Akashi Seijuuro
Musim dingin.
Kau bertemu dengan pemuda bersurai merah di Tokyo Tower. Akashi maupun kau sama-sama mengalami hal itu. Ya, cinta pada pandangan pertama begitulah kata orang.
Namun kalian berdua tidak bisa menjalani hubungan karena pertunangan Akashi dengan teman masa kecilnya. Walaupun perasaan kalian berdua sudah pasti, tapi tetap saja kau khawatir.
"Sei-kun, kau mempunyai tunangan 'kan?"
Akashi yang melihat kegelisahanmu hanya bisa tersenyum. Soal pertunangan, ia bisa melakukan cara apapun dan seorang Akashi pasti bisa membatalkannya.
Soal tunangannya, Akashi tidak memiliki kendala soal itu. Hanya saja kali ini lawannya adalah ayahnya.
"Tenang saja, lagipula tunanganku hanya kuanggap sebagai adik kecil. Aku tidak memiliki rasa yang lebih dari itu."
Senyuman hangat dari Akashi Seijuuro membuat kepercayaanmu kembali. Kau mengangguk lalu menatap jendela. Sementara Akashi sibuk memikirkan agar pertunangannya bisa batal.
Sebenarnya, ia sudah berbicara dengan tunangannya mengenai dirinya yang sudah memiliki pacar. Akashi tau kalau gadis itu memang memiliki perasaan untuknya. Namun jawaban yang ia berikan saat itu adalah ....
"Euh, berikan aku waktu untuk menjawabnya Seijuuro."
Dan beruntunglah Akashi beberapa saat setelah itu, gadis itu memutuskan untuk mendukung hubungannya dengan dirimu.
Kalian berdua menghadiri pernikahan Kise, teman seangkatan juga mantan setim Akashi sewaktu SMP dulu. Disana, kalian berdua memperhatikan betapa bahagianya mereka.
Ah, Akashi jadi berharap. Semoga saja, kehidupannya selanjutnya akan bahagia seperti teman-temannya.
"[Name]? Besok mulai masuk musim dingin dan tak lama lagi ulang tahunmu, apa kau tidak menginginkan sesuatu sebagai hadiah?" tanya Akashi setelah kalian berdua pulang dari menghadiri pernikahan Kise.
Kau menoleh, lalu tersenyum tipis, senyum yang mampu menaklukan sang emperor ini. "Bagaimana kalau mengunjungi makam ibumu? Kau bilang akan membawaku kesana kapan-kapan bukan?"
Mendengar jawaban yang tak biasa itu, Akashi hanya mampu membalas senyummu. Mengiyakan ajakanmu yang memang tak mampu ia tolak.
Dan disinilah kalian berdua, berhadapan dengan batu nisan yang bertuliskan nama lengkap dari ibunda Akashi Seijuuro. Kau dan Akashi berdoa, memanjatkan agar di alam sana ibu Akashi selalu berbahagia. Tak lupa Akashi menceritakan segala hal mengenai hubungan kalian berdua.
Irisnya sendu, meratapi batu nisan di hadapannya. "Sei-kun," panggilmu memecah kesedihan Akashi untuk sementara, memanggilnya untuk segera tersadar dari lamunannya.
"Ehm, aku meminta restu ibumu. Oh, juga mohon agar ibumu membantu kita agar ayahmu merestui hubungan kita."
"Kau benar. Kalau begitu, aku juga akan meminta restu."
Akashi tersenyum begitu pula kau. Sudah lama ia tak merasakan perasaan seperti ini, perasaan yang hanya hadir saat ... Ibunya masih hidup.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro