Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Persiapan Pembawa Bencana-2

Mereka bertiga melangkahkan kaki menuju kantor yang nampak sibuk seperti biasanya. Mereka melirik seisi kantor yang nampak tenang-seperti hari biasanya.

Drd...

Ponsel Arbei menyala, ketika mereka akan menaiki lift. Ia mengambil ponsel itu.

"Kalian duluan saja, aku ada panggilan sebentar."

Azura dan Blackburry mengangguk, mereka pergi terlebih dahulu, sementara Arbei berjalan menysurui lorong menuju tempat sepi.

"Hallo, ini dengan sia--"

Bugh!

Suara pukulan yang sangat keras begitu terdengar mengema di ruangan-yang tak terdapat seorang pun kala itu.

Dengan cepat, Arbei berlari menuju arah suara itu. Terlihat gudang di sana. Langsung saja, ia mendobrak gudang yang tertutup rapat itu.

Manik matanya membulat. Perlahan ia meneguk ludahnya, hingga terdengar ketika ia telan. Nafasnya naik turun, kedua tangannya sudah mengepal. Wajahnya mulai memerah.

"Tolong aku ..." ucap wanita itu lirih.

Leher wanita itu tengah dicekik, badannya juga dirapatkan dengan dinding. Karena kerasnya cekikan itu, hingga menampakan urat dan tulang pada leher.

"Serahkan kekuatanmu itu, serahkan!" teriak seorang pria dengan berpakaian pengantar pizza. Ia begitu ngotot.

"Apa yang kau lakukan, Pria sialan! Cepat lepaskan dia!" perintah Arbei, dengan teriakan yang tak kalah keras.

"Diam! Apa urusanmu. Jika kau ingin Wanita ini selamat, maka serahkanlah kekuatanmu itu."

Arbei nampak berpikir keras. Sekarang, apa yang harus ia lakukan? Melihat seorang wanita di depannya harus mati, Arbei tak akan sanggup hanya untuk memaafkan dirinya.

"Ya. Baiklah, jika itu maumu, akan aku serahkan kekuatanku. Tapi, sekarang leapskan dulu Wanita itu."

Pria itu tersenyum menampakan taringnya. Ia kemudian dengan perlahan melepaskan cengkramannya dari wanita itu.

Wanita itu bernapas terengah-engah. Ia usap leher yang tadi dicengkarm, mulutnya yang dipoles lipstik, kini mendadak pucat. Dengan sekuat tenaga, ia berlari, bersembunyi di balik punggung Arbei.

Melihat Wanita itu tidak akan tahan lama berdiri, Arbei memerintahkan Wanita itu untuk pergi dari gudang tersebut. Wanita itu menurut, lalu pergi, hingga punggungnya kini tak nampak, menghilang di balik pintu.

"Kau harus menepati janjimu." Pria yang mencekik Wanita tadi, menagih janjinya pada Arbei.

"Baiklah."

"Berbllu, keluarlah!" teriak Arbei, hingga cahaya biru mulai memancar. Pensil yang ia selipkan di buku catatan, kini sudah berubah menjadi peri kecil.

"Ternyata, benar dugaanku. Perusahaan ini memang mempunyai kekuatan aneh."

Arbei mengerutkan dahinya. Lagian ia tidak peduli, karena mungkin orang yang berada di depannya nantinya akan bungkam setelah dibuat babak belur oleh Arbei.

"Semuanya, keluarlah!" teriak Pria itu. Sejumlah lima orang pria, dan satu orang wanita, muncul dari selah-selah tembok. Ada yang keluar dari persembunyian di balik tumpukan barang juga.

"Tch... sialan! Harusnya, aku sudah menyadari, bahwa ini semua adalah jebakan."

"Ya, silahkan tayangkan acara ini secara live teman-temanku. Percayalah, kehancuran bagi perusahaan ini sudah dekat."

Arbei kelimpungan dibuatnya. Jika ia mengunakan kekuatannya ini sekarang, maka orang akan tahu bahwa kekuatan itu benar-benar ada. Apa yang harus ia lakukan. Saking kerasnya ia berpikir, bibirnya sampai berdarah karena terlalu keras digigit.

🍃🍃🍃

Azura dan Blackburry nampak berbincang-bincang renyah, disela-sela perjalanan mereka menuju ruang Aries. Ketika melewati ruangan karyawan khusus media informasi, tanpa sengaja mereka mendengar percakapan salah seorang karyawan.

"Mohon maaf, sudah saya bilang beberapa kali, perusahaan kami tidak memiliki karyawan bernama, Blackburry." Wanita itu nampak emosi. Ia menutup telpon dengan begitu cepat, hingga telpon lainnya berdering.

"Ya, ada yang bisa kami bantu?" tanya Wanita itu ramah di telpon.

"...."

"Kenapa begitu banyak orang yang bertanya tentangnya hari ini? Pak, sebelumnya mohon maaf, kami tidak memiliki karyawan bernama, Blackburry!" Lagi-lagi wanita itu menutup telpon dengan cepat. Mendengar dan melihat tingkah laku wanita itu, membuat Blackburry dengan cepat menghanpiri dirinya, diikuti dengan Azura.

"Maaf, sebelumnya kami mendengar percakapan anda dengan tidak sengaja. Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Blackburry lembut.

Wanita itu mengembuskan napas kasar. Ia kembali duduk di kurisnya, dan bersandar menatap Azura dan Blackburry.

"Apakah kalian tidak tahu? Setelah muncul berita tentang hilangnya uang perusahaan game, dan seorang pelaku mengatas namakan perusahaan ini, tak hentinya banyak sekali orang yang menelpon pada kami."

"Emm ... kalau boleh tahu, sebenarnya apa yang akan terjadi jika sang pelaku memang benar berada di perusahaan ini?" tanya Blackburry gugup, namun masih bisa menyembunyikan rasa gelisahnya.

"Tentu saja perusahaan kami akan tercoreng. Selain itu, kita juga akan mendapatkan kerugian yang begitu besar untuk perusahaan. Nantinya, perusahaan kami tidak akan seramai dulu. Ahh... pasti banyak sekali orang yang akan kehilangan pekerjaan," jelasnya.

Penjelasan dari wanita itu membuat hati Blackburry tertohok. Tak pernah terpikir dalam hidupnya, ia akan terkena masalah dan berdampak pada orang lain.

"Tch... aku ingin tahu bagaimana wajah sang pelaku. Jika aku menemukan pelakunya, aku akan menjambak rambutnya hingga rontok."

Perkataan Wanita itu, mampu membuat Azura hilang kendali. Ia tak terima dengan pernyataan yang dilontarkan dari mulut wanita itu. Mau bagaimana pun, Azura tahu bahwa Blackburry tidak bersalah sama sekali.

Melihat temanya kehabisan kesabaran, Blackburry segera memegang tangan Azura dengan lembut. Ia menatap Azura, manik matanya seolah mengatakan, "jangan lakukan!"
Azura melemaskan kembali tubuhnya, yang sedari tadi sudah menegang karena perkataan wanita itu.

"Kalau begitu, terima kasih informasinya. Kami pergi dahulu." Blackburry tersenyum lalu menarik Azura menuju luar dan kembali melanjutkan perjalanan mereka menuju ruang Aries.

"Lepaskan aku! Aku tidak terima, kau dituduh seperti itu!" teriak Azura, membuat cengkraman Blackburry makin kuat.

Karena terus meronta-ronta, akhirnya Blackburry melepaskan cengkramannya itu.

"Apa kau sudah gila? Jika orang sampai tahu bahwa aku adalah seorang buronan, maka apa yang akan terjadi padaku, hah?"

Azura diam. Perkataan yang diucapkan Blackburry memang sepenuhnya benar. Jika ornag sampai tahu dia adalah Blackburry, maka sesuatu yang besar akan terjadi.

"Sudahlah. Azura, kau lanjutkan saja menuju ruang Aries. Ada suatu hal yang harus aku cari tahu, dan aku harus menemukan barang bukti." Blackburry menepuk bahu Azura, kemudian berlari begitu saja meninggalkan Azura.

Azura mendelikan bahu, lalu berlari kecil untuk segera sampai menuju ruangan Aries.

Ia melihat pintu ruangan yang tidak asing baginya, dengan cepat ia berlari dan mengetuk pintu itu.

"Masuk!" teriak Aries dari dalam.

Ketika Azura membuka pintu, alangkah terkejutnya ia melihat sesosok pria yang tak asing baginya. Orang itu baru saja ia kenal beberapa hari yang lalu, senyuman yang biasa ia tebar dengan ramah, kini memudar. Raut mukanya menunjukkan kebencian yang begitu mendalam ketika melihat Azura. Matanya kini memerah.

"Dasar wanita licik! Membunuh seseorang demi uang. Apakah itu, yang diajarkan keluargamu padamu, hah!" teriak Gramada, sang Ketua Suku, yang Azura jumapi beberapa waktu yang lalu.

Azura tak mampu berkata. Hanya rintihan air mata yang kini mampu mengerti dirinya, ia tak tahu harus bagaimana menjelaskan hal itu padanya. Tapi sungguh, dalam lubuk hatinya, tidak pernah ada satu niatan pun, untuk membunuh seseorang yang tak berdosa.

🍃🍃🍃

TBC

Rabu, 24 April 2019 oleh Mikurinrin_

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro