Chapter 14
Gue liat buku-buku tentang IPA. Dan mendengus. Rata-rata gue udah ada semua. Gue mendengus kesal.
"Kenapa muka lo kayak gitu?"
Gue menoleh dan ngeliat Nando dengan muka herannya.
"Rata-rata buku di sini gue udah punya. Yang ga gue punya yah yang lo rebut kemaren." nyindir gue.
Nando cuma tertawa sumbang.
"Sorry. Gue kemaren butuh banget. Yaudah gue ambilin untuk lo deh. Yok."
"Yok? Kemana?"
"Kerumah gue. Ngambil buku itu. Mau kan?"
"Yaudah ayo."
Gue naik motor bareng Nando kerumahnya. Pas sampai dirumahnya gue ragu buat masuk.
"Gue disini aja deh Do. Ga enak nanti. Lo ga lama kan?"
"Iya. Yaudah lo tunggu disini bentar yah."
Gue mengangguk. Nando masuk kedalam dan gue liat ke arah sekitar. Dan tiba-tiba ada yang nepuk bahu gue. Gue langsung noleh dan ngeliat seorang gadis yang mungkin umurnya dibawah gue natap gue dengan tatapan heran.
"Kakak siapa? Temennya Bang Nando yah?"
Tanya gadis asing itu kepo. Gue rasa cewek itu adiknya. Gue cuma diem liat dia heran.
"Oh. Kenalkan gue Gisella Ezra. Adiknya Nando. Kakak siapa?" kata dia ramah. Beda banget sama abangnya.
"Gue Sanny Cathrine. Gue temennya Nando."
"Cuma temen kak?" kata Gisella menatapku curiga.
Dan gue langsung gelagapan.
"Iya temen. Kenapa?"
"Bang Nando ga pernah bawa temen cewek kerumah. Cuma kakak yang pertama kali dibawa kesini. Berarti kakak spesial kan? Yaudah ayo masuk dulu kak."
Gue malu. Gisella narik tangan gue supaya masuk. Pas masuk Gisella teriak-teriak.
"MA. ABANG NANDO BAWA CEWEKNYA NIH KE SINI."
Gue langsung kaget.
"Gue bukan ceweknya." Kata gue salting.
Tiba-tiba Nando turun tangga dengan tergesa-gesa. Dan pandangan gue sama dia ketemu. Gue cuma garuk-garuk kepala gue salah tingkah.
"Tadi lo bilang apa Sel?" kata Nando.
"Apa aja boleh bang. Mama mana?"
"Dibelakang."
Gisella jalan ke belakang sambil teriak.
"MAA. MAU LIAT CEWEKNYA BANG NANDO KAGAK? CANTIK LOH. NAMANYA JUGA CANTIK. BAIK LAGI."
Nando nepuk jidatnya. Gue cuma terkekeh.
"Adik lo lucu yah."
Kata gue pas Gisella udah menghilang entah kemana.
"Lucu dari mana? Makan hati yang ada, Cat." kata Nando ngacak-ngacak rambutnya.
"Yaudah. Bukunya mana?"
"Ini."
Nando nyerahin bukunya ke gue.
"Yaudah, balik ayo." Ajak Nando.
"Mama lo mana?"
"Kenapa?"
"Mau izin lah. Ga sopan banget mau pulang dari rumah orang tapi ga izin."
"Ah. Ga usah. Mama gue maklum kok pasti."
"Apanya maklum?"
Itu bukan gue. Gue sama Nando serempak noleh. Dan di sana ada wanita paruh baya dengan Gisella mengelayut di lengannya.
"Tante." manggil gue sambil tersenyum ramah.
Mamanya Nando ngeliat gue dari atas sampek bawah dan mengernyit binggung.
"Kamu belom pulang ke rumah?"
"Ha?"
Sedetik kemudian. Gue sadar, gue masih pakai seragam sekolah tadi. Dan gue cuma nyengir.
"Iya. Tadi ketoko buku bentar sama Nando. Dan mampir ke sini buat ambil buku ini." kata gue sambil nunjuk buku itu. Dan ketawa canggung.
Tante Ira-namanya mama Nando-, hanya tersenyum maklum.
"Yaudah. Ayo sekalian makan disini. Belom makan kan?"
"Udah. Kami udah makan ma. Aku mau nganter dia. Jadi kami pamit dulu yah. Dah ma. Sel." kata Nando cepat dan narik tangan gue.
Gue noleh ke arah Tante Ira yang keliatan cuma tersenyum pahit ngeliat kepergian kita.
Ada yang aneh. Keliatannya hubungan Nando sama mamanya kurang akrab.
"Nando?"
"Iya?"
Nando noleh. Dan gue mengurungkan diri untuk bertanya. Karena ini bukan urusan gue. Jadi gue rasa gue ga berhak masuk ke privasi orang.
"Ada apa, Cathrine?"
Gue cuma menggeleng.
"Yaudah. Ayo pulang."
---
Gue lagi guling sana guling sini di kasur gue. Gue bosen banget.
Toktoktok
"Masuk aja Do. Gausah sok alim gitu ketuk-ketuk pintu."
Nando masuk ke kamar dengan muka kesal. Dan kenapa Nando ada di sini? Karena Nando selalu disini sampek malem. Sampek gue tertidur baru dia pulang. Baik bukan?
"Lo jadi cewek ga bisa ada manis-manisnya gitu? Judes banget. Dan juga dari tadi lo uring-uringan gini, kenapa?"
"Berisik lo. Gapapa gue cuma bosen. Ada apa?"
Nando duduk dipinggir kasur gue.
"Ada yang nyariin lo di depan."
Gue melotot ke arahnya.
Siapa? Siapa yang tau tempat persembunyian gue?
"Siapa Do? Cewek cowok?"
Nando mengangkat bahu. "Cewek."
"Lo bilang gue ada? Bilang gue ga ada buruan."
"Gue udah bilang gitu. Tapi dia kelewat pinter. Dia ngikutin kita tadi dan liat kita masuk. Jadi gue ga bisa ngelak lagi."
Gue mengacak-acak rambut gue frustasi. Nando ngerapiin rambut gue dan membuat jantung gue berdegup kencang.
"Hadapin masalah lo. Jangan menghindar terus. Gue tau lo bisa. Lagi pula dia keliatan ga jahat kok." kata Nando sambil ngelus-ngelus rambut gue.
Gue menghembuskan nafas bentar.
"Oke. Tapi lo temenin gue yah?"
"Lo manja banget sih."
Gue cuma mencibir.
"Iya gue temenin."
Nando ngegandeng gue kedepan dan gue cuma mandang tangannya dan tangan gue yang bersatu dengan senyum.
"Sanny."
Suara ini.
Gue mendongak. Dan bener aja. Ternyata dia.
"Ada apa lagi?" Kata gue datar.
"Jadi. Disini tempat tinggal lo sekarang. Bersama seorang cowok?" Nana natap gue remeh.
Iya. Nana.
Gue menegang. Gue ga suka tatapan remeh itu. Gue benci.
"Lo mau apa?" kata gue tetap tenang.
Nando memperkuat genggamannya. Gue noleh dan dia tersenyum.
"San. Ayo pulang. Mereka semua merindukan lo. Dan jadilah Sanny gue yang dulu. Lupain semuanya. Kita mulai dari awal. Tanpa Augie." katanya memohon. Tatapan dia melembut.
Gue natap Nana.
Apa dia tau masalah keluarga gue?
"Gue tau, Masalah keluarga lo dari Justine."
Ember juga mulut tuh cowok.
"Kembali. Gue mohon."
"Kalo ngelakuin sesuatu segampang ngomong mungkin gue udah ngelakuin itu. Tanpa perlu kabur, Na." kata gue miris.
"Kalo lo kayak gini. Lo ga beda jauh sama Augie, San. Hanya menghindar dari masalah. Lo ga boleh menghindar dari masalah. Lo harus ngehadapinya dengan kuat." Kata Nana, nadanya udah naik satu oktaf.
"Na. Lo tau rahasia gue sampek mana aja?"
Nana mengernyit binggung.
"Lo bukan anak kandung bokap nyokap lo. Dan pengkhianatan oleh Augie itu."
Ternyata dia belom tau tentang perasaan Justine ke gue. Baguslah.
Gue menghembuskan nafas bentar.
"Lo tau Na. Gue sayang sama lo. Sama keluarga gue. Sayang banget malah. Tapi gue masih butuh waktu. Waktu buat bisa nerima semuanya."
"Tapi ga disini Na. Ga sama cowok ini." Kata Nana sengit sambil natap tajam ke arah Nando.
"Lo salah paham."
"Salah paham gimana? Lo ga takut di apa-apain sama dia?"
Entah kenapa. Denger Nana ngejelekin Nando hati gue panas.
"Dia bukan cowok kayak gitu Na!" kata gue dengan nada lebih tinggi.
"Jadi apa? Kenapa lo mau di bawa sama cowok ini?"
Gue mengigit bibir bawah gue menahan emosi.
"Lo inget pas gue cerita tentang cowok yang nyelamatin gue dari preman yang ternyata suruhan Augie itu?" Gue tersenyum miris ketika gue menyebutkan tentang 'Augie'.
Nana cuma ngangguk.
"Dialah cowoknya. Dia yang nyelamatin gue. Kalo ga ada dia. Mungkin gue ga ada disini lagi Na. Gue udah dibunuh sama preman itu." kata gue menahan air mata gue.
Nando ngerangkul bahu gue. Dan ngelus lengan gue agar tenang.
"Tapi San. Ga harus tinggal berdua bareng dia. Kalo orang tua lo tau. Pasti mereka kecewa."
"Gue ga tinggal bareng dia. Dia ngasih pinjem gue apartemen ini buat gue tinggal sementara. Dan dia disini untuk ngejagain gue. Ngenemin gue. Gue bersyukur karena setidaknya gue ketemu dia. Gue ga ngerasa sendirian didunia ini." kata gue.
Tangisan gue tumpah. Gue ga sanggup nahan lagi.
"Sstt..Cathrine." bisik Nando.
"Lo bisa tinggal sama gue San. Gue ini sahabat lo."
"Sahabat? Arti sahabat itu kalo ga salah saling mempercayai dan ga ada yang namanya rahasia diantara mereka." sindir gue.
Nana terdiam.
"Maafin gue San. Gue ga maksud nyem-"
"Lo boleh pulang sekarang Na. Dan kalo lo masih anggep gue sahabat lo. Jangan bilang ke siapa-siapa gue tinggal dimana. Termasuk Justine." kata gue datar.
Bukannya gue ga mau nerima permintaan maafnya. Hanya aja gue muak denger semua kata maaf. Tapi ga bisa mengubah semuanya.
Nana keluar. Dan sebelum keluar dia natap Nando.
"Jangan apa-apain sahabat gue. Kalo lo ngelakuin itu. Lo ngehadapin gue. Jaga dia baik-baik. Gue pergi."
Suara pintu tertutup diiringi gue jatuh kelantai karena terlalu lemas. Gue meluk lutut gue dan nangis.
"Cathrine. Ada gue. Tenang ada gue."
Nando mengelus-elus rambut gue. Gue mendongak dan langsung meluk dia erat.
"Kayak gini dulu Do. Sebentar aja."
Nando cuma bergumam dan balas pelukan gue.
---
Update egen.
Btw, yang malem mingguan. Gue ucapin Happy Satnite ye~
Yang engga, Happy Sabtu malem(?)
Jangan lupa Vote&Commentnya yah.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro