Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

CHAPTER 1 - 💋 Miss Troublemaker 💋

"Wuuuuu! Ros, go girl!" Suara wanita berambut merah memekik ketika Rossa meliukkan tubuhnya di tiang dansa.

"Yeah!" seru Rossa kegirangan. Ia terus menggoyangkan bokong bulatnya mengikuti irama musik yang dimainkan oleh disjoki. Satu langkah lagi ia bisa menjadi model internasional seperti Gigi Hadid, Karlie kloss, Kendall Jenner, dan Bella Hadid, sesuai impiannya selama ini.

Setelah mendapatkan kabar bahagia jika dirinya akan didapuk sebagai showstopper di New York fashion week, Rossa tidak akan melewatkan waktu yang tepat untuk berpesta. Tentu saja ia akan diam-diam pergi tanpa sepengetahuan Netty, sang manajer. Menurut Rossa, Netty adalah manajer tercerewet yang selalu memiliki seratus peraturan untuknya. Tidak boleh pesta sambil minum alkohol, memakai baju terlalu minim dan beberapa peraturan yang lain. Hah, padahal Rossa lebih nyaman jika tanpa baju dibandingkan pakaian yang minim.

Debut pertama di kancah Internasional lalu mendapatkan posisi showstopper adalah kebanggan tersendiri. Sebab posisi tersebut cukup vital dalam acara run away, biasanya desainer akan memilih model dengan peringkat tinggi untuk menjadi penutup upacara tersebut.

Diajeng Rossalinda, model yang dikenal sebagai biang onar tanpa pernah peduli dengan media yang selalu berbicara buruk tentangnya serta jemari jahat netizen itu, kini akan banyak menorehkan prestasi Internasional.

"Yippy!" teriak Rossa setelah meneguk minuman dari gelasnya. Wanita berdarah campuran Australia dan Jawa itu menghempaskan tubuhnya di atas sofa panjang sambil melihat temannya bergoyang dan menenggak minuman.

"Congratulation, Ros." Suara yang dikenali oleh Rossa, membuatnya mendongakkan wajah.

"Thanks," jawab Rossa sambil tersenyum lebar.

Wanita berambut hitam itu lalu duduk di samping Rossa tanpa dipersilahkan terlebih dahulu. Merebut gelas Rossa dan meneguknya hingga tandas. Tidak sopan.

"Excuse me, Starla. But, for your information ... lo nggak diundang ke private party gue," ujar Rossa yang memuat raut wajah tidak suka tergambar jelas di wajah Starla.

"Oh, sorry. Gue kira lo nggak keberatan kalau gue gabung." Starla bangkit dari duduknya dan hendak mengayunkan kaki. Bagi Starla, Rossa masih saja sombong sejak pertama pertemuan mereka. Karir Rossa cukup mujur jika dibandingkan dengan Starla. Nama Rossa langsung dilirik beberapa agensi model setelah penampilan pertamanya di Jakarta Fashion Week.

Baru beberapa langkah, Starla berhenti dan kembali menghampiri Rossa karena clutch-nya tertinggal. "Sorry, tas gue ketinggalan."

"Oh, yeah. Ambil saja," jawab Rossa menggeser tubuhnya agar Strala bisa lewat.

"Ngomong-ngomong Ros, ada yang beda sama wajah lo. Botox di mana?" tanya Starla yang membuat Rossa terkekeh.

"Excuse me, botox? Oh, come on girl." Rossa terkekeh seraya berdiri dan merapatkan tubuhnya pada Starla.

Jemari lentik Rossa yang dihiasi kutek gliter warna fuschia, membelai wajahnya dari bagian kanan dan kiri secara perlahan.

"Starla, this face not from botox, but gift from God. Get it?" (Ini bukan wajah hasil botox, tetapi hadiah dari Tuhan)

Mendengar jawaban dengan nada yang super menyebalkan itu, Starla lalu membalikkan tubuh dan pergi begitu saja. Rossa adalah manusia sombong yang harus musnah dari muka bumi ini. Sejak kedatangan Rossa, karir Starla perlahan meredup. Bahkan brand yang awalnya berniat memberikan penawaran kontrak kepadanya, langsung berbelok pada Rossa.

"Selama Rossa masih di dunia modeling, karirku akan stuck begini saja," kesal Starla sambil terus berjalan, mengetukkan hells sepatunya di atas lantai parket. "Haruskah gue masukin obat perangsang dan bikin dia kena skandal? Dasar bitch!"

Meneguk tiga sloki bir membuat kandung kemih Rossa tidak bisa menahan cairan lebih banyak lagi. Ia bangkit dari duduknya dan berjalan menuju ke toilet VVIP dalam ruangan kaca. Sesekali ia memijat kepala karena rasa berat mulai menggantung erat. Toleransi Rossa terhadap alkohol memang payah sekali. Ia senang berpesta, tetapi akan mabuk jika sudah meneguk lebih dari tiga sloki vodka atau whisky. Payah!

"Astaga! Apa yang kalian lakukan di toilet? Sewalah kamar!" Rossa lantas membalikkan tubuhnya dan berjalan dengan langkah terburu-buru setelah melihat sepasang kekasih sedang bercumbu di dalam sana. Salah satu teman yang diajak Rossa untuk menikmati intimate party itu.

"Hash, gue harus turun ke bawah buat pipis, dasar sialan! Kayak nggak ada hotel aja sih," ujar Rossa sambil menarik sedikit celana dalamnya dari pangkal paha untuk menahan kencing.

"Oh my Godness! Apa enaknya sih bercumbu di toilet. Nggak di atas, nggak di sini ada aja manusia yang kekurangan tempat! Minggir!" Dengan langkah yang memburu, Rossa mendorong tubuh pria dengan kemeja putih untuk menyingkir dari jalannya.

Setelah mengosongkan kandung kemih, langkah Rossa semakin sempoyongan sebab pengaruh alkohol. Matanya sudah berkunang-kunang dan tidak bisa melihat jalanan dengan jelas. Ia mengerjapkan mata sambil terus berjalan.

"Astaga!" Rossa terkekeh ketika kehilangan keseimbangan dan tubuhnya ditangkap oleh seorang pria berkemeja hitam dengan lengan tergulung hingga siku. "Maaf."

Sepersekian detik, iris hitam pria dengan rahang tegas itu menatap Rossa tanpa jeda, seolah enggan melewatkan pertemuan yang sudah dinantikan cukup lama. Ia terus menatap wajah Rossa yang berbingkai rambut blonde dan iris kecokelatannya lekat-lekat. Bibir merah jambu Rossa setengah terbuka saat merintih menahan sakit di kepala.

"Ah, kepalaku pusing sekali!" racau Rossa sambil memijat pelipisnya.

"Kamu mabuk." Suara bariton pria itu membuat Rossa mendongakkan kepala.

Ia memindai wajah pria tersebut. Alis tegas tercetak di kedua sisi, hidungnya mancung dan memiliki bibir tebal berbingkai rambut hitam yang disisir rapi ke belakang. Aroma sandalwood yang bercampur dengan wangi tubuh pria itu tidak asing bagi Rossa. Namun, pandangan Rossa terlalu kabur untuk bisa menerka siapa pria itu.

"Wangimu...mengingatkanku kepada seseorang," ucap Rossa sambil terkekeh. Tubuhnya sudah lemas seperti jelly. Beruntung pria itu menahan tubuh Rossa agar tidak terjatuh. "Cowok brengsek! Dia meninggalkanku demi menikahi wanita lain." Setelah terkekeh, Rossa tiba-tiba menangis. "Kenapa harus hari itu? Ha! Kenapa dia harus meninggalkanku di hari itu! Dari 7 hari, kenapa harus hari itu! Katakan! Dasar Jack Darmawan brengsek!"

Pria itu hanya terdiam, seolah pasrah mendapatkan umpatan dari Rossa. Well, ia memang berhak mendapatkan caci maki dari Rossa. Lantas ia menengok ke kanan dan kiri, memastikan tidak ada paparazi yang tengah berkeliaran untuk mencari berita tentang Rossa.

"Jack, jas lo ketinggalan." Suara Radit terhenti ketika melihat seorang wanita berada dalam dekapan Jack. "Wow, lo nemu dari mana?"

Dengan cepat, Jack merebut jas miliknya dari genggaman Radit, digunakan untuk menutupi wajah Rossa. Lalu ia membawa Rossa pergi dari keramaian klub itu.

"Hey Jack! Anak orang mau lo bawa kemana!" seru Radit yang suaranya melebur jadi satu dengan dentuman musik.

***

Udara dingin yang mencubit telapak kaki membuat Rossa beringsut dari tidur panjangnya. Kepala wanita itu masih terasa berat. Ia mengerjapkan mata berulang untuk menjernihkan pandangan. Bohlam lampu terpasang di tengah ruangan, lalu ia memiringkan tubuh ke kanan dan langsung terbelalak saat melihat Jack berbaring di sampingnya.

Ia langsung bangkit dari tidurnya dan membuka selimut untuk memastikan apa yang sudah terjadi semalam. Sial! Tubuh Rossa kini telanjang tanpa sehelai benang membungkus tubuh. Saraf Rossa mendadak terhenti seketika. Kembali Rossa menoleh pada Jack yang masih terlelap sambil mengumpat dalam hati.

Tidak ingin Jack terbangun dan melihatnya, Rossa segera turun dari ranjang sambil memunguti bajunya yang teronggok di lantai. Kemudian ia memakai busana tersebut dengan tergesa dan langsung pergi.

Memakai masker sambil terus melakukan panggilan kepada sang manajer. Rossa berlari ketika pintu lift terbuka dan menekan tombol menuju lobi hotel.

"Brengsek! Apa yang udah gue lakuin sama Jack?" Rossa menyugar rambutnya frustrasi. "Kenapa gue harus ketemu sama cowok itu lagi dalam kondisi kayak gini! Gila!" Berulang kali Rossa membuang napas sambil mengingat kejadian semalam. "Gue udah tidur sama suami orang? Gila! Lo udah gila Rossa!"

TO BE CONTINUED.....

Jack Darmawan (30 Tahun)

Diajeng Rossalinda (25 tahun)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro