🥀 Lima 🥀
Sore itu, Azura beserta ibunya tengah asyik menonton salah satu acara televisi. Dimana, seorang badut tengah beratraksi di kandang singa sembari menyemburkan api. Azura bergidik ngeri sekaligus takjub, karena atraksi dari sang badut. Melihat singa, membuat Azura teringat akan suatu hal tentang pekerjaanya esok, tanpa pikir panjang, ia mengatakan hal itu pada ibunya.
"Ma...."
"Hmm...," jawab ibunya.
"Azura besok mau bekerja, Ma."
"Hah!" Mamanya melonjak kaget, lalu menatap Azura sembari mengerutkan dahinya. "Kamu tidak salah bicara, nak?"
Azura menghela napas kasar, kesal dengan tanggapan ibunya itu. "Azura serius, Ma. Kalau tidak percaya, tanya saja pada Bubblegum."
Mamanya cemberut. "Kerja dimana, sih? Bukanya kamu mau jadi pengusaha besar perangkai bunga?"
"Itu dulu, Ma. Sekarang Azura punya sesuatu yang baru. Azura bekerja sebagai kurir," ucapnya penuh percaya diri.
Mama memegang kening Azura, setelah beberapa detik kemudian melepaskannya kembali. "Kamu waras, nak? Kamu tidak gila 'kan? Bekerja menjadi perangkai bunga lebih baik untukmu, daripada harus bekerja sebagai kurir. Lagian itu tugasnya laki-laki, Azura."
Azura mendongak, memutar kedua bola matanya. "Mama tahu, Moonlight Courier, kan?
"Iya, mama tahu. Katanya itu perusahaan besar yang sering muncul di berita-berita."
Azura tersenyum sumringah. "Nah, itu dia! Aku bekerja di sana, Ma."
"Woah! Kamu hebat, nak! Bisa-bisanya kamu masuk ke perusahaan besar itu. Kamu 'sih, tidak bilang dari tadi. Coba kalau bilang, pastinya sudah mama izinkan." Mendengar hal itu, membuat Azura ingin menelan ibunya kala itu.
🍃🍃🍃
Tempat Les Melodyus.
Arbei dengan santai membuka pintu menuju ruangan tempat anak-anak tengah belajar piano. Di tangannya sudah ada satu buket bunga berbungkus merah muda. Anak-anak yang sedang fokus itu, langsung menoleh ke arah Arbei dan berlari kecil mengerumuni Arbei.
"Kak Arbei!" teriak semua siswa yang berada di tempat les. Arbei mengelus satu persatu rambut mereka dengan lembut. Di belakang kerumunan itu, seorang gadis berusia 17 tahunan tersenyum.
"Sudahlah kalian. Istirahat dulu sebentar, kakak mau berbicara dulu dengan kak Arbei, ya." Semua anak patuh, kemudian berhamburan keluar kelas untuk pergi ke kantin.
Gadis itu tersenyum malu sembari menyelipkan sedikit rambutnya yang terurai ke belakang daun telinganya.
"Terima kasih, Karumel telah menjaga semua murid-murid ibuku." Arbei tersenyum tulus.
Karumel menggelengkan kepalanya. "Eemm! Ini bukan apa-apa." Arbei kikuk melihat ekspresi manis yang ditunjukan Karumel padanya. Dengan rasa gugup ia memberikan buket bunga, yang tadi ia beli dari toko milik Azura. "Untukmu," ucapnya memalingkan muka dari Karumel.
"E-eh... apa ini?" Karumel tergugup menerima buket bunga itu.
"Ini ucapan terima kasihku untukmu. Mungkin, hari ini sampai seterusnya, aku akan jarang ada di sini." Karumel mengerenyitkan dahinya, tak mengerti dengan perkataan yang dilontarkan Arbei.
"Sekarang aku memiliki pekerjaan. Jadi, aku serahkan tugas mengajari mereka padamu jika aku sedang tidak ada," lanjutnya. Mata Karumel menampakan kekecewaan yang begitu dalam, ia tak pernah menyangka pujaan hatinya-Arbei- tak akan sering menghabiskan banyak waktu 'lagi' dengannya.
Kuramel tersenyum pahit. Ia berpura-pura menunjukan ekspresi kegembiraan padanya, padahal Arbei tahu dia sedang kecewa.
🍃🍃🍃
Sementara di kediaman keluarga Blackburry.
Blackburry tengah asyik makan mie instan ditemani dengan acara favoritnya di televisi. Setelah menyeruput mie kuah, ia tertawa terbahak-bahak karena melihat seekor panda tengah terjatuh ketika memanjat pohon.
"Blackburry," sapa seseorang yang tiba-tiba mengejutkan Blackburry, dan membuatnya tersedak.
"Uhuk!" Dengan segera, ia memukul-mukul meja menecari minum. Dengan sigap, seseorang yang tadi mengejutkannya memberikan Blackburry minum.
"Ah... segarnya!" Blackburry menyimpan gelas yang sudah kosong di atas meja. "Clowite! Jika menyapa seseorang itu, jangan membuatnya kaget. Bagaimana jika aku tadi tersedak sampai mati, hah?"
Clowite hanya terkekeh melihat kakaknya -Blackburry- tengah kesusahan. "Maafkan aku, Kakak. Aku sungguh tidak sengaja melakukannya."
"Ngomong-ngomong, aku mendengar Kakak sekarang akan bekerja, ya? Ayah tadi yang mengatakannya," lanjutnya seraya bertanya.
Blackburry masih fokus dengan mie instan dan acara televisi. "Iya, kakakmu sekarang sudah punya pekerjaan. Tidak menganggur, tidak menghabiskan waktu dengan besi-besi berkarat lagi. Sekarang kau puas?"
Clowite memeluk kakaknya. "Tidak! Justru nanti aku akan kesepian. Selain kakak, tidak ada lagi yang mau berteman denganku." Blackburry menyimpan mangkuknya, lalu melepaskan pelukan Clowite. Ia menatap Clowite dalam.
"Clowite! Dengarkan aku! Itu hanya sugestimu, orang-orang pasti mau berteman denganmu. Di SMA nanti, cobalah cari teman baru. Kakak yakin, kau adalah adik laki-laki kakak yang paling hebat dan tampan. Pasti sangat mudah, menemukan teman atau pacar pujaanmu." Clowite tersenyum kemduian kembali memeluk kakaknya dengan erat. Blackburry mengelus punggungnya perlahan sembari tersenyum lebar.
🍃🍃🍃
Fajar menyingsing, matahari masih sedikit malu-malu menampakan wajahnya untuk menerangi bumi. Azura, gadis itu sudah terbangun tengah mengenakan seragam dengan rapi. Dengan percaya diri, ia membawa Purpella di sakunya lalu keluar dari kamarnya. Ibunya yang sudah bangun untuk siap-siap membuka toko itu hanya bisa menggelengkan kepala, melihat tingkah laku anaknya yang bersemangat itu.
Azura mengambil sepotong roti yang tergeletak di atas meja makan, kemudian mencium pipi ibunya. "Aku akan pergi cukup lama, Ma. Jadi do'akan aku supaya kembali dengan selamat."
"Mama selalu mendoakanmu, Azuraku sayang." Wanita paruh baya itu memeluk Azura penuh kasih. Ia menciumi anaknya itu berkali-kali sebelum ia melepaskan kepergian anaknya untuk sementara waktu. Azura melepaskan pelukan hangat ibunya, lalu melambaikan tangan perlahan meninggalkan ibunya.
"Sampai jumpa lagi, Mama." Azura pergi meninggalkan rumah melalui pintu toko. Di sana tengah berdiri Bubblegum dengan pakaian rapi dan jaket tebalnya.
"Woah! Baru kali ini, aku melihatmu dengan penampilan keren, Azura." Bubblegam membelakan matanya tak percaya melihat Azura dari ujung kepala hingga ujung kakinya.
"Kenapa? Ada yang salah denganku?" Azura mencoba merapikan bajunya dan juga rambut pendeknya.
Bubblegum bergeleng. "Tidak! Kau tidak aneh. Ayo kita berangkat." Azura mengangguk lalu mengikuti langkah Bubblegum di sisinya.
🍃🍃🍃
Gelltain membuka kunci sebuah ruangan seperti aula yang berada di dalam kantor Moonlight. Setelahnya, ia mempersilahkan semua anggota baru dan pendampingnya memasuki ruangan tersebut. Azura, Arbei, Blackburry terkagum-kagum melihat ruangan yang begitu besar. Di dalamnya terdapat ribuan loker seperti labirin.
"Bagaimana cara kita mencari loker yang kita tuju, sedangkan ribuan loker berada di sini." Arbei memelas tatkala melihat ribuan loker di dalamnya.
"Gunakan semua yang telah kami berikan, untuk membantu segala aktifitas kerjamu." Robert menepuk bahu Arbei yang sudah lemas duluan sebelum bertindak.
Tiba-tiba,
"Purpella, keluarlah!" Azura menekan tombol on dengan sedikit berteriak. Kilauan ungu mulai memancar, setelah akhirnya kilauan ungu itu menjadi peri kecil.
"Selamat pagi, Azura. Butuh bantuanku?"
"Ya! Aku ingin, kau menunjukan loker nomor 512. Tolonglah!"
"Baiklah, akan aku laksanakan keinginanmu. Ikuti aku!" Purpella terbang dengan sayap kecilnya, Azura melangkah untuk mengikuti Purpella. Melihat hal itu, membuat Arbei dan Blackburry juga mengikuti langkah Azura dengan memanggil peri-nya.
🍃🍃🍃
TBC
Selamat sore semuanya;) salam hangat dari Author di hari yang dingin ini. Semoga sehat selalu.
Kamis, 28 maret 2019 oleh Mikurinrin_
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro