Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

5 | Beer and Cigarette

RIKA hancur sejak dua tahun lalu.

Kala itu, hari kelulusan SMP yang sangat buruk. Mendung bergulung-gulung di Distrik Selatan. Hujan menghantam lebat sejak tengah malam hingga pagi hari, mengurung Rika yang sudah mengenakan gaun merah muda di dalam rumah petak.

Rika memangku dagu di ambang jendela buram, memandangi derai hujan yang menusuk daun. Bau tanah becek menguar kuat dan bunyi petir bertalu-talu seiring langit berubah semakin gelap, terutama sungai yang kian mengalir deras.

Rika murung dan menekuk bibir, bukan karena hujan lebat yang mencegahnya pergi ke acara kelulusan. Acara itu akan menobatkannya sebagai pemegang nilai terbaik. Bahkan kematian sang ibu yang berlalu sudah seminggu bukan menjadi alasan murung. 

Rika sedih bapak tidak pulang sejak kemarin, padahal sekarang hari libur. Rika sudah meneleponnya 15 kali dan tidak diangkat. Ia juga menghubungi semua rekan kerja, termasuk Pak Goldy yang terkenal dengan kejujurannya. Namun, jawabannya sama:

"Pak Imron sedang tidak bersama kami."

Rika mengetuk-ngetuk layar ponsel yang berbaring di hadapan. Ia berharap ada bunyi telepon dari ayah atau salah satu temannya. Sebuah SMS pun tak apa. Namun, ponsel terdiam dengan layar hitam membubuhi. Bahkan, tak sadar air mata menetes dari pelupuk gadis yang sudah cantik berdandan untuk hari kelulusan. Namun—!

Pak Goldy tiba-tiba menelepon, dan Rika mengangkatnya dengan senang hati:

"Bagaimana, Pak Goldy? Apa ada kabar tentang Bapak?"

"Maaf sebelumnya, Rika ...." Suara Pak Goldy gemetar dan ragu-ragu dari balik telepon.

"Ada apa, Pak? Jangan bilang Bapak terkena—!"

"Tidak, Rika. Bapak kamu baik-baik saja. Dia masih hidup dan tidak terkena kecelakaan sama sekali."

"Lantas, mengapa Bapak gemetar?"

Pak Goldy sempat menghentikan ucapan. "Rika, kata anak buah Bapak, mereka sekilas melihat Pak Imron. Dia sedang berada di ... kasino."

Rika berlari memecah hujan. Menjinjing rok gaun tinggi-tinggi, ia menerobos genangan air dan deraian setajam jarum, apalagi petir yang menyambar-nyambar di angkasa. Ia tak takut sama sekali. Namun, berkebalikan dengannya, ia telah menakuti Pak Goldy dengan membiarkan telepon menyala tanpa memberikan jawaban sama sekali.

Rika bergegas menuju kasino yang terselubung di utara Distrik Selatan. Jaraknya tujuh blok dan Rika berlari dengan gaun basah yang seberat tubuh. Pada detik itu, ia tak kelelahan sama sekali. Rasa kecewa yang membuncah memenuhi kaki sebagai bahan bakar. Ia akan memastikan sendiri, Apakah aku akan percaya kepada bapak ... atau tidak.

Lima belas menit kemudian.

Rika sampai di depan kasino terselubung yang menyamar sebagai tempat karaoke yang bertuliskan Family Karaoke. Gedung itu beratap datar dengan kerangka bujur sangkar. Catnya hitam dengan lampu kelap-kelip menyala bergantian menghias. Halamannya luas yang terparkir belasan mobil-mobil mewah di depan. Pintu kaca yang bertuliskan larangan anak di bawah umur, tidak dihiraukan oleh Rika. Ia merangsek masuk untuk menemui sang bapak.

Kebetulan tidak ada penjaga sehingga Rika bisa memasuki lorong gelap yang bercahayakan lampu kuning remang. Di sela-sela dinding hitam dan berlukiskan cerutu atau wanita seksi, Rika terus menghentakkan langkah kuat disertai amarah, menyingkap gaun merah muda yang basah dan riasan yang sudah luntur. Bibirnya merah dan matanya menghitam, luntur sebab air hujan ... dan air mata.

Rika mendorong pintu merah besar berdaun dua dengan cengkeraman kuat. Ia langsung mengedarkan tatapan ke seisi ruangan. Gelap, kotor, dan begitu menjijikkan. Bau rokok dan alkohol menguar pekat. Suara obrolan dan kata-kata kasar bersahutan beriringan dengan sentakan bola biliar yang menggelinding di seberang rolet dan bar yang menjual bir.

Rika mengerling kemarahan, begitu pula air mata yang mendidih oleh kemurkaan. Tak ada seorang pun yang mempedulikannya. Bagaimana bisa orang-orang mabuk sadar ada keanehan? Bahkan, Rika ingin muntah di dalam mulutnya ketika menyaksikan makhluk-makhluk menjijikkan di dalam ruangan, yang dipenuhi deretan meja biliar biru dan lampu berkap rendah sebagai penerangan.

Semua makhluk menjijikkan itu bernama lelaki, dan bapak Rika adalah salah satunya.

"BAPAK!" Rika menyeruak sofa yang terletak di belakang.

Rika berlari sekuat tenaga seraya meneteskan air mata. Ia menyaksikan dengan mata kepalanya sang bapak bermain kartu dengan mempertaruhkan uang ratusan ribu. Ia tak mampu membayangkan wajah kecewa sang ibu di alam baka ketika melihat suami yang dicintai, menjadi begundal seperti sekarang. Bahkan, berapa banyak dosa yang diperbuat kini?

Bapak Rika teler dengan tiga botol bir hijau kosong di bawah meja. Di hadapannya, sebotol gelas tinggi masih terisi oleh cairan kuning berbusa. Di sampingnya, wanita penghibur berpakaian minim berwarna merah darah yang hanya menutupi dada hingga paha atas, mengalungkan lengan ke leher bapak Rika. Bahkan, sesekali bapak Rika mengecup pipi wanita nakal itu. Di sela-sela bibir, tertaut rokok yang masih mengepulkan asap putih pekat. Ia rela tidak pulang seharian hanya untuk bersenang-senang di tempat penuh dosa seperti ini.

"BAPAK! AYO PULANG!" Rika sesenggukan.

Ia murka, tetapi tak sanggup menendang meja berisi kartu dan uang ratusan ribu. Ia juga ingin menampar wanita jalang yang berusaha menggoda sang bapak sedari tadi. Ia bahkan ingin memukul sang bapak jika berani melawan Tuhannya, tetapi Rika tak mampu. Rika menangis segila-gilanya. Namun, orang-orang menertawai.

"Lihatlah gadis manja ini!" ucap seorang pria di sisi kiri meja kartu.

Semua orang tertawa seraya mendecap-decap. Bahkan, bapak Rika juga mengedarkan pandangan yang sama: malu, seakan menyaksikan kotoran.

Bapak tidak mungkin melakukan ini semua! batin Rika.

Bapak nyatanya biadab di belakangku! sanggahnya.

Bapak menyayangiku! Rika membela.

Bapak ikut menertawaiku! sanggah Rika lebih kuat. Hingga—!

"BAPAAAAAAAKKKK!!!!!!!!"

Rika berteriak dengan suara keras dan melengking, hingga membuat semua orang menutup kedua kuping. Semua pria yang merokok dan mabuk mengumpat, lalu merangsek untuk menamparnya.

Bapak Rika menyuruh berhenti dengan memanggil nama Rika beberapa kali, tetapi dengan suara malas. Meski begitu, Rika enggan mendengarkan dan terus berteriak, menyalahkan sang bapak. Hingga kesabaran bapak Rika habis, lalu di saat pikiran tak bisa dikendalikan sebab kabut yang diciptakan bir dan nikotin rokok, identitas sejati Pak Imron terbongkar.

Bapak Rika mengeluarkan 19 sulur yang berbentuk seperti kerangka tulang dari tulang belakang, menyobek kemeja kotak-kotak putih bergaris merah yang terbuka menampilkan kaos oblong hitam. Seluruh meja biliar disingkarkan paksa oleh sulur-sulur ajaib itu. Lampu-lampu diledakkan dan bir-bir yang ditampilkan di etalase kaca dipecahkan. Membiarkan seisi kasino mengumpat dan menunduk ketakutan.

"Kau hanya berasal dari kencingku! Dan kau sekarang berdiri di sini untuk menceramahi seorang lelaki untuk berlaku seperti PEREMPUAN SEPERTIMU, huh!? Kau sama saja menyuruh seekor ikan hidup di daratan, ANAK G*BLOK—!"

Bapak Rika menampar sangat keras. Darah keluar dari hidung dan mulut putrinya.

Pada kala itu, Rika berhenti menangis dan pikirannya sekacau benang kusut yang dipaksa digulung. Masih dengan pipi merah meradang dan muka dipenuhi darah, ia memegangi bekas tamparan sang bapak. Seketika saja, ia menarik kesimpulan:

Lelaki memang seharusnya begini, brengsek.

Di waktu ketegangan semakin memuncak dan meninggalkan keheningan ketika seorang bapak menampar putrinya sendiri, Pak Goldy datang untuk menenangkan. Dengan badan dibalut seragam tentara Surga yang serba hitam dan mantel panjang, ia membawa anak-anak buahnya untuk mencegah segala isu semakin menyebar dengan menyogok satu pak rokok tentang kebenaran Rika:

Ia anak Penghuni Neraka.

Hingga mulai detik itu, pemerintah melindungi Rika seperti binatang peliharaan langka. Mereka mencari pasangan dari Fasadun, baik Penghuni Neraka atau Penjaga Neraka—Penjaga Neraka lebih baik sebab lebih kuat. Surga ingin mendapatkan keturunan yang lebih kuat dengan mengawinkan orang-orang baik berdarah Fasadun, yang punya kekuatan sebesar Fasadun itu sendiri. 

(Surga tidak mengawinkan lagi Pak Imron sebab Fasadun kebanyakan beranggotakan lelaki, maka Surga lebih memilih mengawinkan Rika dengan lelaki Fasadun.)

Karena itu, ketika Wafi adalah seorang Penjaga Neraka yang masih memiliki hati, ia harus segera dinikahkan dengan Rika, lalu memiliki keturunan dan mewariskan kemampuan Penjaga Neraka. Untuk menciptakan bala tentara yang tak terkalahkan.

Namun, bukan itu masalahnya. 

Semenjak kejadian itu, Rika berubah menjadi seorang gadis yang memandang sebelah mata lelaki. Ia lebih memilih menjadi tentara untuk bisa mengalahkan para makhluk brengsek yang suka cari dosa dan gara-gara yang bernama lelaki. Hingga ia bertemu dengan Wafi pada malam itu.

Ia tergeletak sekarat, tetapi ia meminta Rika untuk menyelamatkan kawannya yang sama sekarat. Karena itu, Rika tak berkeberatan untuk memberikan ciuman pertama kepada Wafi. Meskipun ia sendiri masih ragu, tetapi racun di mulut Wafi jauh lebih berbahaya.

Setelah itu, semua menjadi semakin buruk ketika Rika malah merasakan aroma mint dan rasa permen kapas di mulut merah muda Wafi.  Rika berpikir seharusnya warnanya kehitaman dan ada rasa nikotin bersarang di sana, tetapi nyatanya tidak.  

Wafi berbeda.

Lantas, Wafi bersumpah tidak pernah berciuman. Tidak pernah merokok. Tidak pernah mabuk-mabukan. Tidak pernah mencium gadis maupun lelaki dan juga tidak pernah berpacaran. Serta dia masih perjaka.

Bergetarlah hati Rika pada kala itu. Untuk pertama kali, Rika menyaksikan lelaki bukan sebagai bajingan, melainkan malaikat. Ia tak peduli Wafi diejek sebagai banci atau homo oleh sang bapak. Namun, satu hal yang pasti:

Rika sudah jatuh cinta kepada Wafi.

Selatan, 21 Juni 0018

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro