Bab 28: Bertemu Demain ... dan Abigail
Bab 28: Bertemu Demian ... Dan Abigail
Sendi lutut nenek Fatimah sedang sakit. Beliau sejak tadi hanya bisa berjalan dari kamar ke ruang tamu, pun sebaliknya. Semakin tua, penyakit semakin banyak yang berdatangan, imun tubuh berkurang.
Abigail membuka tablet obat antiinflamasi. lalu digerus di atas piring, kemudian dipindahkan ke Senduk.
Apakah semua obat tablet boleh digerus? Jawabannya tidak. Tidak semua tablet boleh digerus. Ada beberapa tablet yang jika digerus akan menyebabkan efektivitas obat berkurang atau bahkan obat tidak dapat bekerja sama sekali.
Pertanyaannya sekarang, bagaimana caranya agar mengetahui bahwa tablet tersebut tidak dapat digerus?
Mudah saja bagi Abigail, kebetulan, pelajaran ini sempat ia dapatkan ketika PKL di salah satu rumah sakit di Jakarta dulu.
Hal itu dapat dilihat pada jenis tablet dari kemasan tablet. Umumnya tercantum dikemasan strip atau boxnya. Ada beberapa jenis tablet yang perlu diketahui, pertama, tablet biasa. Kemasan yanh tertulis 'Tablet atau Kaplet'. Jenis tablet ini tentu saja boleh digerus.
Tablet kunyah (Cheweble tablet). Tablet ini sangatlah diperbolehkan untuk digerus. Bahkan tablet ini seharusnya dikonsumsi dengan cara dikunyah. Tetapi banyak masyarakat kadang belum sadar akan hal ini.
Tablet salut selaput (film coated tablet). Tablet yang dilapisi lapisan penyalut tipis. Umumnya, tablet ini dibuat dalam bentuk salut film atau salut selaput dikarenakan ada masalah terhadap zat aktifnya. Bisa karena warnanya yang kurang menarik, rasanya yang pahit sehingga ditutup dengan lapisan salut agar rasa pahit tidak langsung terasa dilidah pada saat dikonsumsi, atau masalah stabilitas zat aktifnya. Bisa jadi zat aktifnya tidak tahan cahaya atau udara. Jadi digunakan salut untuk meningkatkan stabilitas obat. Umumnya, tablet jenis ini masih boleh digerus. Asalkan tidak terlalu lama penyimpanannya dalam bentuk serbuk.
Tablet salut gula (Sugar Coated tablet). Tablet jenis ini biasanya dibuat karena rasanya yang sangat pahit sehingga untuk menutupi rasa pahitnya maka tablet disalut dengan salut gula yang rasanya manis. Umumnya, salut gula digunakan untuk obat yang rasa pahitnya sudah tdk dpt ditutup dg salut film. Obat ini boleh digerus tetapi rasa pahitnya akan sangat mengganggu. Jadi pertimbangkan rasa pahit yang akan muncul jika ingin menggerus obat ini.
Tablet salut enterik (Enteric coated tablet). Obat salut enterik dibuat secara khusus agar obat tersebut tidak hancur dilambung seperti sebagian besar obat lainnya. Obat salut enterik ditujukan agar obat tersebut hancur di usus .Tablet jenis ini sangat riskan untuk digerus. Bahkan sebagian besar tablet jenis ini tidak boleh digerus karena mengurangi efektivitas atau bahkan menghilangkan efektivitas obat. Ada banyak tujuan kenapa dibuat sediaan tablet bentuk ini. Pertama, tujuan peningkatan keamanan pasien. Beberapa obat dibuat salut enterik agar pecah diusus karena umumnya obat tersebut dapat mengiritasi lambung pada penggunaan jangka panjangnya, contohnya: Na Diklofenak.
Tablet lepas lambat (sustained release tablet) dan tablet lepas tunda (extended release tablet). Kedua jenis tablet ini merupakan tablet yg didesain agar memiliki efek atau kerja yang lebih lama dalam tubuh. Pd sustained release tab, zat aktif obat dilepaskan secara perlahan pada konsentrasi yang terukur agar efek obat dlm tubuh lebih lama agar dosis pemberian obat tdk terlalu sering, efek samping obat juga dor diturunkan. Sedangkan, extended release tab, zat aktif obat akan dilepaskan tertunda dan terlarut atau terdisolusi secara perlahan juga didalam saluran cerna meskipun dlm konsentrasi yang tdk terukur. Tujuannya sama seperti sustained release yaitu memberikan efek obat yang lebih lama. Jadi, kedua jenis tablet ini juga tidak boleh digerus karena apabila digerus maka tujuan obat yang awalnya dibuat agar memiliki efek atau kerja yang lama menjadi hilang.
Setibanya di kamar sang nenek, Abigail memberikan obat-obatan tersebut kepadanya. Abigail duduk di samping nenek Fatimah, membuka tutup botol minyak dan mengusap ke seluruh permukaan kaki beliau.
“Kakinya sakit banget pasti, Nek.” Abigail memiringkan kepala, tersenyum tipis yang menyiratkan simpati. Walaupun, ia belum tua, setidaknya nyeri pada kaki pernah dirasakannya. Rematik. Maklum, Abigail dulunya remaja jompo.
“Untungnya ada kamu, Abi.” Puji nenek Fatimah, ia kemudian meletakkan gelas minuman di atas nakas. “Andai nenek punya anak perempuan yang peduli seperti kamu.”
Abigail tidak bisa menjawab. Tidak ada yang perlu dibalas selain diam, karena kebenaran itu. Orang tua Jeremias terlalu sibuk dengan bisnis mereka di Jakarta. Bahkan, karena itu, Jeremias memutuskan untuk pindah ke Surabaya, menemani masa tua sang nenek yang sakit-sakitan.
Mengalihkan pandangan ke pintu kamar, Abigail mendapati Jeremias tengah berdiri dengan tampilan kerjanya. Ia baru saja pulang kantor. Aroma parfum mahal, Leather menyeruak bercampur keringat. Kesan maskulin yang kuat itu, mau tidak mau mengunci netra Abigail untuk tidak berpaling dari Jeremias.
“Nenek sakit?” Jeremias masuk ke kamar, tanpa memperhatikan wanita lain yang menghela napas pelan di dekat nenek Fatimah.
“Biasa, penyakit orang tua.” Nenek Fatimah terkekeh pelan. “Kamu pasti capek, makan dulu, baru mandi.”
Jeremias mengangguk. Meskipun demikian, sorot mata pria itu tidak bisa berbohong jika ada rasa khawatir di sana. Semakin hari, nenek Fatimah terus saja sakit-sakitan.
“Kalau ada apa-apa, bilang, ya, Nek. Biar Jere telpon dokter Adam.”
“Iya. Sana, makanlah.” Nenek Fatimah kemudian berseru kepada Abigail. “Kamu, ikutlah dengan Jeremias. Buatkan kopi.”
Kadang-kadang, Abigail merasa, perannya di sini bukan hanya menjaga nenek Fatimah, tapi juga mengurus sang cucu tercinta, Jeremias. Ini membantah, tapi tidak bisa. Bagaimana pun, membuat nenek Fatimah senang adalah bagian dari pekerjaannya.
Jika nenek Fatimah bahagia, kondisi mentalnya akan ikut memroduksi hormon-hormon baik, memberikan rasa semangat, dan beliau bisa tetap sehat.
Abigail berjalan mengekor di belakang. Jeremias masih sama seperti satu bulan yang lalu. Ya, tidak ada harapan lagi yang bisa Abigailerempuan panjatkan. Harapan apa memang yang perempuan itu inginkan?
Menundukkan kepala sambil terus berpikir, Abigail tidak menyangka jika Jeremias mengentikan langkahnya hingga ia menabrak permukaan punggung pria itu. Tinggi Abigail memang jauh berbeda dengan Jeremias. Ia tampak mungil sekarang di hadapan Jeremias.
Spontan Abigail mengundurkan langkah. Sedikit berseru, meminta maaf, tidak sengaja.
“Saya mau jalan-jalan dengan Demian besok.” Tanpa memutar tumit kaki, Jeremias berseru dengan jelas dan penuh dengan perintah.
“Tapi nenek masih sakit,” jawab Abigail ragu.
“Saya tahu. Cuma sebentar saja.” Jeremias kini berbalik badan, menatap Abigail dengan wajah datar, tanpa eskpresi. “Demian maunya jalan-jalan bareng kamu. Saya tunggu besok.”
Setelah itu Jeremias berlalu ke kamarnya.
Abigail kembali melanjutkan perjalanan ke dapur sambil berpikir tentang ucapan Jeremias. Setibanya di sana, ia membuat kopi dan memanaskan makanan untuk Jeremias.
Ternyata, mau sejauh apapun mereka menjaga jarak, Demian akan menarik mereka untuk berdekatan.
Kembali, gejolak aneh di perut Abigail muncul. Sial. Sejak pagi ia terus-menerus mual. Akhir-akhir ini, badannya juga terasa sulit diajak bekerja sama.
To be Continued
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro