3. Sobek dan Gerbang Duat
"Anubis... Kau serius sekali, jangan galak-galak. Nanti dia takut."
-Sobek (Dewa Penjaga Sungai Nil)
__________________
Alexa hampir terhuyung jatuh ketika perahu terhenti, tangan Anubis cekatan menarik tubuh Alexa yang limbung. "Terima kasih." Alexa mendesah lega. Keduanya turun dari perahu, mulai kembali menginjakkan kaki di pasir. Pasir... Mesir... Lorong berbahan kapur dengan ukiran-ukiran....
Mesir....
"Alexa?"
"Hah?"
Alexa memiringkan kepala, entah kenapa dia teringat sesuatu. Anubis menatap Alexa lekat-lekat mendengkus. "Kau melamun? Aku memanggilmu sedari tadi, kau-"
"Kya!"
Alexa tersandung batu di belakangnya kemudian terjengkang ke belakang melihat manusia setengah buaya muncul di sampingnya. Belum sempat jatuh, makhluk itu menahan tubuh Alexa. "Buaya!" Satu pukulan menghantam wajah buaya, hingga membuat Alexa terjatuh ke sungai Nil, dirinya tercebur dan basah kuyup.
"Ohok! Ohok!"
"Alexa!"
"Ah, maafkan aku. Kemarilah, kemarilah."
Alexa terbatuk-batuk, air memasuki hidung dan kerongkongan tanpa peringatan membuatnya sakit sekali. Kali ini tidak terburu, perlahan menyingkap rambutnya yang basah menatap makhluk yang mengagetkannya. Mungkin itu Dewa, jangan terkejut dulu. Alexa menenangkan diri, mengambil tangan manusia setengah buaya. Anubis menghembuskan napas panjang, mendekati Alexa khawatir.
"Kau seharusnya hati-hati."
"Aku juga kan terkejut."
"Kemarilah."
Alexa mendekat ketika Anubis melepaskan kain di pinggulnya, satu kain berlapis itu terlepas, bertengger di rambut Alexa yang basah. "Uhuk!" Makhluk itu masih di sana, menginterupsi, dia terlihat menyebalkan. Alexa memasang tampang kesal. "Aduh, jangan marah gadis cantik. Aku tadi yang menolongmu lho."
Apa? Dia yang mengagetkan Alexa lebih dulu!
"Lalu kau menjatuhkan aku lagi!"
"Kau meninju wajah Dewa."
Benar sekali! Dewa ini menyebalkan!
"Aku jatuh ke sungai!"
"Cukup."
Anubis menghentikan perdebatan tidak berguna. Seringai lebar dan bersahabat dari setengah buaya semakin membuat Alexa kesal dibuatnya! "Hentikan Alexa." Anubis menghela napas kemudian menarik Alexa ke belakangnya, lantas menatap dewa setengah buaya. "Kau ini menakuti-nakuti hal yang tidak berguna."
"Aku tidak mendekatinya, aku penasaran siapa jiwa pemberani ini~ apalagi aku sudah lama tidak melihatmu!"
Dewa itu terkekeh, nyengir, meninju lengan Anubis bersahabat. "Ah, ataukah ini dia?"
Ada sirat keterkejutan di wajah buaya itu. Alexa mengerutkan dahi, 'siapa dia?', belum sempat bertanya Anubis menyela. "Aku sibuk, ini hampir gelap, aku harus segera membawanya ke duat, Sobek."
Sobek?
Kilat cahaya bersinar di mata Alexa, gadis itu penasaran. Sobek? Nama yang aneh. Sekali lagi Alexa memperhatikan penampilan sang dewa berkepala buaya hijau mengenakan mahkota tinggi. Memakai kain berlapis di pinggul berwarna putih dan emas, dia memegang tongkat, dengan tambahan perhiasan yang mirip Anubis. Kulitnya kecoklatan memiliki otot kuat. "Aku mengerti, aku mengerti. Woah? Apa ini? Kau melihatku teliti sekali. Penasaran denganku?"
Alexa menggeleng, gengsi, dia masih sebal dijatuhkan dalam sungai Nil. "Tidak perlu." Dewa Sobek menaikkan sebelah alis, kepala buayanya yang memiliki sisik hijau terlihat samar di bawah senja sore, mata kecil dan mulut lancip pun runcing membuatnya menyeramkan. Pantas saja Alexa terkejut.
"Ayolah~ kita ini teman. Aku Sobek, tidak perlu terlalu formal, kami tidak seperti orang Yunani yang kaku." Alexa curiga jika orang-orang Yunani dan Mesir ini musuhan. Dewa-dewa di sini senang menyindir mitologi lain.
Sobek tertawa mendapatkan reaksi lucu Alexa. "Aku dewa penjaga sungai Nil. Jadi jika kapan-kapan kau kemari lagi, panggil namaku maka aku akan datang." Cara dia menatap Alexa sangat jahil-- semua dibuktikan ketika Sobek mengacak-acak rambut Alexa yang kemudian didorong Anubis.
Anubis melirik tajam, menarik tangan Alexa. "Anubis... Kau serius sekali, jangan galak-galak. Nanti dia takut," canda Sobek. Tampaknya kepribadian dewa sobek humoris dan santai, lagipula siapa yang takut pada Anubis yang ramah? Alexa mengernyit lagi, tapi dewa ini sok asik sekali.
"Lucunya~ Namamu siapa hm?" Alexa menegak ludah, sebenarnya siapa dewa ini? Mengapa raut wajah Anubis sangat kesal ketika mereka berdekatan? "Aku tidak mau memberitahumu." Sobek tertawa lepas, kemudian kembali menuju pinggiran sungai mengedipkan sebelah mata. "Tidak masalah, aku tidak butuh namamu juga. Tadi aku sedang patroli, sekarang aku akan kembali. Ngomong-ngomong Anubis, kita ini saudara, janganlah galak-galak seperti itu. Ayah juga merindukanmu."
Hah? Ayah? Alexa bingung.
Sobek melambaikan tangan, memberikan senyuman pada Alexa juga Anubis sebelum kembali masuk dalam sungai Nil. Anubis menghembuskan napas panjang-- seolah memiliki pikiran berat, matanya beralih menatap Alexa yang basah kemudian menutup mulut, menahan tawa, penampilan Alexa cukup kacau. "Aku akan mengeringkanmu."
Satu jentikan jari cukup, angin lembut membasuh tubuhnya mengeringkan sekaligus. Apakah ini alasan Sobek tertawa tadi? Anubis bisa mengeringkannya sedari tadi tapi lebih memilih melepaskan satu kain menutupi kepalanya. "Seharusnya dari tadi dong." Alexa cemberut, malu. Pantas saja Sobek menggodanya seperti itu.
"Kau tidak meminta juga."
Anubis ikut-ikutan jahil, ekspresi kesal Anubis membaik, membuat Alexa meninju lengan itu kesal, tapi yang didapat tangannya nyeri. Lengan Anubis seperti batu. "Kalau kau bertingkah seperti itu, orang-orang akan semakin senang menjahilimu."
Kenapa pula dewa satu ini ikut-ikutan?!
Alexa mendelik kesal, balasannya adalah senyuman manis menyentuh rambutnya yang sudah kering. "Termasuk kau?" tanya Alexa. Sebagai respon Anubis mengangkat sebelah alis main-main menggerakkan bahu.
"Kau pun sama saja."
Alexa menggerutu, Anubis semakin menahan senyum. Perlahan mereka mulai beranjak pergi menuju lorong, tepat sebelum masuk dia bisa melihat kapal besar di langit memiliki sampan-- itu seperti perahu dayung tapi lebih besar. Ada banyak orang di dalamnya, termasuk yang paling mencolok dewa berparas manusia sempurna mengenakan mahkota tinggi.
"Eh?"
"Shhh."
Alexa menyentuh satu tangan Anubis yang menutup matanya. Menarik dia masuk lorong. Setelah beberapa saat Alexa kembali bisa melihat, gadis pirang itu menatap Anubis bingung. Kain sutra emas Anubis masih bertengger di kepalanya. "Kenapa?"
Anubis menggeleng, satu tangannya merapikan rambut Alexa kemudian menatap sekitar. "Kita sudah sampai." Alexa ikut melirik arah tuju pandang Anubis. Oh? Tunggu? Kenapa sih dewa ini senang sekali mengalihkan percakapan? "Tadi itu apa?" tanya Alexa lagi.
"Untung ada obor, lorongnya tidak gelap. Apakah kau tahu lorong ini terbuat dari apa?"
Pengalihan pembicaraan. Alexa menjatuhkan rahang, kenapa Anubis tidak mau menjawabnya? "Kenapa kau tidak menjawabku sih Anubis?" Anubis mengambil obor terus melangkah, mengabaikan kata-kata Alexa. "Kita harus berjalan, nanti kita akan bertemu pintu-pintu ujian."
Lagi. Alexa terdiam, dewa ini tidak mau membahasnya? Kenapa? Apa itu sesuatu yang sangat rahasia? Alexa mendengar tawa kecil lolos dari Anubis yang kini berbalik, menatapnya. "Kau tidak mau tahu ujiannya?" Alexa curiga dewa ini bisa membaca pikirannya.
"Hm, boleh."
Alexa bisa melihat senyuman Anubis, perlahan ekspresi Anubis melembut lagi. Benar, berarti Anubis tidak mau menjawab pertanyaan tadi. Alexa kini memahami bagaimana Anubis menghindari percakapan yang menyudutkannya. Menghindari dan mengalihkan percakapan.
"Ngomong-ngomong... Apa sebelumnya aku pernah ke lorong ini?"
Anubis kembali terdiam, ekspresinya kaku.
"Aku tadi seperti dejavu. Entah juga kenapa aku sangat galak dengan Sobek."
Itu benar, Alexa jarang marah tapi dengan Sobek entah kenapa melihat wajah buaya hijaunya saja di sudah sebal. Anubis menatap Alexa, mengacak-acak rambut gadis itu, seperti yang dilakukan Sobek. Anehnya itu pengalihan pembicaraan yang paling baik di antara yang lain, Alexa tidak merasa kesal, tapi hangat.
"Aku akan menjelaskan gerbang-gerbang duat dan perjalanan kita."
.
.
.
Ada sebuah buku kematian di Mesir yang menjelaskan proses perjalanan orang mati.
Kenapa orang-orang menyebut Fir'aun Dewa, melayani orang-orang kaya. Lalu mengapa orang-orang Mesir terobsesi membuat piramida tinggi untuk kematian, membawa harta juga yang dia senangi memenuhi peti mati. Semua dijelaskan di prasasti tua mau pun di kuil dan kuburan pengikut Anubis.
Pertama-tama orang-orang semasa hidup membuat piramida-piramida megah untuk menyambut kematian, membayangkan jiwa mereka yang akan masuk ke alam lebih baik, menghormati dewa-dewi. Mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya untuk dibawa ke dalam peti mati, karena harta itu akan ikut dibawa dan membuat hidup mereka lebih nyaman di Padang Ilalang-- surga dalam Mesir Kuno.
Dalam Mesir Kuno itulah alasan mengapa orang kaya dipastikan akan masuk surga, setelah persiapan semasa hidupnya. Ketika mereka mati, akan dilakukan ritual panjang, para pendeta Anubis akan menuliskan mantra-mantra untuk menyelamatkan mereka dalam perjalanan di duat. Sedangkan orang-orang yang tidak mampu, kebanyakan lebih memilih membantu membangun piramida atau melayani tuan mereka, berharap setidaknya mereka bisa ikut masuk ke Padang Ilalang.
Semua yang mati akan kembali bangkit, rohnya berjalan menyeberangi sungai Nil memasuki labirin dengan serangkaian gerbang yang memiliki penjaga menakutkan yang mengawasi setiap pintu. Di sanalah mereka diajarkan untuk berdoa agar dijauhkan dari hukuman dan mengharapkan kemudahan.
Setiap pintu memiliki gerbang, ujian juga penjaga yang berbeda. Melewati gerbang-gerbang, gua-gua dan gundukan mereka melewati banyak ujian. Di suatu gerbang jiwa akan diuji tentang mantra apa yang harus dilafalkan, menebak nama entitas mengerikan, menghadapi setan, monster, setengah dewa, bahkan dewa. Waktu perjalanan ini bisa memakan waktu 3 bulan.
Jika arwah gagal, maka jiwa itu akan memasuki balok pembantaian, atau dibunuh secara keji. Membuat para penjaga marah. Tapi, jika sang arwah tekun, sabar terlebih beruntung. Dia dapat memasuki Hall of Truth untuk diadili oleh Osiris-- dewa maut dan kehidupan. Di sana dia akan ditanya tentang semua kehidupannya dahulu, bahkan seburuk apa pun, jangan pernah berbohong. Dia perlu jujur.
Jantungnya akan ditimbang di atas neraca, dengan sehelai bulu unta milik Ma'at-- Dewi Keadilan. Semua pernyataan jiwa akan dituliskan oleh Thoth-- Dewa penulisan. 42 dewa akan bertanya pada sang jiwa yang mewakili 42 wilayah Mesir, tapi, pertanyaan terpenting adalah; "Apakah ketika kau mati ada yang menangisi kematianmu?"
Jika ada yang menangisi kematian sang jiwa, bahkan hanya satu orang. Sebanyak apa pun dosa orang itu dia akan memiliki kesempatan untuk melewati Danau Lily dan sampai di dunia Padang Ilalang. Namun, jika tidak, maka jiwa tersebut akan musnah dilahap Amuth-- Dewi Penghakiman. Karena pada dasarnya jiwa akan hidup bahagia atau lenyap untuk selamanya.
.
.
.
Alexa terbengong-bengong mendengar penjelasan Anubis. Alexa sudah lupa dengan kejadian sebelumnya, yang terpenting bagaimana dia bisa melewati ujian ini. Alexa mulai gugup, dia mengepal tangan kuat.
"Hey... Jangan takut."
Alexa melirik ke sampingnya, tangan Anubis hangat menyapu wajahnya. Satu tangan Anubis memegang obor menerangi lorong. Alexa tersenyum kecil-- dia merasa Anubis semakin sering melakukan kontak fisik. "Jadi ini bukan lorong ya? Ini labirin?" Anubis tampak lega mendapati Alexa yang mulai lega, Anubis mengangguk. "Itu benar."
"Kita akan melakukan perjalanan 3 bulan?"
"Iya, paling lama."
Alexa mengerucutkan bibir, memikirkan apa saja yang perlu diketahui. "Anubis, aku tidak tahu mantra apa pun. Apa yang harus kulakukan?" Anubis menarik napas, mengigit bibir bawahnya, Alexa yang ketakutan terlihat lucu membuatnya ingin tertawa, tapi itu bukan hal yang baik. Jadi Anubis menahan tawanya. "Aku akan memberitahumu sebuah trik."
"Benarkah?" tanya Alexa. Mata biru itu bersinar-sinar cerah. "Iya, itu bukan hak yang sulit untukmu." Alexa terdiam, mendengarkan saksama semua yang akan disampaikan oleh Anubis. Alexa tidak mau masuk dalam kotak pembantaian atau dimusnahkan dengan keji, jadi dia akan berusaha sebaik mungkin!
"Mereka di sana akan menyampaikan pertanyaan. Seperti siapa nama mereka? Atau membuat tantangan untukmu? Atau sebuah pertanyaan sederhana. Jadi itu bukan benar-benar mantra. Kenapa disebut mantra? Karena mereka menghafalkannya agar tidak gugup dan salah menjawab."
Mereka terus melangkah, kali ini lorong itu tampak membesar, ini benar-benar labirin. Alexa berdecak kagum, tepat selanjutnya mereka dihadapkan pada gundukan terjal, Alexa berusaha memanjat. "Lalu?!" Anubis akhirnya tertawa melihat gadis itu memanjat, kesulitan, kain emas yang dia jadikan penghangat untuk Alexa terjatuh-- Anubis menangkapnya. "Menjawabnya mudah, entitas itu tidak terlalu pintar. Kau mungkin akan terkejut karena fisik mereka yang menyeramkan. Ada yang setengah ular dan singa atau kalajengking setengah buaya."
"Hati-hati!"
"Fyuh..."
Alexa menghembuskan napas lega sudah sampai di ujung gundukan terjal, tangannya digenggam Anubis erat, tubuhnya tidak berkeringat, mungkin karena sekarang dia arwah, tapi anehnya Alexa bisa merasakan panas dan dingin. Alexa juga bisa merasakan rasa takut. "Mereka akan bertanya sekitar nama mereka, atau pintu apa yang akan dimasuki, jawaban itu jelas. Seperti kau melihat bentukan tubuh mereka yang setengah ular dan singa, kau bisa mengambil simpulan nama apa pun. Misalnya dia yang hidup di antara ular, karena apa? Dia kepalanya ular. Lalu pintunya, pintu apa? Lihat ciri-ciri pintunya, warna apa? Ada goresan apa? Ukiran apa? Misalnya berwarna merah ukiran kepala serigala atau anjing gurun. Kamu bisa menebak itu pintu Anubis atau Seth."
Alexa mengangguk-angguk, kini mereka dekat dengan cahaya, Alexa menegak ludah. Kemudian melirik Anubis. "Anubis... Cara doa orang Mesir caranya bagaimana?" Anubis tersenyum, kemudian menjawab. "Kita tidak kaku, kau bisa bisa bebas melakukanya seperti apa."
Alexa mengangguk-angguk, mengepalkan kedua tangan di depan dan memejamkan tangan. "Dewa-dewi... Tuhan.. siapa pun. Alexa mohon agar Alexa tidak mendapatkan hukuman dan dapat melewati semua ujian. Tolong kabulkan doa Alexa. Aaamiin." Alexa membuka mata, kini gerbang pertama sudah ada di hadapannya.
Bersambung...
Glosarium
Sobek: Dewa Penjaga Sungai Nil
Ma'at: Dewi Keadilan
Amuth: Dewi Penghakiman
Kitab orang mati: sebuah kitab yang menceritakan perjalanan orang mati dalam mitologi Mesir. Menceritakan tentang mantra, penjaga, juga tahap-tahapan melewati kematian.
2 Mei 2023
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro