jack meletakkan gelas kosong di meja. "Gue nggak minat."

***

Kedua mata Rossa berbinar ketika mendapatkan satu bucket bunga dari Chandra. Kali ini ada parfum dengan botol bentuk tengkorak warna biru yang merupakan koleksi dari to be exotic jungle. Satu bulan yang lalu Rossa tidak sengaja memecahkannya dan meraung di story instagram. 

“Astaga, Mister Chandra ngasih aku ini?” pekik Rossa tidak percaya. “Ternyata selama ini dia perhatiin story aku. Ihhh, seneng banget.” 

Senyuman Rossa tidak berhenti mengembang. Sebagai penggemar parfum dengan botol yang unik, ini merupakan hadiah yang besar. “Apa mungkin Mister Chandra yang jadi secret admirer aku ya? Yang suka kirimin hadiah no name?” 

Beberapa parfum keluaran terbaru, hingga barang branded kerap dikirimkan oleh salah satu penggemar yang hingga kini Rossa tidak tahu namanya. Di saat Rossa dilanda masalah dan banyak hujatan, mungkin hanya penggemar tanpa nama itu yang mendukungnya. Semoga saja. 

Rossa memeluk parfum yang sekarang jadi miliknya itu dengan erat. Chandra merupakan guru HL (Higher Learning) paruh waktu di SMA dulu. Sekarang pria itu sudah menjadi pramugara salah satu maskapai nomor satu di Indonesia. 

Ah, mengingat tentang Chandra membuat Rossa tidak berhenti tersenyum. Tidak hanya dekat dengan Chandra, Rossa juga akrab dengan ibu Chandra yang seorang penjahit. Sejak dulu Rossa sangat menggilai dunia fashion, suka menjahitkan baju dengan model sendiri pada ibu Chandra. Bahkan Rossa lebih dekat dengan ibu Chandra dibandingkan Mama Jack. Sang kekasih belum pernah sekalipun mengenalkan Rossa pada keluarganya. 

Rossa mendengkus ketika teringat hal itu. Jack dulu memang tidak terlalu sering menceritakan perihal keluarganya. Hanya beberapa poin penting, seperti kegiatan mereka di Jakarta. 

‘Tersangka kasus prostitusi online sekarang sudah memasuki babak baru. Mucikari berinisial RO dan TN akan dijerat tindak pidana perdagangan orang dengan hukuman penjara 3 hingga 15 tahun. Tidak menutup kemungkinan DR juga akan mendapatkan hukuman terkait UU ITE, pornografi.’ 

Rungu Rossa menangkap dengan jelas perkataan yang diucapkan oleh pembaca berita dari balik layar televisi. Tangan wanita berambut blonde itu meremas kaus oversize bagian bawah dengan kuat. Jujur Rossa takut. Ia tidak pernah melakukan semua perbuatan buruk yang ditujukan untuknya. Namun mengapa semua orang seakan menghakimi dan menyudutkan Rossa? 

Senyuman yang semula terulas di bibir Rossa karena hadiah dari Chandra kini lenyap seketika. Ia terduduk lemas. 

Rossa memang bukan manusia yang bersih dari dosa, sering meneguk minuman keras dan berpesta di klub sampai larut malam. Tetapi akalnya masih sehat untuk tidak menyentuh hal yang lebih dosa dari itu. Tidak dengan narkoba apalagi menjual diri. Bahkan hingga detik ini, Rossa mempertahankan keperawanan untuk calon suami. Pasti banyak yang tidak percaya jika model masih perawan seperti Rossa, karena image yang tercipta. Ralat, keperawanan yang masih abu-abu. Entah Jack sudah merenggutnya atau belum.

Banyak kontrak yang memutus kerja sama dengan Rossa. Baik yang sedang berjalan maupun yang akan datang. Bahkan tadi pagi Yasinta memberi kabar jika agensi terpaksa membatalkan keberangkatan Rossa ke New York Fashion Week karena kasus ini. Rossa menjadi tahanan kota, tentu ruang geraknya sangat dibatasi. 

Embusan napas kasar lolos dari bibir merah jambu Rossa yang dibiarkan polos tanpa pulasan lipstik maupun pelembab. Ia menyugar rambut frustasi. “Hah.” 

Semua karir yang disusun dengan hati-hati melalui kemampuannya, sekarang hancur dalam sekali sentil. Lebih tidak adilnya lagi, itu terjadi bukan karena tingkah Rossa. 

Kali ini Rossa sangat membenci takdir yang dituliskan untuknya. Bukankah ia sudah cukup menderita dengan menjadi piatu sejak pertama menghirup udara di dunia? Lalu kehilangan dunianya setelah beranjak dewasa. Sekarang, satu masalah besar kembali menghantam hidup Rossa. 

Suara bel pintu unitnya terdengar, Rossa bangkit dari duduk lalu berjalan menuju ke pintu. Tanpa melihat pada layar doorbell, ia lantas membuka pintu tersebut. 

Pribadi Jack yang berada di balik pintu hanya membuat Rossa mendongakkan wajah sekilas. Tidak ada kata yang diucapkan oleh Rossa. Lalu ia membalikkan tubuh dan berjalan ke ruang tamu untuk menghempaskan tubuh di sofa panjang warna kelabu. 

“Jeng, kamu nggak bohongin aku ‘kan?” Pertanyaan dari Jack seakan memprovokasi Rossa. Saat ini suasana hatinya sedang tidak baik. Lantas mendapatkan pertanyaan semacam itu? 

Oh God! Please! 

Kepala Rossa lantas menoleh pada Jack. Kedua matanya terlihat lelah dan kurang tidur. Well, semenjak namanya selalu disebut dalam kasus prostitusi online ini, Rossa tidak bisa beristirahat dengan tenang. Siang dan Malam Rossa terusik. 

Jack, are you serious?” ujar Rossa tidak percaya. “Lo serius bertanya kayak gitu sama gue?” 

“Aku cuma mastiin aja kalau kamu nggak bohongin aku. Semua informasi yang kamu kasih ke aku itu benar,” terang Jack dengan tegas. 

Sekarang kebencian Rossa terhadap Jack bertambah. Bagaimana bisa pria itu tidak mempercayainya dan menganggap pembohong? 

Rossa beranjak dari duduknya lalu berjalan mendekati Jack. Ia merapatkan tubuh pada Jack hingga tanpa jarak. Netra wanita itu terus menatap Jack lurus. 

“Apa menurut lo, gue akan ngelakuin hal buruk itu? Apa lo pikir gue akan jual diri? Seburuk itukah gue di mata lo!” seru Rossa dengan intonasi meninggi. 

Jack terdiam. Ia bisa melihat kedua mata Rossa kini diselimuti air mata dan tidak mampu menahannya. Butiran bening yang sedari tadi membendung sklera  putih Rossa terjatuh dan membasahi kedua pipi. 

“Harus berapa kali gue jelasin sama lo, kalau gue bukan pelacur! Gue nggak jual diri! Gue bukan perek!” Emosi yang bercokol di dalam hati kini tumpah bersama tangisan. Tiba-tiba saja Rossa teringat hangat pelukan sang ayah. Pria yang akan mempercayai Rossa tanpa syarat. Pria yang akan mendukung Rossa dikala terkena masalah apapun. Pria yang akan menguatkan Rossa dan menyediakan pundak untuk tempat bersandar. “Gue bukan pelacur, Jack! Bukan!” 

Setelah mengucapkan kalimat itu, tubuh Rossa terasa lemas kehabisan tenaga. Kedua kakinya tidak mampu menahan berat tubuh dan terjatuh di depan Jack. Rossa yang semula terlihat tahan banting dengan semua komentar jahat netizen, kini tidak memiliki daya. Ia sudah hancur. 

Jack melihat Rossa sesekali sambil mengembuskan napasnya pelan. Ia mempercayai Rossa. Namun, semua orang bisa berubah. Apalagi setelah Ia melihat seorang pria bertopi keluar dari kamar Rossa setelah 30 menit berada di dalam. Siapa yang bisa menjamin pria itu tidak melakukan hal lain bersama Rossa? 

Jack memperingati diri sendiri. Bagaimanapun ia adalah kuasa hukum Rossa yang harus membela kliennya. Ia hanya memastikan jika Rossa tidak memberikan keterangan palsu. 

Mendengar isakan tangis Rossa yang tidak kunjung berhenti, Jack merendahkan tubuh dan duduk bersimpuh di hadapan Rossa. Secara spontan tangan Jack terulur lalu mengusap air mata yang membasahi pipi. 

“Maaf,” ucap Jack lirih. 

“Kalau Papa masih ada, pasti dia akan percaya sama gue sepenuhnya,” ujar Rossa semakin terisak. “Sekarang nggak ada satu pun yang percaya sama gue, termasuk lo!” 

“Jeng, bukan nggak percaya. Aku cuma-“

“Cuma apa?” Rossa mendongakkan wajah dan melihat Jack dengan mata yang basah karena air mata. “Gue nggak tahu siapa mucikari itu. Gue nggak pernah ketemu sama dia, chat atau bahkan ngejual diri ke orang itu. Lihat mukanya aja baru kemarin pas ditangkap sama polisi.” 

Rossa tampak putus asa. Sekarang ia tidak memiliki pegangan yang bisa menguatkannya. Haruskah ia menyusul sang ayah saja? 

Entah apa yang membuat Jack membuat gerakan memeluk tubuh Rossa lalu mengusap puncak kepala wanita itu. Lumayan lama hingga membuat Rossa enggan untuk memberi penolakan. 

Pelukan Jack masih hangat seperti dulu. Entah mengapa ketika berada di pelukan Jack, Rossa merasa semua akan baik-baik saja. Bahkan detik ini. 

“Maaf. Aku percaya sama kamu Jeng,” ujar Jack dengan nada yang teramat lirih. “Aku janji akan bersama kamu sampai akhir.” 

Rossa masih bergeming dalam pelukan Jack. Lalu ia beringsut untuk terlepas dari pelukan sang mantan kekasih. Netra Rossa mendongak pada Jack lalu menggeleng samar. “Jangan membuat janji yang nggak bisa lo tepati Jack. Sama seperti janji yang lo buat sama papa gue. Lo pergi begitu saja." 

TO BE CONTINUED….

Kenalan sama Radit yuk 😘

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro