Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

🥀 Dua 🥀

"Oh... Azura, nama yang bagus." Purpella kembali terbang seperti biasanya.

"Azura, kamu sungguh beruntung bisa mendapatkan putri Purpella yang agung. Sebagai harta sucimu yang paling berharga, aku akan selalu membantumu saat kau sedang keadaan susah." Purpella berbicara sembari terbang melihat-lihat isi kamar.

"Harta suci? Tapi, kenapa aku bisa mendapatkan benda seperti itu?" tanya Azura sembari melangkah pelan, kemudian duduk di atas kasur miliknya.

"Dasar majikan bodoh! Karena kau adalah orang terpilih dari Moonlight Courier, Azura," ucapnya angkuh.

"Kau bisa memanggilku hanya dengan menekan tombol on pada pena yang kau miliki. Aku akan segera muncul untuk membantumu. Karena kau adalah seorang perangkai bunga, maka cukup bayangkan saja bunga apa yang kau mau, maka aku akan mengabulkannya untukmu," lanjutnya.

Azura melongo tak percaya dengan penjelasan dari Purpella. Ia tak pernah menyangka, akan ada hal seaneh itu di dunia ini. Kemudian ia beranjak dari duduknya dan merogoh sakunya mengeluarkan ponsel yang ia miliki.

"Bagaimana cara mengembalikanmu seperti semula?" tanya Azura.

"Mudah sekali, kau hanya harus mengatakan Purpella yang agung, kembalilah menjadi harta suciku."

Azura mengangguk. "Wahai Purpella yang agung, kembalilah menjadi harta suciku."

"E-eh....," teriaknya cempreng. Kilauan warna ungu mulai memancar di sekitarnya. Purpella mengangkat kedua tangannya, kemudian memejamkan mata. Sekarang dia telah kembali menjadi tongkat yang panjang. Azura menekan tombol off kemudian menyimpan pena itu di atas mejanya.

Ia segera menyalakan ponselnya, untuk mencari kontak seseorang yang akan ia hubungi. Ia mendekatkan ponselnya ke dekat telinga, terdengar bunyi tut... tut...

"Iya, Azura?"

"Bubblegum kau ada di rumah?"

🍃🍃🍃

Brakk!

Pria paruh baya itu menggebrak meja dengan kuat, membuat karyawan yang berada di depannya bergetar ketakutan.

"Bagaimana bisa, kau salah alamat? Hah!"

Karyawan pria itu menunduk. "T-tapi... di sana jelas sekali tertulis nama, Azura dan letaknya juga benar alamat toko bunga itu, Bos. Aku tidak mungkin keliru," ucapnya gugup melakukan pembelaan diri.

Pria paruh baya itu menggaruk kepalanya frustrasi. "Lalu, bagaimana bisa seseorang melakukan protes bahwa pesanannya belum sampai. Sedangkan, tertulis di ponselnya sudah diterima."

"Mungkin, itu salah si pengirim, Bos." Karyawan itu masih melakukan pembelaan.

"Aku juga tidak tahu kebe--"

Drd... ponsel di sakunya menyala. Pria paruh baya itu menghentikan perkataannya lalu mengangkat telpon itu.

"Iya, Tuan ada apa menelpon saya."

"Aku ingin laporanmu minggu ini, Robert. Datanglah ke ruang kerjaku."

"Baik tuan, saya akan segera kesana." Robert menutup telponnya.

"Nanti kita bicara lagi. Aku akan menemukan siapa yang benar dan siapa yang salah. Kembalilah bekerja aku akan menemui Tuan Aries dulu." Robert kemudian melangkah meninggalkan ruangan kerjanya.

🍃🍃🍃

Azura berjalan pelan setelah ia menutup pintu apartemen milik seseorang. Dilihatnya seorang lelaki seusia Azura tengah sibuk dengan komputernya tidak menyadari kedatangan Azura.

"Bubblegum," ucap Azura sembari menepuk bahunya pelan.

"Hmm...." Bubblegum masih fokus kepada layar monitornya.

"Aku kesini untuk meminta bantuanmu."

"Katakan saja."

"Tadi, aku menerima paket barang entah dari siapa. Jadi, aku ingin kamu membantuku mencari siapa yang memberikan barang ini padaku."

"Jadi, hanya itu alasanmu datang selarut ini?" tanyanya kemudian memutar kursinya menatap Azura.

"Kau tidak tahu, barang ini bukan barang biasa," jelasnya sembari menunjukkan pena berwarna ungu.

Bubblegum mengambil pena dari tangan Azura. Kemudian ia mengalihkan tombol off ke tombol on. Dalam beberapa detik pena itu memanjang, mengeluarkan cahaya ungu seperti kunang-kunang yang sudah di-cat.

"Azura! Kenapa tadi kau tiba-tiba mengembalikanku menjadi harta suci? Apakah kau tidak tahu aku bosan diam terus di sana!" pekiknya sembari berkacak pinggang di depan Azura.

"Emm... itu... itu...," jawab Azura bingung menatap sekeliling ruangan untuk menemukan jawaban yang tepat.

"Bubblegum kwnapwa--" Belum selesai berbicara, Bubblegum langsung menarik Purpella kemudian menutup mulut mungilnya supaya tidak berbicara.

"Kenapa? Ada apa dengan kalian?"

"Tidak... tidak, aku hanya ingin menangkap benda unik ini." Bubblegum mengelak. Purpella mengigit jari Bubblegum, membuat Bubblegum meringis kesakitan dan melepaskan Purpella. Napas Purpella terengah-engah dibuatnya.

"Baiklah. Aku akan menemukan siapa yang mengirim dia untukmu." Bubblegum kembali memutar kursinya untuk menatap layar monitor.

"Apakah bungkus paket beserta kertasnya kau bawa?" tanya Bubblegum. Azura mengangguk, lalu menyerahkannya pada Bubblegum.

Bubblegum membuka software di komputernya, kemudian menuliskan kode yang tertera pada bungkus paket yang diberikan Azura.

"Emm... Azura, aku akan memberitahumu esok hari. Bawalah kembali pena ini, simpan baik-baik."

Azura bernapas lega. "Baiklah aku akan pulang, kalau begitu sampai jumpa besok." Azura melambaikan tangan, kemudian pergi dari apartemen Bubblegum.

🍃🍃🍃

Azura berlari terengah-engah untuk menghindar dari kawanan serigala yang kelaparan di tengah hutan. Hanya cahaya kecil dari Purpella yang bisa membantu menerangi jalanan gelap gulita ini.

"Azura! Apa yang kamu lakukan, gunakan aku. Ayo gunakan," teriak Purpella sembari terbang menemani Azura.

Azura menggelengkan kepala. "Tapi, aku tidak tahu apa yang akan aku pikirkan dalam keadaan genting ini."

"Pikirkan saja tanaman atau bunga yang kau sukai."

Azura menangguk, lalu menghentikan langkahnya. Kawanan serigala kelaparan itu kini telah mengelilingi Azura.

"Purpella kemarilah!" teriak Azura. Purpella kemudian berubah menjadi tongkat panjang di genggaman Azura. Azura berkonsentrasi penuh lalu membayangkan ribuan kaktus berduri di gurun kering. Setelah bulat dengan keputusannya, ia berteriak, "keluarlah!" Azura mengarahkan tongkatnya kedepan. Ribuan bibit kaktus muncul, dalam hitungan detik kaktus itu berubah menjadi besar disertai duri yang begitu lebat. Azura kembali berlari melewati celah pohon, kawanan serigala yang ketakutan itu kembali ke sarangnya tak berani mengejar Azura.

"Sudah selesai Purpella." Tongkat itu kembali berubah menjadi Purpella.

"Ayo kita kembali, Azura."

🍃🍃🍃

Cahaya mentari menyingsing masuk melewati ventilasi. Azura yang tengah terlelap tidur, perlahan membuka matanya dengan dihalangi sebelah tangannya karena silau. Azura beranjak dari posisi tidurnya untuk meregangkan otot-ototnya.

"Jadi semalam itu hanya mimpi saja."

Azura keluar dari kamarnya beranjak menuju kamar mandi untuk mencuci mukanya. Setelahnya ia bergabung dengan ibunya untuk sarapan. Ibunya mengoleskan mentega pada roti yang tersedia, Azura mengambil roti dari tangan ibunya kemudian melahapnya.

"Azura, akhir-akhir ini mama lihat kamu terlalu sibuk dengan pekerjaan di sini. Sesekali mainlah ke luar sana!"

"Aku malas, Ma. Bermain dengan bunga lebih asyik." Azura beranjak dari meja makan, lalu pergi menuju rumah kaca di belakang rumahnya.

Saat ia memasuki rumah kaca tersebut, ia kebingungan karena sebagian bunga di sana sudah disiram dengan air. Ia berjalan perlahan kemudian menemukan Purpella tengah menyirami tanaman dengan sihirnya.

"Kenapa kamu bisa bebas?"

"Kau pikir aku bergantung padamu? Tentu saja aku bisa melepaskan diri."

"Tetapi, kemarin kau bilang bosan di dalam karena mengembalikanmu?"

"Aku bisa melepaskan diri, asalkan jauh dari pengawasanmu. Dari kemarin kau terus menatapku dan memainkanku. Segel aktif ketika pemiliknya sedang bergerak, dan tidak aktif ketika kau tertidur," jelasnya.

"Kalau begitu, terima kasih telah membantuku menyiram tanaman di sini."

"Tidak usah berbicara seperti itu. Aku juga suka tanaman, aku datang padamu karena kau juga mencintai tanaman."

Azura tersenyum, lalu ikut menyiram tanaman dengan semprotan khusus.

🍃🍃🍃

TBC:)

HALLO READERS SEMUA:) SEMOGA BISA MENIKMATI CERITA YA

SEE YOU🌷

Minggu, 24 Maret 2019 oleh Mikurinrin_

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro