🥀 Delapan 🥀
Di atas meja sebuah restoran telah tersaji enam piring mie goreng, tiga piring ayam bakar, tiga botol air mineral, dan satu cangkir kopi. Mata Gelltain dan Blackburry berbinar, air liur di mulut mereka seperti sudah tak dapat ditahan. Perlahan mereka mengambil satu piring mie goreng dan satu ayam goreng.
Mereka menyantap mie secara perlahan saling tatap, sementara pria yang di depannya menyeruput kopi dengan lembut menghirup aroma dari kopi yang dapat tercium, bahkan oleh para pembaca.
"Emm... ini enak," ucap Blackburry.
"Iywa, kwu bwnar," jawab Gelltain dengan mie penuh di mulutnya.
Tanpa aba-aba, mereka dengan liar menyantap mie dan ayam goreng itu, menghiraukan tatapan dari para pelanggan lain. Pria yang di depannya merasa malu karena mejanya ditonton oleh puluhan pelanggan yang merasa jijik.
"Aku minta maaf, mereka memang belum makan selama satu bulan." Pria itu membungkuk meminta maaf kepada seluruh pelanggan. Dan mereka kembali fokus dengan aktivitas mereka masing masing.
"Duh... bisakah kalian makan dengan hati-hati, aku sangat malu." Pria itu masih tersenyum nyengir menatap sekelilingnya.
"Apwa makswudmwu, kwu bwuilang mau mwembwrikawan--"
"Sudah... sudah, habiskan dulu makanan di mulutmu itu. Jangan lupa lap dengan tisu, mulutmu penuh dengan bumbu," tukas Pria itu memberikan lembaran tisu pada Gelltain.
"Pelayan, berikan kami enam mangkuk salad buah!" teriak Blackburry.
Salah satu pelayan yang sedang berlalu-lalang mencatat pesanan mereka. "Ok... ok... tunggu beberapa menit, pesanan akan segera datang."
"Tak kusangka, kau suka makan sepertiku," ucap Gelltain sesudah meneguk air mineral dari gelas.
"Aku juga tak menyangka, wanita cantik sepertimu sangat suka makan." Blackburry masih fokus dengan mie gorengnya. Beberapa menit kemudian, enam mangkuk salad buah telah datang. Blackburry dan Gelltain tentu langsung menyambut salad buah itu dengan bahagia.
Tanpa berkata sedikitpun, mereka menyantap salad buah itu dengan lembut, tak liar seperti memakan mie goreng. Akhirnya, setelah suapan terakhir dari Blackburry, seluruh makanan yang berada di atas meja ludes ke dalam perut Blackburry dan Gelltain.
"Terima kasih makanannya, Venus," kata Blackburry sembari menyerahkan satu botol air mineral. Pria bernama Venus itu hanya tersenyum, lalu beranjak dari tempat duduknya untuk membayar makanan mereka.
Setelah keluar dari restoran tersebut, Venus menatap isi dompetnya. Tetapi, hanya sebuah naga kecil saja yang keluar dan terbang dari dompetnya. Ditatapnya lekat-lekat hingga naga itu pergi meninggalkan khayalannya.
"Sebenarnya, kalian itu pemain level berapa? Kenapa aku tidak dapat melihat level pemain kalian?" tanya Venus membuat Blackburry tersenyum nyengir menatap Gelltain. Gelltain tersenyum mantap seolah mengatakan "serahkan semuanya padaku." Kini batin mereka seperti sudah terhubung sehingga kepercayaan diantara keduanya tumbuh. Lalu Gelltain menjawab,
"Kami sudah level tinggi. Mungkin, bug yang menyebabkan level kami tidak muncul." Gelltain menjawab pertanyaan itu dengan penuh rasa percaya diri.
Venus diam sejenak, lalu mencoba yakin dengan jawaban mereka. "Oh, baguslah. Kupikir emang seperti itu."
"Tuan Venus!" Teriak seorang lelaki muda tiba-tiba melambaikan tangannya dari jauh seraya berlari. Setelah berada tepat di depan Venus, ia mengatur napasnya dan berkata, "Raja menunggumu, Tuan Venus."
Venus mengelus rambutnya pelan. "Baiklah, aku akan segera ke sana."
"Tu-tunggu... kau bilang Raja?" tanya Blackburry.
"Iya, kalian ada perlu dengan Raja?"
"Iya... iya... kami sebenarnya diutus oleh Raja Yovagus."
"Kalau begitu, mari ikut aku."
🍃🍃🍃
Azura dan Bubblegum tengah duduk manis dengan tangan terikat di depan api unggun yang tengah menyala. Azura menelan ludahnya perlahan karena melihat daging kambing guling tepat di depannya. Bubblegum melirik Azura lalu bertanya, "kau lapar?" Hanya anggukan sebagai pertanda balasan dari Azura.
"Bubblegum, apa yang harus kami lakukan? Kami bisa membiarkan kalian lepas lho...," kata Govella dan Purpella, yang keluar dari saku milik Bubblegum.
"Tidak usah! Tenang dulu, kita harus tau apa yang akan mereka lakukan," balas Bubblegum.
Penduduk di sana menyantap makanan begitu nikmat, membuat Azura menganga. Tatapan Azura kosong, ia ingin makan! Do'a Azura pada langit sepertinya tersampaikan, seseorang tiba-tiba saja datang membuat para penduduk menghentikan kegiatan makan mereka.
"Sepertinya itu adalah Ketua Suku," bisik Bubblegum pada Azura.
"Oh... tidak, sepertinya Ketua Suku sangat marah, Bubblegum," balas Azura juga berbisik.
"Lihat-lihat, dia kemari." Saat Kepala Suku itu menghampiri, Azura dan Bubblegum terdiam sembari menunjukkan ekspresi memelas.
"Buka ikatan mereka!" perintah Ketua Suku itu pada salah satu penduduk. Perintahnya dipatuhi, kini Azura dan Bubblegum sudah terbebas dari ikatan yang menjerat.
"Maafkan semua penduduk di sini. Mereka menganggap kalian adalah penjahat, makannya mereka memanah kalian tanpa sebab." Kepala Suku itu mengulurkan tangannya pada Azura dan Bubblegum, lalu mengantar mereka ke kerumunan penduduk untuk makan bersama.
"Silahkan makan," katanya ketika kami duduk di sana. Karena lapar yang menjalar, membuat Azura menghiraukan rasa malu. Ia menyendok nasi dari wadah dan meletakannya ke atas piring. Ia juga mengambil beberapa daging dan sayuran untuk ia santap.
Bubblegum tersenyum dan mengambil sedikit nasi. Ia menawari sopan pada seluruh penduduk kemudian makan secara perlahan.
"Namaku Gramada. Aku adalah Kepala Suku di sini. Ngomong-ngomong, apa yang kalian inginkan sehingga datang ke desa kami?" tanyanya pada Bubblegum saat ditengah-tengah makan.
"Salam kenal paman Gramada. Namaku Bubblegum, aku ke sini ingin bertanya pada paman." Bubblegum sedikit menjeda pembicaraanya, untuk menelan nasi yang ada di mulutnya. "Apakah Paman menemukan barang berbentuk seperti tas jinjingan?"
Gramada berpikir sejenak sebelum akhirnya berkata, "oh itu. Iya ada. Saat kami sedang berburu, kami menemukan tas itu. Kami berpikir mungkin ini milik seseorang, jadi kami menyimpannya," jawab Paman itu memberikan jinjingan yang dimaksud.
Betapa senangnya Azura hingga ia melonjak keposisi berdiri. Ia kemudian mengucapkan terima kasih pada Gramada, mengambil jinjingan itu dari tangan Gramada.
"Kalau begitu, karena kita sudah menemukan apa yang kita inginkan, kami akan pergi." Bubblegum hendak berpamitan, jika saja tak ditahan oleh Gramada.
"Tidak! Kalian tidak boleh melanjutkan perjalanan ketika malam, di hutan sana pasti sangat berbahaya. Tinggalah di sini terlebih dahulu!" Pintanya.
Karena merasa tak enak untuk menolak, membuat Bubblegum menyetujui perimntaannya dan menginap di sini untuk satu malam ini.
🍃🍃🍃
Arbei berdiri tegak bersma Robert, Afika, dan Zainal temannya Afika di atas deck kapal. Mereka menghirup udara segar angin malam, saling bercengkrama dengan erat, saling menatap yakin. Robert mengambil sumpit dari sakunya.
"Glagla, keluarlah!" Sinar berwarna merah kemudian memancar sempurna, menambah indahnya langit malam saat terombang-ambing berada di atas laut.
Manik mata Afika dan Zainal kini membesar, tak berhenti berkata takjub saat keluar peri mungil yang nampak pemalu. Glagla lalu bersembunyi di balik Robert karena melihat orang yang ia tak kenali.
"Glagla, berhentilah seperti itu! Tidak sopan!" Perkataan Robert membuat Glagla keluar dari balik leher Robert.
"Apa yang harus kulakukan?" tanyanya dengan suara pelan.
"Peta dari Bubblegum mengatakan ada pulau di depanku. Mungkin sebagian air ini hanya ilusi. Taburkan bubuk peri pada sedikit air di sana, mungkin akan ada pulau yang muncul!" perintah Robert. Glagla patuh atas perintahnya lalu menaburkan sedikit bubuk peri pada air yang berada di sana.
Benar saja, perlahan-lahan pelangi muncul ke permukaan membentuk jembatan yang begitu besar menjulang. Pepohonan berwarna-warni juga tertanam di sana dengan baik. Pepohonan di sana tidak sesuai dengan pohon yang ada di dunia nyata.
Nampak pohon kepala-- maksudnya pohon kelapa menjulang tinggi di sana. Warna daunnya merah muda dan kelapa berwarna hitam. Sudah jadi Blackpink pokoknya.
Mereka ber-4 turun dari kapal dengan sedikit bubuk peri dari Glagla, sehingga membuat besi yang jadi pagar pembatas lunak. Mereka melangkah dengan pelan dan mendaratkan diri di atas jembatan.
Bunyi telapak kaki yang dihasilkan oleh mereka ber-4 membuat satpam yang sedang berada di pos menghampiri mereka.
"Siapa kalian?" tanya salah satu satpam yang berpakaian renang itu.
Arbei menatapnya heran dari ujung atas hingga bawah. Aneh, kenapa ikan buntal seperti manusia ini bisa berbicara? Batin Arbei terus bertanya-tanya, begitupula dengan Robert, Afika dan Zainal.
Di pulau tersebut emang sangat aneh. Kedua satpam yang berjaga di sana adalah Ikan Buntal dan Belut Listrik, tetapi bisa berjalan seperti manusia. Bisa berbicara seperti manusia juga lagi.
"Dia ngomong apa, Arbei?" tanya Afika menggaruk-garuk kepalanya.
Mungkin kalian lupa, hanya Arbei dan Robert yang bisa berkomunikasi dengan mereka karena alat yang diberikan oleh Bubblegum.
"Kami dari Moonlight Courier ingin bertemu dengan putri duyung bernama, Zowela. Apakah ada?" tanya Robert lembut.
"Itu adalah putri mahkota negeri ini. Kami tidak bisa sembarangan memasukan orang ke dalam pulau."
"Aku punya bukti." Arbei menunjukkan kertas. Di dalamnya bertuliskan surat dari Zowela dan cap kerajaan.
Ikan buntal itu tersenyum. "Baiklah, kalian kami persilahkan masuk."
Senyum dari Belut dan Ikan Buntal itu membuat Robert bergidik ngeri. Ia tak membayangkan, bagaimana jika mereka hidup berdampingan dengan manusia normal seperti dirinya.
Ketika gerbang sudah dibuka dengan lebar, hutan yang tidak lebat sudah menyambut mereka. Di sana terdapat ribuan pohon buah yang tertanam. Ada jeruk warna ungu, ada apel warna cokelat, ada semangka warna abu-abu, ada mangga warna pastel, ada ikan lele makan pare sorry gaje, tidak-tidak bukannya tidak jelas, tapi itu sungguhan ada! Jika saja kalian berada di posisi Arbei, kalian akan percaya itu.
Setelah hutan, ada jembatan kecil yang menjadi alat bantu untuk menyeberang sungai berwarna putih di sana. Hari ini kota yang berada di pulau itu sangat ramai, sepertinya sedang ada festival berlangsung sehingga membuat kota ini begitu ramai dan berwarna-warni.
Seorang Paus tiba-tiba saja menabrak Arbei, membuat Arbei emosi karena-nya. "Hei! Kau tidak bisa melihat?"
Wajah paus itu kemudian mendadak memerah. "Enak saja tidak bisa melihat! Kau yang menghalangi jalanku!"
"Enak saja! Jelas-jelas kau yang pertama kali menabrakku!" Arbei masih melalukan pembelaan, sebelum akhirnya Paus itu berteriak.
"Hei, di sini ada ikan aneh. Mereka bukan dari kalangan kita, mereka adalah penyusup, penjaga datang dan tangkap mereka!" pekiknya membuat seluruh ikan mengerumuni termasuk para prajurit kerajaan.
"Apa yang kau katakan, ikan jelek! Kita bukan penyusup! Kita ke sini untuk bertemu putri mahkotamu!" jelas Arbei, tetapi hal itu dihiraukan oleh mereka.
Afika dan Zainal mendekatkan diri pada Arbei dengan kaki gemetar. "Apa yang harus kita lakukan, Arbei?" tanya Afika dengan tubuh bergetar.
"Tenang saja, aku akan melakukan sesuatu," bisiknya meyakinkan.
"Ah, aku lupa! Kami dari pulau tetangga, akan melakukan pertunjukan untuk festival kalian. Putri mahkota yang mengundang kami," teriaknya dengan wajah meyakinkan, membuat kerumunan ikan melonggarkan pertahanannya.
"Benarkah seperti itu? Buktikanlah!" teriak Paus tadi.
"Buktikan... buktikan... buktikan...." Kini seluruh ikan itu mulai bersorak. Mau tak mau, Arbei terpaksa mengeluarkan kekuatannya.
"Berbllu, keluarlah!"
🍃🍃🍃
Tbc
Hallo Readers semua, terima kasih sudah mau membaca cerita abstrak ini.
Silahkan menikmati dan membaca ketika luang:) juga dengan mood yang bagus sehingga bisa tertawa bersama:)
Bug itu, sejenis kerusakan pada suatu sistem gitu. Jelasnya bisa kalian cari di google.
Kamis, 4 April 2019 oleh Mikurinrin_
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro