2. Kisah Nil dan Osiris
"Ah... Ada kisah menarik untuk penyuka cerita lama sepertimu."
-Anubis (Dewa Kematian)
___________________________
"Kemarilah."
Alexa menghentikan kegiatannya, bermain dengan ikan-ikan dalam Nil, tangan dan kakinya basah, dia cengengesan sementara Anubis menggelengkan kepala kecil. "Tidak apa-apa kotor?" Anubis mengangguk. "Lagipula itu hanya pasir."
Gadis itu mengangguk, kakinya melangkah, pasir dan air bersatu membuat kakinya kotor terkena pasir basah. Tangan Anubis terulur, ada seringai menyenangkan yang terdapat di sudut bibirnya. "Mari kita pergi." Alexa mengikuti langkah sang dewa, menaiki perahu dayung. Untuk seukuran perahu, ini tampak sangat nyaman.
"Kita akan pergi menyusuri sungai Nil. Menyeberanginya dan menuju duat, melewati ujian-ujian selanjutnya."
Alexa menegak ludah mendengar kata ujian. Orang mati juga ada ujiannya kah? Netra biru bak permata safir bersinar, kemudian tersentak, tatapannya beralih pada Anubis yang mulai menggerakkan dayung membuat perahu melaju. "Woah...." Terkagum-kagum, untuk beberapa saat Alexa lupa dengan perkataan sang Dewa. Soal ujian.
Kain transparan putih terbuat dari bahan sutra, ringan sekali melambai-lambai diterpa angin, menghalangi sinar mentari memasuki perahu dayung. "Sungai Nil... Panjang sekali...." gumam Alexa, piyama doraemon masih terpasang lekat sementara senyumnya rekah. Anubis terkekeh pelan, kepalanya menengadah sementara tangannya terus bergerak mendayung.
"Tentu saja... Luas sekali," timpalnya, suara itu lembut. "Nil memanjang dari Danau Victoria di Sudan Selatan, melewati beberapa negara termasuk Mesir, alirannya bermuara di Laut Mediterania...."
Alexa mengangguk-angguk, mendengarnya, bahkan dia jelas tahu ketika pertama kali melewati portal-- dia tidak bisa melihat hulu dan hilir sungai Nil. Tangannya menyentuh air tenang Nil, jernih dan segar. Alexa menyukainya, dia bisa mendengar suara tawa kecil dari Anubis. "Kenapa?"
Anubis menarik ujung bibir, Alexa melihat sorot jahil di mata hitam jackal itu. "Ah, hati-hati. Jangan terus menyentuh airnya. Nil juga memiliki banyak hewan buas di dalamnya." Buru-buru Alexa menarik tangan, menatap takut aliran yang tenang, membuat tawa keluar dari bibir sang dewa. Gadis itu mendelik kesal. "Jangan bercanda."
"Reaksimu lucu."
Pipi kemerahan Alexa menggembung, rambut pirangnya melambai lembut sedangkan tatapan itu beralih pada Nil kembali. "Apa sungai Nil di sebut Nil karena banyak kuda nil?" Anubis menahan senyuman di bibir menggeleng. "Nil itu pada dasarnya berarti lembah sungai." Alexa melirik tertarik, netra birunya berbinar penuh rasa penasaran.
"Ada mito- tidak, ada kisahnya?"
"Tidak ada, ada beberapa kisah tapi bukan soal penciptaannya. Yang pasti para manusia yang menamai Nil dikarenakan sungai ini adalah sumber kehidupan mereka. Bahkan hingga waktu yang akan datang."
Alexa mendengarkan, tatapannya tidak beralih sedikit pun dari sungai kemudian senyumnya beralih pada Anubis yang balik menatapnya. "Hm?" Alexa menggeleng. "Tidak ada cerita menarik kah di sungai Nil?" Anubis tersenyum geli, kemudian mendayung kembali.
"Ah... Ada kisah menarik untuk penyuka cerita lama sepertimu."
'Cerita lama', Alexa tertawa kecil-- itu berarti kisah-kisah mitologi yang dia sukai. Tapi, tentu saja seorang dewa tabu sekali menyebut diri dan bangsanya sebuah mitologi, mitos-mitos. Dia curiga Anubis bisa membaca pikirannya. "Apa?"
"Kau tahu Dewa Osiris? Dewa kematian sekaligus kebangkitan. Dewa yang memiliki dunia kematian..."
Alexa menaikkan sebelah alis kemudian menyela, "Bukankah Anubis yang Dewa Kematian?" Anubis mengulum bibirnya lembut. "Benar. Tapi, secara teknis aku adalah Dewa yang memastikan jiwa-jiwa sampai ke alam baka, memastikan mumifikasi berjalan benar, berurusan dengan jiwa-jiwa mati. Tapi, Osiris adalah Dewa yang memiliki dunia kematian itu sendiri, dahulu sekali aku menempati posisi itu, setelah perebutan kekuasaan antara para dewa. Akhirnya Osiris ditunjuk menjadi pemilik dunia bawah."
Alexa baru tahu itu, jika di mitologi Yunani mungkin tugas Anubis seperti Charon-- yang membantu jiwa-jiwa menyeberangi sungai kematian untuk pergi menuju Hades-- Dewa pemilik dunia bawah. "Dewa Osiris ayah dari Anubis?" tanyanya, Alexa bisa melihat untuk sesaat Anubis membeku, ekspresinya tidak nyaman, sebelum akhirnya menjawab. "Iya, benar."
"Hm, begitu. Lalu kenapa dengan Dewa Osiris?"
Anubis terkekeh kecil kemudian menatap percikan air ketika dia mendayung kembali. "Dewa Osiris tidak disebut sebagai Dewa maut atau kebangkitan tanpa alasan. Dahulu kala ada konflik rumit mengenai kisah perebutan kekuasaan antara Osiris dan Seth." Dewa itu berhenti beberapa saat kemudian menatap dan gadis yang mendengarkan dengan saksama. "Mau mendengarnya?"
Alexa mengangguk-angguk cepat, ada beberapa emosi yang tersirat di wajah sang dewa. Walau begitu akhirnya dia menceritakan kisah tersebut. "Dahulu kala...."
.
.
.
Apakah kau tahu awal mula penciptaan?
Benar, banyak sekali mitos berawal dari kehampaan yang memunculkan Dewa pertama atau pencipta, mitologi Mesir salah satunya. Dewa pencipta pertama Mesir adalah Atum. Atum atau Ra. Atum memiliki putra dan putri yang dia ciptakan agar menemani dirinya agar tidak kesepian. Maka terciptalah Tefnut-- sang Dewi Hujan, juga Shu-- Dewa udara.
Atum menciptakan banyak hal lainnya karena dunia terlalu sepi. Manusia, hewan, gunung-gunung hingga air untuk kehidupan. Dewa-dewi terus berevolusi, melahirkan dewa-dewi lainnya. Putra-putri Atum memberikan keturunan baru yakni, Geb-- Dewa bumi juga Nut-- Dewi langit.
Tidak bisa digambarkan betapa senangnya Atum, tapi, sudah semestinya Dewa dan makhluknya hidup berpisah. Dewa-dewi yang memiliki kekuasaan agung kian bertambah banyak, pada awalnya mereka hidup berdampingan dengan manusia-- tapi itu tidak cukup besar. Dunia manusia terlalu kecil untuk mereka, akhirnya Atum menciptakan dunia sendiri untuk Dewa.
Anak-anak Atum kian bertambah-- akhirnya dari pernikahan antara Geb-- Dewa bumi dan Nut-- Dewi langit terlahirlah empat putra dan putri. Nepthys sang dewi kekuatan, Osiris dewa maut dan kebangkitan, Isis dewi alam dan sihir, serta Seth dewa gurun dan badai.
Kisah Osiris bermula di sini.
Osiris memilih untuk memerintah Mesir, Dewa Osiris digambarkan sebagai seorang pemimpin yang adil dan bijak. Seorang yang cerdas, mengajarkan manusia bercocok tanam, mengembangkan manusia hingga tahap tertentu, pemimpin sempurna pada masanya yang didampingi oleh Isis sebagai permaisuri.
Terlepas dari kebijaksanaan Osiris, Seth yang sebelumnya menemani perjalanan Atum menuju dunia bawah memberantas kegelapan diberhentikan, dia diberi tugas untuk menjaga Mesir bersama saudaranya. Semua masih baik-baik saja, damai, Seth ialah dewa gurun pasir menjaga perdamaian negeri, hidupnya makmur bersama sang istri Nepthys.
Semua tidak berjalan baik ketika Seth menemukan Osiris meniduri Nepthys, Seth yang dilanda amarah merencanakan pembunuhan juga kudeta pada Osiris. Suatu hari Seth mengadakan pesta, dia membuat peti besar sebagai hiburan. Dengan licik dia mengatakan, "Siapa saja yang dapat memasuki peti tersebut, maka aku akan memberikan peti itu sebagai hadiah."
Semua orang tergiur dengan permainan ini, mereka berbondong-bondong mencoba memasuki peti satu persatu. Tapi, tidak ada yang berhasil kecuali Osiris, memang benar Seth sengaja mengatur ukuran peti seukuran dengan tubuh Osiris untuk menjebaknya. Setelah Osiris terjebak, peti ditutup, timah panas dimasukkan ke dalamnya, dewa itu mati dan petinya dihanyutkan ke Nil.
Pada dasarnya Dewa dan Dewi memiliki kekuatan dan keagungan yang tidak tertandingi, tapi di sisi lain mereka adalah makhluk fana yang bisa mati dengan kekuatan Dewa maupun Dewi lainnya. Seperti Osiris yang tubuhnya hanyut hingga Kota Byblos.
Di sana peti itu hanyut, ditumbuhi salah satu pohon. Raja Byblos yang tertarik dengan pohon-pohon di sana termasuk di mana mayat Osiris berada menjadikan pohon-pohon di sana sebagai pilar istana. Sementara Isis yang mencari tubuh sang suami mengetahui hal tersebut segera beranjak pergi ke istana menyamar sebagai pelayan.
Di sanalah dia melakukan perjanjian dengan Ratu Byblos, yang pada akhirnya mengembalikan mayat Osiris pada Isis. Tapi, Seth yang mengetahui itu tidak membiarkan Osiris dihidupkan dengan mudah. Seth dengan keji memutilasi tubuh Osiris menjadi empat belas bagian dan menyebarnya ke penjuru Mesir. Di sungai Nil, tempat pemujaan, kota-kota Mesir.
Tidak seperti diharapkan sebelumnya ketika menemukan mayat Osiris, Isis meniduri roh Osiris, berhasil menghidupkannya untuk beberapa waktu yang membuatnya hamil melahirkan Horus-- yakni Dewa langit, penjaga bahkan perang. Di sini Horus akan membalaskan dendam ayahnya dan menjadi musuh Seth.
Sementara itu Isis, Nepthys dibantu dewa-dewi lainnya mengumpulkan bagian tubuh Osiris. Tapi, sayang sekali alat vital dewa itu dimakan oleh ikan yang membuat bagian tubuhnya tidak lengkap. Atas dasar ini mumifikasi dilakukan oleh Isis dengan sihirnya, menyatukan, membuat bagian tubuh yang baru dan menghidupkan kembali Osiris. Inilah awal mula Osiris dinamakan Dewa maut sekaligus kebangkitan, Dewa pertama yang melakukan mumifikasi.
Ada beberapa adegan yang menunjukan penghakiman yang dilakukan Atum pada anak-anaknya. Di mana Osiris meminta keadilan atas kematiannya, sementara Seth tidak menerima hal itu. Pada akhirnya Osiris dipindah tugaskan ke dunia bawah-- dunia orang mati dan memerintah di sana. Sementara Seth melakukan pertarungan dengan Horus-- putra Osiris untuk mengembalikan takhta yang bukan milik Seth.
Perselisihan ini memakan waktu yang cukup panjang, 80 tahun di mana banyak dewa-dewi terlibat. Mendukung masing-masing sisi, kekuatan mereka imbang, kadang kali yang satu mengalahkan satu lainnya, juga sebaliknya. Mereka melakukan pertandingan atas persetujuan Ennead, ada pengadilan yang dilakukan oleh Amun-- dewa tertinggi, Geb-- Dewa bumi sekaligus bapak juga kakek dari Seth dan Horus, maupun Thoth-- Dewa Penulisan juga kebijaksanaan sebagai konsiliator dalam pertikaian. Perselisihan ini semakin larut dikarenakan Seth didukung Amun.
Pertandingan ini memiliki pertempuran kunci, yakni, dilakukan dalam berbagai jenis, salah satunya pertarungan dalam bentuk kuda nil, bahkan lomba mendayung perahu. Ada di sebuah kisah, di mana Isis muak dengan tingkah Seth dan menjebak dewa badai tersebut, Seth yang kesal memotong kepala Isis yang membuat Horus murka ibunya diperlakukan buruk. Tapi, lagi-lagi Thoth menengahi, mengganti kepala Isis dengan kepala sapi.
Pada puncak pertempuran mereka. Seth berhasil mengambil mata Horus, sebagai Dewa langit itu adalah pertanda buruk-- tentu saja matanya itu adalah matahari juga bulan untuk langit. Sedangkan sebagai balasan, Horus mengambil alat vital Seth yang berarti dewa tersebut kehilangan kekuatannya. Pada akhirnya Horus dibantu Isis, Thoth, juga Hathor-- Dewi Cinta mengembalikan matanya seperti semula. Semua ini berakhir pengembalian anggota tubuh pada dua pihak.
Akhir dari perseteruan mendapatkan akhir yang baik. Di mana pengadilan kembali dilakukan oleh Amun untuk menetapkan kekuasaan mutlak bagi Horus juga hukuman bagi Seth. Pada awalnya kekuasaan dibagi dua, Horus yang memegang kendali dalam kerajaan. Sementara Seth mendapatkan gurun tandus sebagai wilayahnya. Tapi, ini berakhir pada kekalahan Seth yang diasingkan ke sudut dunia bawah.
Horus mengklaim takhta sebagai raja dunia orang hidup, sedangkan ayahnya-- Osiris menjadi penguasa dunia orang mati.
.
.
.
Langit sudah menjingga, semburat indah terdapat di arah barat membuat takjub, Nil berkilau memercikkan air seiring perahu dayung semakin berjalan maju. Alexa sedari tadi masih dalam posisi duduk, menumpu wajah dengan lengan, keasyikan. "Lalu di mana Dewa Seth sekarang?"
"Hm?"
Anubis tersenyum kemudian melirik ke arah matahari sore. "Tidak ada yang tahu. Pasti ada di dunia bawah." Alexa masih tercengang, ceritanya terasa sama gelapnya seperti mitologi lain jika membahas konflik berat. Tapi, tunggu. Jika Anubis anak Osiris, siapa ibunya? "Anubis... Ibunya siapa?" tanya Alexa penasaran.
"Dewi Nepthys, Dewi kekuatan."
Netra Alexa membelalak, ini skandal para dewa! Berarti Nepthys itu berselingkuh dengan Osiris yang menghasilkan Anubis. Ini adalah salah satu penyebab konflik di mana perselisihan terjadi. "Ah, maaf aku bertanya," ujarnya tidak enak hati.
Anubis memejamkan mata, dia merenggangkan lengannya membuat perahu berhenti. Kini netranya berpapasan dengan Alexa. Netra gelap Anubis seolah masuk dalam iris biru safir milik Alexa. "Mau coba mendayungnya?" Alexa mengerjapkan mata. "A- ah, boleh."
Aduh, sepertinya Alexa salah bicara. Ini seolah Anubis bisa membaca pikirannya dan mengetahui apa yang dipikirkan. Dengan canggung Alexa duduk di kursi tempat Anubis sebelumnya mengayuh dayung. Dewa itu tepat di belakang Alexa, memperhatikan Alexa mendayung sampan.
Pada awalnya Alexa percaya diri untuk mengangkat beban itu, tapi itu lebih sulit mengayuhnya, membuat perahu bergerak. Wajah gadis itu memerah berusaha keras, sementara di belakangnya Anubis lagi-lagi terkekeh kemudian duduk di belakang sang gadis, tangannya berada di atas tangan Alexa membantu mendayung.
"Nah, begini caranya mengayuh sampan."
"Ah... Aku mengerti."
Alexa mendesah lega, terus menjalankan perahu, dia melirik Anubis di belakangnya. Eh? Bukankah posisi mereka terlalu dekat? Anubis duduk tepat sekali di belakangnya, dia bisa merasakan punggungnya menyentuh dada Anubis. Napas dewa itu mengenai pucuk kepala, tangannya digenggam erat oleh Anubis.
"Jangan marah, Anubis."
Anubis terdiam untuk seperdetik sebelum mengulum senyum manis. "Aku tidak marah." Alexa memutar bola matanya. "Maaf asal bicara." Napas halus itu melambai lembut membuat rambutnya bergerak sedikit. Alexa menggelengkan kepalanya, ada apa dengan dewa ini?
Tepat ketika matahari terbenam mereka sampai di depan lorong gelap, terbuat dari lumpur kering dengan ukiran kuno. Tatapan Alexa berbinar takjub. Anubis berbisik, "Perjalanan selanjutnya menuju duat."
Bersambung...
Glosarium.
Silsilah keluarga dalam mitologi Mesir kuno.
Silsilah keluarga Ennead.
Atum (Ra): Dewa pencipta dan matahari.
Tefnut: Dewi Hujan.
Shu: Dewa Udara.
Geb: Dewa Bumi.
Nut: Dewi Langit.
Osiris: Dewa maut dan kebangkitan.
Nepthys: Dewi kekuatan dan penyelesaian.
Seth: Dewa gurun, badai, dan kehancuran.
Isis: Dewi alam dan sihir.
Thoth: Dewa penulisan dan kebajikan.
Hathor: Dewi Cinta, kecantikan, dan musik.
21 April 2023
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro