▷Yayoi Haru
◇◇◇
Musim semi.
Dua kata yang sangat cocok untuk dirinya, Yayoi Haru. Ditambah dengan pertemuan kalian saat Hanami, makin menambah kesan musim semi pada dirinya.
Ya, kalian berdua bertemu saat kau tengah melakukan hanami di pinggir sungai bersama dengan keluargamu. Niatnya datang kesana untuk sekedar berekreasi, namun tak disangka kau bertemu dengan sosoknya.
Iris kalian saling bertabrakan satu sama lain. Pandangan pertama, ia mengulas senyum yang mampu membuat jantungmu berdetak lebih cepat. Ah ... mungkin inilah yang sering dikatakan orang-orang.
Jatuh cinta, itu yang tengah kau rasakan ketika pertama kali melihat sosoknya. Pertemuan itu merupakan takdir yang membawa kalian bersama-sama hingga sekarang.
"Haru-san! Apa yang sedang kau lakukan?" tanyamu penasaran ketika melihat dirinya yang sedang sibuk dengan sesuatu.
Ia menoleh lalu memperlihatkan senyum tampan―yang menurutmu ala keibuan, "[Name] ya, aku hanya sedang mengurusi buku-buku di rak ini."
Kau bergumam seraya mengangguk, senyum tipis lalu terulas di wajahmu. Mungkinkah kau menyukai dirinya karena sifatnya yang tenang, kalem, dan gentleman?
"[Name]? Ada apa?"
Lamunanmu buyar, kau mengerjapkan irismu, memproses apa yang sedang terjadi. Butuh waktu beberapa detik dan wajahmu dipenuhi dengan semburat merah.
Bagaimana tidak kaget? Wajah kalian hanya terpaut beberapa senti saja. Segera, kau menjauhkan dirimu darinya. Namun, bukannya menjauh ... kau malah terjatuh, tepat di dekapannya.
Astaga, ceroboh sekali aku!, batinmu setengah menggerutu dan setengah bersyukur.
Dia terkekeh melihat tingkahmu. Buru-buru kau menjauh dari dekapannya lalu menunduk, "M-maaf, Haru-san ... aku tidak bermaksud."
"Haha, iya aku tau kok. Lain kali jangan melamun lagi yah."
Dia pun membalikkan badannya, berjalan pergi menjauhi dirimu. Mendengar penuturannya, kau hanya bisa mengembungkan pipimu sambil mengomel sendiri tentang kecerobohanmu.
"Chotto! Haru-san, aku tadi tidak melamun," sungutmu yang membantah kenyataan yang ada. Sejenak, dia membalikkan badannya, memasang senyum lalu berjalan ke arahmu.
Kau menegak ludahmu pelan ketika ia berjalan ke arahmu. Entah kenapa, kau merasa menyesal karena berusaha membantah perkataannya tadi yang sudah jelas adalah kenyataan.
Kau merasa was-was dengan perilakunya dan perasaanmu sepertinya benar. Terjadilah kabedon diantara kalian berdua. Kau menutup matamu dan mulai membayangkan hal-hal yang aneh.
Tak!
"Itta!"
"Nah lho, kau barusan memikirkan apa tadi?" tanyanya masih disertai dengan senyuman. Wajahmu memerah, dengan cepat kau menggelengkan kepalamu, menanggapi pertanyaannya.
Setelah melihat responmu, ia berjalan pergi―benar-benar pergi meninggalkanmu sendirian di ruangan itu sembari berpikir, "Ah, kenapa perasaanku bisa semi padanya?"
◇◇◇
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro