Takamura Shiki
Kopi.
Kau menghela nafas ketika bau yang kau benci itu kembali tercium oleh indramu. Lagi, Rikka membuatnya untuk Shiki yang terus-terusan lembur dalam rangka menulis lagu.
Walau minuman itu hanya tercium sebentar, namun itu membuat kepalamu pusing. Padahal mereka sudah tau kalau kau membenci baunya, tapi tetap saja mereka tidak mengindahkannya dengan alasan agar kau dapat terbiasa.
"[Name]? Kau kenapa?" tanya Shiki ketika melihatmu terbaring di sofa dengan tangan yang menutupi kepala.
Kau facepalm lalu mengeluh dengan wajah kesal, "Ini karena kopimu. Jauhkan itu dariku, baunya ugh ...."
"Oh, kau pusing karena baunya?" tanyanya dengan wajah datar. Perempatan imaginer muncul di dahimu.
"Tentu saja! Baunya ughhh ... Kenapa kopi baunya seperti itu?"
"Ini adalah bau khas. Bersyukurlah karena bau ini yang membuatku dapat menulis lagu semalaman." Shiki menutup matanya, mengangguk lalu meminum kopinya dengan tenang di sampingmu. Kau heran dengan pecinta kopi, sebegitu enaknya kah? Padahal baunya seperti itu.
Oh jangan tanyakan reaksi Tsubasa saat mengetahui kau membenci kopi. Dia hanya tertawa lalu mulai menggodamu dengan kopi. Bersyukurlah Dai dan Rikka tidak ikut-ikutan sepertinya.
Tapi apa yang Shiki bilang tadi? Bersyukur? Haha, bersyukur pada sesuatu yang membuatmu sakit? Seketika mood-mu jadi buruk. Kau pun bangun lalu mengambil kopi itu darinya.
"―Tunggu [Name], apa yang kau lakukan?"
"Ugh, aku tidak akan memberikan kopi ini dan akan terus mengambil kopimu."
"Baiklah, aku akan meminumnya jauh dari jangkauanmu tapi pertama-tama berikan dulu kopi itu padaku."
Shiki menatapmu. Kau menggelengkan kepalamu. Masih memegang kopi itu sembari menahan rasa pusing yang mulai menjalar di kepalamu.
Kau meringis, Shiki menatapmu khawatir. Belum sempat kau ingin membuka mulut, gelas itu telah berada di tangan Shiki dan kau pun terjatuh karena tidak bisa menahan pusingnya. Beruntung karena Shiki menahanmu ketika kau terjatuh.
"Sudah kubilang berikan dulu kopi itu padaku. Nah jadi begini 'kan," ujar Shiki sambil menghela nafas.
Ia pun berjalan ke dapur yang terletak di belakang sofa, menaruh kopinya kemudian berjalan ke arahmu dan mengangkatmu ke kamar Rikka yang merupakan sepupumu.
"Beristirahatlah. Lain kali aku akan menjauhkan kopi itu padamu."
Kau mengangguk kemudian ia menyelimutimu dan pergi keluar dari kamar.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro