Chapter 12 - 💋Musuh dalam selimut 💋
"Sebelum penggerebekan itu, kami sudah melakukan penyelidikan. Mulai dari mendekati tersangka dan melakukan penyamaran sebagai pengguna jasa seks," terang Kepala unit tindak pidana umum sebagai perwakilan dari Bareskrim Polri. "Barang bukti yang kami sita adalah bukti transfer, pakaian dalam, kondom bekas, bill hotel, dan sekarang handphone sedang dikloning di cyber crime untuk dilihat data-data di situ. Karena indikasinya bukan hanya model dan artis ini yang dieksploitasi."
Jack yang mendengar pernyataan tersebut lalu menoleh pada layar televisi seteleh duduk di sofa abu-abu berlatar belakang pemandangan kota Jakarta.
"Kondom apaan? Gue nggak pernah bawa barang kayak gitu di tas gue. Gimana bisa ada kondom bekas di tempat sampah kamar? Nggak masuk akal!" Rossa mengayunkan kakinya menuju ke pantry untuk mengambil air kemasan.
Netra Jack berselancar ke sekeliling ruangan dan mencari remote televisi dan menekan tombol off.
"Gue nggak ada asisten. Cuma ada air kemasan," ujar Rossa sambil membalikkan tubuh. Ia meletakkannya di meja depan Jack.
"Thanks," ujar Jack.
"Apa yang mau lo tahu?" Rossa tidak ingin membuang waktu dan memperlama interaksi dengan sang mantan kekasih.
"Kamu tinggal sendiri selama ini?" tanya Jack.
"Iya. Terkadang Netty sama Mbak Farida kesini kalau ada perlu."
"Contohnya?" tanya Jack ingin tahu.
"Netty manajer gue dan sering nginep di sini. Kalau Mbak Farida asisten pribadi dari agensi yang sering bantu gue buat segala persiapan kegiatan. Kemarin pas di Bali, Mbak Farida emang nggak langsung ikut balik ke Jakarta," terang Rossa.
"Kenapa?" Jack mulai mendapatkan secercah peluang dari kasus Rossa.
"Gue nggak tahu alasan pastinya apa. Gue nggak tanya lebih lanjut sih. Karena habis dari Bali nggak ada kegiatan yang urgent, ya gue iyain aja," tambah Rossa.
Jack mengangguk paham. Ia bisa menjadikan Farida sebagai salah satu saksi yang diperlukan terkait kasus Rossa. Sementara itu Rossa terus memeta pribadi Jack dari ujung kaki hingga puncak kepala. Pria itu terlihat lebih tampan, wangi dan berkelas. Well, meskipun sedari dulu Jack memang sudah tampan. Tetapi setelah menjadi pengacara auranya semakin kentara. Berkharisma.
"Gue nggak salah," ucap Rossa kemudian. "Gue emang suka party, mabuk, tapi yang namanya narkoba, seks bebas apalagi prostitusi adalah hal yang paling gue hindari."
Jack tidak menampik poin kedua. Pasalnya ketika mereka hampir melakukan penyatuan, Rossa memekik kesakitan. Hingga Jack tidak tega dan menunda kegiatan panas itu.
Tangan Jack terulur seraya meraih minuman yang disajikan. Ia mendadak menjadi salah tingkah jika mengingat malam pertama yang terkesan canggung itu. Pertanyaannya, apakah Rossa ingat?
Dari gerak-gerik yang ditunjukkan Rossa, sepertinya tidak. Astaga, mengapa pikiran Jack meracau kemana-mana.
"Jeng ... ma-maksudku Rossa. Aku percaya sama kamu," terang Jack dengan sungguh-sungguh.
Sepersekian detik kedua pasang mata itu saling bersirobok dan mencuri pandang. Lalu Rossa melihat ke segala arah ketika Jack menyadari tatapannya. Sial!
"Nggak usah lo panggil gue dengan sebutan aku kamu. Jijik gue dengernya," ujar Rossa salah tingkah.
"Loh, why? Kita disini sebagai klien dan pengacara. Aku rasa panggilan gue dan lo kurang pantas," jawab Jack dengan suara yang berwibawa.
"Terserah lo aja," jawab Rossa kemudian.
"Aku bawa makanan buat kamu. Makan aja." Jack menyodorkan nasi ayam penyet yang menjadi favorit Rossa. Wanita itu tidak susah dalam hal makanan. Hampir semua jenis makanan disukai.
Mereka kerap menyantap makanan di pinggir jalan bersama, meskipun Jack harus memilah-milah warung yang kebersihannya teruji. Ah, Jack jadi teringat mereka kerap menghabiskan waktu di kawasan Solo Baru untuk menyantap nasi liwet atau ayam penyet. Tidak jarang Jack mengitari patung pandawa lima yang menjadi ikon Solo Baru berulang untuk memperlama waktu bersama Rossa.
"Nggak usah repot-repot. Gue lagi diet."
"Terserah mau kamu makan atau nggak. Aku cuma bawain aja," jawab Jack sambil merapikan tas kulit model postman. "Untuk kasusmu nanti aku yang akan ngurus secara keseluruhan tanpa campur tangan dari timku. Aku harap kamu nggak keluar kota dulu karena kamu lagi jadi saksi wajib lapor."
"Yah. Lagian gue mau kemana? Kalau keluar yang ada gue diserbu sama netizen," tukas Rossa.
Status Rossa kali ini masih sebagai saksi. Setelah beberapa kali mengikuti proses penyidikan, makan pihak penyidik bisa menetapkan status Rossa selanjutnya. Entah dinaikkan sebagai tersangka atau justru dibebaskan.
"Kamu nggak perlu lihat berita yang menyakitkan. Istirahat aja dan persiapkan diri buat panggilan pertama," tutur Jack.
Rossa terdiam. Ia tidak merespon tindakan dari Jack. Hingga kemudian Jack melenggang pergi menuju ke pintu apartemen.
"Apa nggak ada yang mau lo jelasin ke gue, Jack?" Pertanyaan dari Rossa lantas membuat langkah Jack terhenti. Tidak menjawab, tetapi ia membuka tas dan mengeluarkan sebuah kotak yang berisi barang milik Rossa. Jack menemukannya ketika mereka sempat akan bercinta di pertemuan pertama
"Nanti malam aku kesini buat kasih penjelasan ke kamu. Ini aku harus ke kantor polisi buat lihat rekaman cctv. Sama ini punya kamu. Pasti kamu nyariin 'kan?"
Setelah memberikan kotak tersebut kepada Rossa, Jack lantas melenggang pergi begitu saja. Lalu terdengar pekikan suara Rossa yang membuat pria itu menahan tawa.
"Jack! Sialan lo!"
"Jack! Jangan beraninya lo datang ke sini malam ini! Kurang ajar!" seru Rossa yang suaranya menggema di lorong apartemen.
Kontan wajah Rossa memerah seperti tomat. Ia menutup pintu unit apartemen dan menghentakkan kaki karena rasa malu yang luar biasa.
"Kok bisa sih, sumpel dada gue sama Jack? Gimana ceritanya? Aduh!" Rossa menghentakkan kakinya di lantai dengan menggenggam sumpal dada itu.
Benak Rossa mulai mengingat kembali kejadian beberapa minggu yang lalu. Dimana ia sempat satu kamar bersama Jack dan terbangun bersisian. Ketika bangun tidur, Rossa memang bangun dalam keadaan telanjang.
"Gila! Apa yang udah gue lakuin sama Jack di malam itu? Apa mungkin gue making love sama cowok itu? Keperawanan gue diambil sama Jack? Mungkinkah Jack setega itu?" Rossa menyugar rambutnya frustasi.
Ia berusaha mengingat kejadian yang terlewat dari ingatannya. Rossa sama sekali tidak ingat apa yang mereka lakukan malam itu. Kalau memang benar mereka bercinta malam itu, berarti Rossa memiliki bibit pelakor. Sebab tidur bersama pria yang sudah beristri.
"Nggak! Nggak mungkin! Masa' iya sih perawan gue diambil sama suami orang! Gila! Goblok banget sih Rossa!" seru Rossa merutuki diri sendiri. "Kok bisa gue lupain malam itu. Gue udah ngapain sama Jack?"
***
Gerakan menuang wine ke dalam gelas berkaki terhenti ketika pembaca berita menyebutkan nama Rossa. Lalu Starla memutar tubuh yang hanya dibalut lingerie transparan warna hitam itu.
"Kalau dilihat dari jejak digital ya nggak kaget sih ya. Dia aja orangnya suka begitu, clubbing dan sebagainya. Seperti yang kalian tahu, kehidupan model itu kan harus mewah. Kalau nggak lewat jalur begitu dapat uang dari mana lagi?" Seorang artis Baby Milkita berkomentar mengenai hal tersebut. "Aku sih pernah ditawari ya, cuma kalau 40-50 juta doang sih aku mikir dua kali, kalau dikasih triliunan baru dipertimbangkan lagi deh," pungkasnya sambil terkekeh.
Beberapa pesohor Nusantara berkomentar tentang kasus yang menimpa Rossa. Mengingat bukan hal yang baru jika para pesohor Nusantara terlibat kasus seperti ini.
Senyuman Starla semakin semringah dan berakhir dengan kekehan. Ia memutar gelas wine dan menghidu aroma yang khas itu. "Good luck buat kasus lo, Rossa. Sepertinya lo harus say good bye sama semua ini."
"Sayang, udah siap?" Seorang pria dengan tubuh atletis dan rambut yang memutih secara keseluruhan muncul dari balik pintu kamar mandi. Tidak ada kain yang menutupi bagian tubuh atasnya.
Starla memutar tubuh dan berjalan sensual. Lalu tangannya memindai dada seorang pria beristri itu. "Tentu saja. Hari ini aku sangat gembira karena melihat orang yang paling ku benci akhirnya jatuh. Terima kasih untuk bantuannya."
TO BE CONTINUED....
Rossa galak banget sih sama Jack 🤣
Halo teman-teman terima kasih sudah mampir dan selamat membaca 😍
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro