Chapter 3: Kepiting Kelapa-Zo
Kotak yang terbawa arus akhirnya sampai di hutan bakau yang akar-akarnya sungguh menakutkan. Sea dan Bell keluar dari kotak, mereka melonca dan mendarat di akar pohon bakau.
"Kakak, akar-akar ini membuatku tidak nyaman," gerutu Bell.
"Kalau begitu cakar saja," jawab Sea sambil mencakar salah satu akar pohon bakau, terlihat bekas cakar Sea mengelurakan cairan kemerah-merahan, pohon aneh pikir Sea, "pohonya berdarah."
"Kakak, lihat batu ini," kata Bell sambil mengoyang-goyangkan seekor kepiting yang menyerupai batu, mata kepiting itu muncul seperti kepala jarum peniti, kedua capitnya terangkat, si kepiting juga mengeluakan suara aneh.
"Hohoho!" kepiting itu tertawa lucu, si kepiting selalu tertawa saat Bell menyentuhnya.
"Jangan gangu Crabull tua, anak kucing!" seru seekor kepiting yang muncul dari sela akar bakau, si kepiting itu besar dan kedua capitnya berwarna merah, wajahnya garang, dan setiap dia mengucapkan kata hurup hidup dari a-e-i-o-u, dia selalu menyemburkan buih dari mulutnya.
"Aku tidak mengganggunya," kata Bell, "Crabull kelihatnya suka disentuh."
"Tapi harus hati-hati, dia sedang berjemur, banyak lumut dan parasit ditubuhnya," kata sang kepiting.
"Hah!" Kata Bell terkejut dan langsung mengibas-ngibaskan tanganya dengan jijik, terlihat dimulut sang kepiting itu mengelurakan banyak buih.
Sea tiba-tiba melompat kebelakang si kepiting, "siapa namamu tuan kepiting?"
"Crodik, nak," kata si kepiting, saat dia berkata sampai kehurup o, i dan a, mulutnya berbuih, melihat itu Bell tertawa tepingkal-pingkal. "Dari mana asal kalian?"
"Dari Pulau Kucing," Jawab Sea.
"Pulau Kucing? Aku tidak tahu itu dimana. Apa kalian dibuang?"
"Kami tidak dibuang."
"Kalian kucing Indonesia atau Australia?"
"Entahlah, banyak hal yang kami tidak tahu."
"Baiklah, kalian harus ikut denganku, kita akan menemui Crabizo atau si kepiting kelapa Zo yang bijak, dia pemimpin disini, para pelancong sepeti kalian harus melapor dengannya."
Maka Sea dan Bell berajalan kearah hutan bakau bersama Crodil, petualang merekapun segera dimulai.
Crabizo atau dipangil dengan sebutan si kepiting kelapa Zo. Zo sedang bertenger terbalik disebuah pohon bakau, sementara dibawah pohon tempat dia bertenger banyak sekali kepiting bakau yang asik makan lumut.
"Aku mendengar dari para lalat dan kumbang mayang, musim kelapa tahun ini bagus. Aku akan kedarat dan akan mengundang kalian menghadiri pesta buah kelapa, kelapa itu rasa airnya lucu dan dagingnya lembut," kata Zo.
"Tapi kulitnya sekeras kayu," kata para kepiting.
"Zo!" seru Crodil, "aku menemukan dua anak kucing. aku rasa mereka dibuang manusia dan tidak sengaja datang kesini."
"Siapa nama mereka? dan dari jenis apa?" Tanya Zo.
"Yang hitam namanya Sea, dan yang putih bernama Bell, jenisnya aku tidak tahu, mungkin Persia campur."
"Mungkin kucing Persia dari Jakarta atau Anggora Bengkulu, sulit membedakan mereka karena sama-sama lucu dan suka mengeong," kata Zo. "Baiklah, periksa mereka."
Beberapa kepiting muncul, para kepiting itu membawa pengaris, jangkar, kaca pembesar, pensil, kertas, dan obeng.
"Kenapa kau membawa obeng Crodidi," kata salah satu kepiting pencatat yang membawa pensil dan kertas, kepiting pencatat itu sangat suka kesal dan menangis secara tiba-tiba, naman kepiting itu adalah Cronis.
"Aku penasaran saja, mungkin ada baut yang kendor ditubuh mereka," kata Crodidi.
"Crodidi! Bersikaplah sopan dan dewasa," kata Cronis yang suka kesal, emosinya sering naik turun seperti roler couster.
Setelah lama memeriksa para kepiting bingung.
"Maaf Pemimpin Zo, para anak kucing ini sedikit aneh, besar dan berat mereka tidak kami pahami, bulu mereka juga terlalu tebal seperti selimut di bulan Desember, maksut kami, mereka lebih besar dari pada ukuran kucing normal, ini membingungkan kami," kata para kepiting.
"Kalian tidak usah bingung, catat saja dan berikan laporanya padaku, kemungkinan mereka tumbuh besar karena sering minum susu berlemak," kata Zo. "Dari mana anak kucing ini datang?"
"Katanya dari Pulau Kucing," kata Crodil.
"Pulau Kucing? Belum pernah dengar. Kenapa jadi rumit sekali," kata Zo sambil mengaruk kepalanya.
"Sudah selesai, ini pengamatan dan grafik juga ada diagram, serta tabel-tabel data yang anda perlukan," kata kepiting pencatat, mereka mencatat disebuah kertas, dan catatan mereka tidak bisa disebut sebuah catatan, di kertas itu hanya coret-coretan aneh yang tidak beraturan, lalu catatan itu diserahkan pada Zo, Zo melihatnya dengan serius.
Zo? Ya ampun Zo, dia tidak serius melihat catatan itu, Zo sebenarnya juga tidak mengerti dari hasil coret-coretan para kepiting, para kepiting pencatat itu bisa dikatakan ngaur, tapi begitulah Zo, dia sok tahu dan sama ngaurnya.
"Hmmm, iya aku mengerti. Iya ini normal, kalau data yang ini sedikit abnormal dan ambigu, grafiknya bagus ada peningkatan mutu dan harga sahamnya naik, juga ada singkronisasi di area negatif. Aku mengerti, tapi semua ini harus dipertimbangkan lagi," itulah Zo, dia suka sekali menggelurkan istilah dan kata yang tidak pernah didengar para kepiting, namun para kepiting berpikir istilah-istilah yang disebutkan oleh Zo itu keren, walau mereka tidak tahu artinya.
Sebenarnya Zo sendiri tidak bisa membaca, Zo hanya membeo dari obrolan para aktifis lingkungan yang sering berkunjung kehutan bakau.
"Ada erosi disekitar data, juga erupsi yang harus dikendalikan dalam proyek kanal konjungsi," semua kepiting mendengrakan ocehan Zo, mereka mengira ocehan itu adalah pembicaraan kelas tinggi seorang pakar.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro