Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 30: Evelyn Angelita

Bab 30: Evelyn Angelita

Evelyn sudah lengkap dengan pakaian toga yang sedikit gombrang, berperan seperti biasa sebagai pengacara. Namun, tidak menghilangkan kesan elegan, malah semakin bertambah berkarisma. Banyak pasang mata menatap Evelyn seperti Dewi Themis yang memegang pedang dan timbangan.

Di ruangan persidangan ini, seorang terdakwa duduk di hadapan hakim yang sedang membacakan identitas si terdakwa. Saat ini agenda persidangan pertama kasus Pidana di pengadilan negeri Jakarta Selatan, pembacaan dakwaan kepada Albert atas dugaan Korupsi.

“Bagaiamana saudara penurut umum? Apakah sudah siap dengan dakwaannya?” Tanya hakim ketua, melihat ke arah kanan, di mana JPU berdiri dari duduknya.

“Iya, siap Hakim.” Vito, JPU mudah yang masih menggebu-gebu itu mengangguk mantap.

Hakim pun bertanya kepada sang terdakwa yang memakai seragam tahanan. Jawaban Albert sama seperti JPU, siap.

“Dalam kasus ini, terdakwa dengan dakwaan Undang-undang nomor 31 tahun 1999, pasal 2 ayat 1 tentang tindak pinana korupsi.” Vito berujar dengan tegas.

Para hakim mengangguk. Salah satu hakim anggota bertanya. “Apa terdakwa paham dengan dakwaan yang diberikan?”

“Paham.” Albert menjawab singkat. Sebelumnya, Evelyn telah menjelaskan semua kepadanya.

Hakim anggota lainnya berseru kepada Evelyn yang mengamati sejak tadi dalam diam. Ya, beginilah tugasnya. Dibandingkan koar-koar dengan terlalu bersemangat, Evelyn lebih suka cara santai saat berbicara.

“Apah penasihat hukum akan melakukan pembelaan?”

“Saya tidak akan memberikan pembelaan.” Jawab Evelyn ringan. Ya, semuanya sudah sesuai dengan hukuman yang diberikan kepada sang terdakwa. Lagi pula, sebelumnya ia telah berkomunikasi dengan PJU, dan inilah keputusan akhir. Setidaknya hukum tetap ditegakkan sesuai dengan pasal yang mengerat si terdakwa.

Persidangan berjalan dengan lancar, dan semua berakhir dengan lancar, ya seharusnya. Evelyn kemudian berjalan keluar dari ruangan berwarna cokelat dengan jejeran kursi yang mirip seperti kursi gereja.

Siapa yang tidak mengenal Evelyn Angelita? Seorang pengacara cantik yang namanya sedang naik daun, apalagi terkenal di kalangan artis dan selebriti.

Evelyn memiliki semua yang ia inginkan, menjadi pengacara, tampil cantik dan seksi, cerdas, semuanya ia miliki, tapi kenapa memiliki hati Jeremias seutuhnya saja sulit?

Sakit. Hidup diantara bayang-bayang masa lalu pria itu. Evelyn terlalu lama menahan sakit hati, tapi ketika ia hendak mengakhiri semua itu, bibirnya berat. Evelyn bodoh dihadapan cinta. Pasti banyak orang menertawakan dirinya jika mengetahui fakta ini. Sungguh menyedihkan.

Tentu Evelyn Angelita tidak bodoh melihat interaksi Jeremias dan Abigail. Di rumah nenek Fatimah, pun, pria itu menaruh perhatian berbeda kepada Abigail. Bahkan ketika mereka berlibur, Jeremias meninggalkannya di tepi pantai begitu saja setelah melihat wajah penuh air mata Abigail.

Setelah itu, Evelyn mulai mengingat-ingat kembali siapa Abigail. Namanya memang tidak asing di telinga Evelyn. Hingga Evelyn memberanikan diri bertanya pada teman lama Jeremias yang dulu sekampus dengan pria itu. Di situlah, Evelyn sadar, bahwa Abigail atau yang sering dipanggil Abi adalah mantan kekasih Jeremias semasa kuliah dulu. Perempuan yang tiba-tiba menghilang dan membuat Jeremias galau bertahun-tahun. Semua orang yang mengenal Jeremias dan Abigail pasti tahu kisah ini, mereka pasangan impian yang dipikirkan akan berakhir di pelaminan, namun berpisah.

Dua hal yang Evelyn tahu, Jeremias tidak pernah melupakan Abigail, dan cinta pria itu hanya untuk Abigail. Sungguh mengenaskan kisah cinta Evelyn.

Evelyn masuk ke dalam mobil. Atas dasbor mobil, masih ada air mineral kemasan. “Kamu jahat banget, ya, Jer? Selama ini gue berjuang buat Lo, but, why?”

Setetes, dua tetes, dan terus menetes keluar dari kelopak mata wanita cantik itu air mata. Menarik tisu dari tas, Evelyn segera menyeka air tersebut. Ck. Ia sama sekali tidak suka menangis. Selain karena menangis membuatnya terlihat lemah, maskara akan luntur dan make up yang telah ia siapkan hampir setengah jam lebih akan rusak.

Evelyn melajukan mobil di siang itu, keluar dari wilayah Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Masih dengan sesak di dada, Evelyn mengetik di sela-sela mengendarai mobil, ia tidak peduli dengan banyaknya kendaraan siang itu, yang terpenting adalah mengirimkan pesan kepada partnernya di kantor, bahwa hari ini ia tidak akan kembali ke kantor dan pulang ke rumah karena sakit.

Ya, Evelyn tidak berbohong, kan? Ia tersenyum pedih. Jika tahu seperti ini, Evelyn tidak akan memutuskan berpacaran dengan Jeremias. Jika tahu bahwa ia sakit hati, ia tidak mau direpotkan dengan perasaan ini. Namun, nasi telah menjadi bubur. Setiap mengambil keputusan, pasti ada konsekuensinya.

Semua akan baik-baik saja, batin Evelyn. Ia tidak tahu sampai kapan ia kuat, tapi sekarang ia tidak boleh menyerah. Ia pasti bisa melewati sakit hati ini.

••••

Setibanya di rumah, Evelyn melepaskan pakaiannya toga advokatnya. Lalu digantung pada kapstok di balik pintu kamar. Perempuan itu menjatuhkan diri di atas ranjang. Ia butuh istirahat, dan banyak makan makanan enak. Diraihnya ponsel, dan memesan nasi goreng, ayam goreng, KFC, burger, pizza, McD, dan semuanya yang ingin ia makan.

Baiklah. Selama ini ia sudah cukup menyiksa diri dengan menjaga penampilan, kali ini, biarlah Evelyn memakan apapun yang ia suka tanpa memikirkan siapapun, atau apa alasan orang lain.

Perlahan, di kamar yang gelap itu, Evelyn mulai mengingat-ingat kembali pertama kali ia dan Jeremias bertemu. Parfum yang terhidu oleh cuping hidungnya, senyum lebar yang terlihat dipaksakan, mata yang sayu dan kosong seperti tidak ada semangat di dalam jiwanya.

Pertemuan pertama yang membawa mereka pada pertemuan berikutnya. Saling bertukar pikiran, tentang banyak hal. Hingga Evelyn baru sadar sekarang. Posisinya sejak lama hanyalah dijadikan kawan, bukan kekasih. Atau malah, dirinya sejak awal adalah representasi dari Abigail yang menghilang? Entah dimana miripnya mereka berdua.

Jeremias bajingan. Evelyn menyibakkan rambutnya, dan mengikat secara asal-asalan. Ia tidak boleh menangis lagi. Ia hanya butuh makan makanan enak. Apapun yang terjadi, Evelyn harus menerima semua itu. Ya.

To be Continued

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro