Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 05 - 💋Dipermainkan oleh takdir 💋


“Astaga! Bisa-bisanya gue salah jalan!” keluh Rossa yang mengedarkan pandangan ke sekeliling dan mencari keberadaan Netty. Ia tadi pamit untuk pergi ke toilet, tetapi entah mengapa justru tersesat di Bandara yang luas itu.

Rossa menurunkan topi dan membenarkan letak maskernya agar tidak tampak oleh pengunjung yang lain. Sesekali ia menurunkan masker dan menyedot peppermint tea. Netra Rossa memindai dan membaca tulisan balok yang tercetak sebagai penunjuk arah. kemudian ia memutar tubuh dan ….

BRUKKK

“Aw!” Rasa dingin lantas terserap dalam kaus Rossa dan menyentuh kulit dadanya. Dingin sekali. Sialan! Sekarang bra warna merah Rossa tercetak dengan jelas.

“Sorry, sorry,” ujar seorang pria yang baru saja menabrak Rossa.

Ingin sekali memaki pria tersebut, tetapi Rossa harus jaga image. Ia menghela napas pelan sambil berkata,  “nggak apa-apa kok.”

Nggak apa-apa your ass! Dingin tauk!

Tidak sengaja melihat cetakan bra dari kaus Rossa, pria itu lantas melepaskan jasnya dan memberikan kepadanya. “Kamu bisa pakai ini.”

Rossa mendongakkan kepala dan menyadari jika pria itu adalah Jack Darmawan. Mengapa harus bertemu lagi dengan pria sialan itu? Dunia memang selebar daun kelor, tetapi tidak bisakah Rossa bertemu dengan Chris Hemsworth atau Brad Pitt? Alih-alih harus bertemu Jack Darmawan yang super menjengkelkan itu.

“Lo lagi lo lagi!” kesal Rossa.

Melihat iris hitam dan suara yang sangat dikenali itu, Jack paham jika itu adalah Rossa. “Ajeng?”

“Jangan sebut nama gue yang berharga itu pakai mulut sialan lo!” seru Rossa yang masih menahan intonasinya. Ia memperhatikan sekeliling supaya tidak ada yang mencuri dengar.

“Sorry,” ujar Jack sekali lagi. Ia sedikit canggung bertemu dengan Rossa setelah malam yang penuh gairah itu. Namun sepertinya Rossa tidak ingat dengan adegan foreplay yang lumayan panas itu.

“Sorry?” Kedua mata Rossa sontak melotot diikuti amarah yang sudah lama ingin diluapkan kepada Jack. Otot wajah Rossa menegang seketika. “Buat kesalahan yang mana?”

Mendengar pertanyaan Rossa, Jack hanya bisa terdiam tanpa kata. Seluruh kosa katanya seolah ditelan bumi. Jack Darmawan yang dikenal memiliki public speaking yang bagus, sekarang seperti pria bodoh yang tidak bisa menjawab pertanyaan sederhana Rossa.

“Jeng.”

“Nama gue Rossa! Rossa! Jangan panggil gue dengan nama itu. Jijik gue denger lo nyebut nama gue!” tandas Rossa dengan penekanan di setiap katanya. Lalu ia menyapukan pandangan ke sekitar, memeriksa tidak ada yang memperhatikan atau mencuri dengar obrolan mereka.

Setelah memastikan tidak ada yang memasang perhatian ke arah mereka, Rossa menarik tangan Jack ke lorong menuju toilet yang sepi dari orang berlalu lalang.

Masih memasang siaga, Rossa menurunkan topinya lalu meminta penjelasan kepada Jack mengenai malam itu. “Lo gila ya! Lo udah punya istri tapi manfaatin gue! Apa yang lo lakuin pas malam itu? Jawab!”

“Jeng … maaf, maksud aku Rossa.” Jack menghela napas panjang sebelum memberikan penjelasan kepada Rossa. “Aku nggak ngapa-ngapain kamu.”

“Lo pikir gue bodoh?” Rossa terdiam sebentar ketika ada seorang wanita berjalan menuju ke toilet. Ia menyembunyikan wajahnya dengan helaian rambut yang menjuntai ke depan. “Gue bangun dalam keadaan telanjang!” Nada bicara Rossa penuh penekanan tetapi lirih.

“Oke.” Jack mencoba menjelaskan kepada Rossa. Tangannya ingin menyentuh pundak Rossa tetapi wanita itu menghindar. “Oke, biar aku jelasin ke kamu. Waktu itu baju kamu basah kena muntah. Jadi—”

“Jadi lo seenaknya bisa ngelepas baju gue? Lo nelanjangin gue! Licik otak lo ya! Lo mau manfaatin gue?” Rossa terus melemparkan tuduhan tanpa dasar kepada Jack.

“Bukan aku yang ganti, dengerin dulu.” Jack bersusah payah berhadapan dengan emosi Rossa yang semakin tidak terkontrol.

“Terus siapa? Setan? Kalau bener emang setan, berarti lo setannya!” ujar Rossa sambil menunjuk dada Jack.

“Resepsionis hotel. Aku minta tolong sama petugas wanita di sana. Kalau kamu nggak percaya, besok aku bisa bawa orang itu buat jelasin ke kamu.”

“Lo pikir gue percaya sama lo?” Rossa masih tidak terima.

“Terserah kamu mau percaya atau nggak. Aku cuma ngomong apa adanya,” jelas Jack yang pada malam itu berhasil mengendalikan diri meskipun sempat runtuh. Tidak dipungkiri jika Jack nyaris menelanjangi Rossa dan melakukan tindakan bodoh malam itu. Well, satu-satunya hal gila yang dilakukan Jack kepada Rossa malam itu adalah mencium dengan penuh perasaan. Seolah mereka masih memiliki hubungan.

“Pembohong,” ucap Rossa sambil membuang muka dari Jack.

“Besok aku akan bawa wanita itu buat kasih penjelasan ke kamu.”

“Nggak perlu! Gue nggak ada waktu buat lo!” geram Rossa.

“Kasih aku kesempatan buat jelasin ke kamu, Rossa.” Ucapan Jack berhasil mengalihkan perhatian Rossa dan menoleh.

Rasa panas mendadak datang menyelimuti kedua mata Rossa. “Kesempatan? Menjelaskan? Menjelaskan bagian yang mana?”

Hati Jack seolah runtuh ketika mendapatkan tatapan nanar dari Rossa. Ingin sekali memberikan penjelasan kepada sang mantan kekasih. Namun, Jack tidak tahu harus mulai dari mana. Terlalu banyak rahasia yang selama ini disembunyikan oleh Jack.

“Lo tu bener-bener!” Tangan Rossa mengepal kuat, seakan mengumpulkan emosi di dalam genggaman. Ingin mengayunkan kepalan tangan itu ke wajah tampan Jack tetapi tidak kuasa. Antara tidak tega tetapi sangat benci.

Rossa menyugar rambutnya frustasi. Emosi wanita itu masih meletup-letup di dalam dada. “Bisa nggak sih, lo enyah dari hidup gue? Kenapa sih gue harus ketemu lagi sama lo? Jijik banget gue, tahu nggak! Jangan pernah muncul di hadapan gue apapun yang terjadi!”

Setelah mengucapkan kalimat itu, Rossa menghentakkan kaki dan berlalu. Rasa puas sesaat menguasai hati. Well, meskipun bagian sisi hati yang lainnya terasa teriris.

Jack hanya bisa melihat punggung Rossa yang berjalan menjauh tanpa kata. Lalu tidak lama kemudian, ponselnya berdering menampilkan nama Radit di layarnya.

“Halo. Gimana Dit?” Jack terdiam sesaat, menunggu jawaban dari sang lawan bicara. “Harus besok ya?” Jack kembali diam beberapa menit.  “Besok nggak bisa, gue harus nemuin istri gue.”

Kalimat itu membuat langkah Rossa terhenti sesaat. Ia menoleh dengan kilatan amarah yang tercetak jelas di kedua mata. Rossa kembali teringat betapa menyakitkannya 10 tahun yang lalu. Di saat Rossa sedang ujian masuk perguruan tinggi, sang ayah dipanggil oleh Tuhan. Pun Jack memutuskan hubungan secara sepihak dan pergi tanpa kabar.

TO BE CONTINUED .... 

Halo teman-teman, selamat menikmati cerita ini 🥰  Cerita ini insyaAllah akan selalu update jam 17.00 WIB yak 😘

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro