Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 13

"Lo udah siap?" tanya Nando.

Gue mengangguk ragu. Saat ini gue lagi di parkiran basement mau siap-siap ke sekolah di anter Nando.

Gue menghembuskan nafas bentar.

"Sekolah lo di mana?" tanya gue.

"Kenapa? Buruan naik. Tar telat."

"Sekolah lo dimana?"

"SMA Ir.H.Juanda."

Gue melongo.

"Itu beda arah sama sekolah gue. Kalo lo nganter gue lo bakal telat. Gue mending naik taksi aja."

Baru aja gue mau melangkah pergi, Nando narik tas gue.

"Naik."

"Tapi-"

Gue terdiam pas Nando natap gue tajam. Gue pun naik. Motor jalan dan sampai digerbang sekolah gue.

"Tar kalo udah siap telefon gue atau Line gue yah. Belajar yang bener. Jangan peduliin orang lain."

Nando nepuk-nepuk pala gue. Dan gue cuma nunduk malu.

"Lo masuk sana."

"Lo duluan aja yang pergi."

"Lo masuk dulu."

"Okeoke. Gue duluan yah. Makasih. Dadahh." Gue berjalan masuk sambil melambaikan tangan gue ke arahnya.

"Jadi itu siapa?"

Gue terkejut dan langsung liat ke arah orang yang ngomong sama gue. Dan itu Nana.

Gue cuma ngeliat dia sebentar dan ngelanjutin jalan ke kelas gue.

"Lo kemaren kemana? Keluarga lo nyariin lo. Kita semua khawatir sama lo."

Gue cuma terkekeh bentar.

"Gausah sok peduli."

Setelah ngomong itu. Gue masuk ke kelas dan ngeliat Augie disana. Dia ngeliat gue terkejut. Dan gue cuma natap dia dingin.

Gue duduk ditempat gue. Nana ikut duduk disamping gue. Gue cuma cuek aja.

Bel berbunyi dan menandakan pelajaran dimulai.

"San." Panggil Augie.

Gue diem. Gue masih nulis materi yang di tulis guru di papan tulis.

"Sanny. Maafin gue." kata Augie.

"San-".

Omongannya belom selesai tapi udah gue potong dengan memanggil guru.

"Bu. Saya mau pindah tempat duduk."

"Kenapa Sanny?"

Gue natap mereka berdua.

"Saya ga keliatan tulisan dipapan tulis. Boleh saya pindah?"

"Baiklah. Kamu duduk disebelah Hanny. Hanny kamu keberatan?"

"Tidak bu." jawab Hanny.

Gue beres-beres barang gue dan pindah.

"Secepat itu lo ngelupain masa-masa kita?" tanya Nana miris.

Hati gue mencelos. Tapi gue ga peduli. Gue udah terlanjut sakit hati. Dan setelah pindah pelajaran dimulai dengan tenang.

Teng tong.

Bel istirahat. Gue pun keluar untuk ke kantin karena perut gue dari tadi udah demo.

Baru aja gue mau keluat Justine nyegat gue. Mungkin gue harus nunda acara makan gue.

"Apa?"

"Kak. Lo udah sekolah lagi yah?"

"Menurut lo?"

Gue pergi. Dan tangan gue dicekal sama dia. Kayaknya hobi baru dia adalah nyekal tangan gue.

"Apaan lagi sih? Gue laper Justine."

"Bang Raham nyariin lo."

"Iya gue tau."

"Nomor telefon lo kenapa ga bisa di hubungin?"

"Bukan urusan lo."

Gue pergi gitu aja meninggalkan Justine yang mematung.

Kalo nomor gue ga bisa dihubungan yah pasti karena gue ganti nomor lah. Emang apaan lagi.

Gerutu gue. Gue membeli bakso buat gue dan nyari tempat duduk di pojokan. Gue makan dengan damai. Agak janggal sih karena ga ada suara ribut dari kedua sohib gue itu. Tapi gue harus kebiasa.

"Gue boleh duduk disini?"

Gue ngedongak dan ngeliat Nana. Gue cuma mengangkat bahu acuh.

"San-"

"Diem. Atau gue usir lo dari sini." kata gue dingin.

Dia nurut.

---

Arnando E : udah pulang?

Sanny : udah. Lo ga usah jemput gue deh Do. Gue mau ke toko buku dulu.

Nando : tar barengan sama gue.

Sanny : ga mau. Nanti lo ngerebut buku gue lagi.

Gue terkekeh ngeliat Chat gue yang terakhir. Pelajaran selesai dan gue jalan ke gerbang.

"Nungguin siapa? Ayo pulang."

Gue ngangguk. Gue pikir itu Nando. Pas gue ngehadap belakang ternyata itu Bang Raham.

"Lo?" kata gue kaget.

"Ya. Ini gue abang lo yang paling ganteng." katanya sambil nyengir paksa.

Kalo sekarang situasinya beda. Mungkin gue udah bercandaan sama dia. Tapi sayangnya sekarang udah beda.

Everything has Changed.

"Ayo pulang ke rumah." Kata Bang Raham.

Gue diam.

"Cathrine!"

Gue menoleh dan ngeliat ke arah Nando. Dan gue menghela nafas lega.

Gue jalan ke arahnya. Tapi Bang Raham narik gue.

"Siapa dia?"

"Cowok yang kemaren nyelamatin gue. Dan cowok yang lebih bisa melindungi gue." kata gue dingin.

Bang Raham membeku. Gue tau. Kata gue menohok hati dia. Tapi udah gue bilang berkali-kali gue udah terlanjur sakit hati.

"Sanny. Abang mohon. Pulanglah." kata Bang Raham dengan nada lembut.

Gue goyah. Gue natap Nando. Nando cuma tersenyum. Dan natap gue dengan tatapan -mungkin-udah-saatnya-lo-maafin-mereka-.

"Maaf. Gue masih butuh waktu buat menerima semuanya."

Gue nyamperin Nando yang keliatan binggung.

"Sanny." Panggil Bang Raham.

"Apa lagi?"

"Setidaknya kasih gue tau lo tinggal di mana sekarang."

Gue cuma menggeleng dan tersenyum kecut. Gue naik ke motornya Nando.

"Ayo jalan Do."

Nando diem. Gue nepok bahunya. Nando liat ke arah Bang Raham. Bang Raham cuma tersenyum. Dan nepuk bahunya Nando lembut.

"Pergilah. Jaga adek gue baik-baik. Gue percaya sama lo."

Gue buang muka ke arah lain. Perkataan Bang Raham buat gue luluh. Gue pengen banget meluk Bang Raham sekarang juga. Tapi gue ga bisa.

Motor berhenti di depan cafe-yang dekat dengan toko buku-. Gue turun. Nando nyamperin gue.

"Lo gapapa?"

Gue cuma ngangguk.

"Apa gue harus pindah ke sana untuk ngelindungin lo dari mereka?"

Deg.

Jantung gue berdegup kencang karena mendengar kalimatnya. Gue cuma nunduk.

"Gimana?"

Gue mendongak.

"Jangan bercanda Do. Ga lucu."

"Gue serius. Kalo lo mau gue pindah gue bakal pindah."

Gue natap dia dengan tatapan gapercaya. Dan dia natap gue dengan muka serius. Gue menghela nafas.

"Ga perlu Do. Lo bentar lagi tamat. Mana bisa pindah. Cukup lo nganter jemput gue aja, gue udah bersyukur."

Nando nyelipin rambut gue ke telinga gue. Dan sikap dia yang kayak ini buat pipi gue memerah.

"Yaudah. Terserah lo aja. Ayo masuk. Kita makan dulu."

Gue cuma ngangguk dan jalan disampingnya.

----

Sorry for typo(s)

Gue ga ngecek lagi. Jadi kalo ada kata-kata yang salah mohon dimaklumin.

Vote&Commentnya di tunggu~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro