Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 10

"Lo udah mendingan?" tanya Nando.

Sekarang gue sama Nando lagi duduk di taman.

"Lumayan."

Tapi tetep aja masih keinget.

Gue cuma menghela nafas.

Nando liat jam tangannya.

"Udah jam 10. Ayo pulang."

"Udah jam 10?" tanya gue kaget.

"Iya. Sekarang ayo pulang. Di mana rumah lo?" Nando berdiri.

"Do? Bantuin gue mau ga?"

"Bantuin apa? Asal jangan yang 'iyaiya' deh."

"Temenin gue nyari apartemen dong."

Nando membelalakan matanya. Gue cuma heran aja sama reaksi dia yang terkesan lebay.

"Lo gila? Lo udah ada rumah kan? Buat apa nyari apartemen? Tinggal sendirian itu bahaya tau." cerocos Nando.

Bahaya darimana?

"Gue belom siap pulang." kata gue pelan.

Hening.

"Ah. Baiklah. Ini udah malem gue ga yakin kita bisa dapet apartemen dalam semalem ini. Lo nginep di tempat gue aja dulu."

Gue tersentak dan langsung natap dia.

"Lo gila? Gimana sama orangtua lo?"

"Lo pikir gue segila apa? Gue ada apartemen kosong. Jadi lo tinggal di sana aja dulu."

"Lo ada rumah kan? Jadi kenapa lo ada apartemen juga?"

"Lo kepo banget. Mau atau ga nih?"

"Yaudah kalo lo maksa."

Nando natap gue malas.

"Terserah lo aja deh cing."

"Cing? Apaan cing? Lo pikir gue cacing?" protes gue.

Nando cuma diam dan jalan gitu aja ninggalin gue. Dan gue jalan di belakangnya.

Bruk

Gue nabrak punggung Nando yang tiba-tiba berhenti.

"Eh kucrut. Kalo mau berhenti bilang-bilang dong. Lo kira ga sakit ini ha?"

Gue ngelus jidat gue yang seksi ini. Nando membalikkan badannya dan natap gue.

"Lo mau kasih tau gue tentang masalah lo ngga?"

"Kalo gue ga mau?"

"Silahkan nginep di kolong jembatan sana."

Nando balik dan pergi. Gue otomatis nahan tangan dia.

"Okeoke. Gue ceritain. Tapi anter gue ke apartemen lo dulu. Gue ceritain di sana."

"Oke."

Nando nyalain motornya dan lo naik. Setelah beberapa menit perjalanan. Dan sampailah di apartemen yang dimaksud. Gue cuma bisa berdecak kagum sama apartemennya.

Gimana engga? Ini apartemen yang paling terkenal. Semua orang pengen punya apartemen disini.

"Gausah norak. Ayo masuk." Nando nabok bahu gue.

"Apartemen lo di sini? Lo nyewa atau beli?" kata gue masih kagum.

"Beli."

"Wah, lo sekaya apa sih Do?" kata gue sambil berdecak

"Jadi ntar gue tinggal di sini?" sambung gue sambil natap dia dengan berbinar-binar.

"Lo alay banget sih. Udah deh ayo."

Gue masuk ke lift bareng Nando. Nando tekan angka 23.

Berhubung di lift cuma berdua. Mendadak ide jail terlintas di pikiran gue. Gue menekan semua angka yang ada di lift itu. Di mulai dari angka 24-30 tentunya.

"Ya tuhan Cathrine. Lo kenapa sih? Gue tau lo stress tapi jangan sampek kayak gini." kata Nando sok frustasi.

"Gapapa kali. Asik tau."

"Lo ga pernah naik lift yah?"

"Enak aja. Pernah dong."

Tring.

Baru aja Nando mau bales ucapan gue. Lift udah kebuka di lantai 23. Gue dan Nando keluar.

"Di mana kamar nya Do?" Gue narik tangannya Nando.

Terkesan norak sih. Tapi gue seneng.

Setidaknya gue ngga keingat masalah itu untuk sementara.

Gue jalan di depan Nando. Tiba-tiba Nando narik baju gue. Dan otomatis gue terjengkang ke belakang.

"Apaan sih lo narik-narik. Nyante aja nape sih."

"Ini apartemennya bego. Lo mau kemana?" kata Nando sinis sambil nunjuk pintu di depannya.

Kamar 2345

"Nomornya keren banget."

Nando cuma ngangkat bahu acuh dan menekan kode pintu.

Clek.

Pintu kebuka. Gue langsung masuk ke apartemennya dan berdecak. Apartemen itu mempunyai 2 kamar dan besar.

"Jadi. Lo bisa mulai cerita."

"Apartemen lo bagus yah?"

"Jangan coba-coba mengalihkan topik pembicaraan." kata Nando dengan tajam.

"Iya deh iya."

"Lo duduk dulu. Gue buat coklat panas dulu buat kita." Nando jalan ke arah dapur.

Setelah beberapa menit Nando kembali ke ruang tadi sambil bawa 2 cangkir dengan asap mengepul.

"Ini. Di minum." Nando memberikan salah satu gelas ke gue. Dan gue menyeruput sedikit.

"Sekarang. Lo boleh mulai." kata Nando.

"Lo bener pengen tau?"

"Iya. Gue ga mau kasih bantuan cuma-cuma buat orang yang ga gue kenal. Jadi gue kudu tau lo punya masalah apa. Sampek-sampek lo kayak begini."

Gue mendengus.

Ini anak nolong ga ikhlas banget deh.

"Gue dikhianati sama orang yang gue sayang."

"Itu aja?"

Gue ngangguk ragu.

"Jangan bohongin gue. Gue bisa baca pikiran orang lo."

Gue kaget dan langsung memutuskan kontak mata sama dia.

"Lo bener-bener bisa baca pikiran orang?" Gue panik.

Nando cuma terkekeh.

"Bercanda kok. Gue ga bisa baca pikiran orang. Kalo gue bisa mungkin gue ga tanya lagi rahasia lo apa."

"Bener juga sih. Tapi waktu itu pas di toko buku itu?"

"Gue cuma nebak aja. Dimana-mana kalo orang bukunya diambil pasti kesel."

"Bener juga sih. Eh Do. Lo umur berapa?"

"Umur.... loh kok jadi bahas tentang gue? Rahasia lo belom kelar pret." protes Nando.

Gue terkekeh.

Ingetannya kuat banget yah.

Gue tetep diam.

"Lo dikhianati siapa? Apa orang itu spesial banget?" tanya Nando kepo.

"Iya. Dia itu sahabat gue. Gue udah percaya sama dia. Tapi dia malah mengkhianati gue dengan nyewa preman-preman waktu itu supaya bisa menghancurkan hidup gue."

Nando keliatan kaget.

"Jadi preman waktu itu?"

Gue tersenyum miris kalo ngingat itu lagi. Untung aja ada Nando. Kalo waktu itu ga ada Nando. Mungkin usaha Augie berhasil.

"Iya. Dia. Alasannya klise. Iri karena hidup gue yang menurut dia terlalu sempurna."

"Sempurna? Bagaimana dengan lo? Lo juga nganggap hidup lo sempurna?"

"Iya. Sempurna banget. Kasih sayang keluarga gue dan sahabat gue. Kepintaran gue. Siapapun mau hidup kayak gue kan?" tanya gue sambil terkekeh.

"Terus? Lo kabur dari rumah karena dikhianati sama sahabat lo doang? Mana ada nyambungnya sama rumah. Kalo dia bakal nyari-"

"Lo dengerin dulu. Gue belom selesai. Lo udah main tancap aja." kata gue gemes liat tingkahnya.

Nando cuma ngaruk rambutnya.

"Gue..ternyata gue bukan anak kandung orang tua gue. Gue kecewa sama mereka kenapa ga bilang dari awal sama gue." kata gue pelan. Tapi masih bisa di dengar.

Hening.

Gue nangis lagi. Rasa sakit itu datang lagi.

"Maafin gue." kata Nando.

Gue mendongak ngeliat dia.

"Kenapa?" Gue menghapus air mata gue.

"Maafin gue karena maksa lo buat ngeingat masalah ini." kata Nando dengan muka penyesalan.

"Haha. Gapapa. Gue malah berterimakasih sama lo. Lo udah ngasih gue tempat tinggal dan tempat curhat." kata gue dengan tersenyum hangat.

"Lo cantik Cat kalo senyum."

Pipi gue memanas. Dan jantung gue berdegup cepat. Kenapa? Gue juga ga tau.

Mungkin karena dia manggil gue dengan Cathrine.

Nando terkekeh.

"Yaudah gue tinggal dulu. Jangan bikin apartemen gue yang indah ini jadi berantakan. Kamar lo ada di sana yah."

Nando nunjuk ke arah pintu yang menghadap ke ruang tamu.

Gue cuma ngangguk. Tapi gue keingat sesuatu lagi. Dan gue narik bajunya.

"Apa lagi sih?" tanyanya ga sabaran.

"Gue ga ada baju. Jadi gimana?"

Nando nepok jidatnya. Dan jalan ke arah kamar dekat pintu masuk.

"Nih. Pake punya gue aja dulu. Besok lo kita beli baju buat lo."

Nando memberikan kaos oblong beserta celana pendek yang mungkin kebesaran buat gue.

"Makasih."

"Hmm. Gue duluan. Jaga baik-baik apartemen gue."

"Iyaiya bawel banget sih lo."

Nando mendengus dan pergi.

---

Updatee egen~~

Vote&Commentnya ditunggu.~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro