
---8. Kehidupan Lalu---
Readers,
Sesuai deskripsi di depan, cerita ini genrenya campur aduk romance, horor, dan fantasi.
Mulai dari sini, ada banyak halu mistis ciptaan penulis.
Siap-siap ya.
Yang nggak suka soal mistis, lewati aja karena toh bukan hal nyata.
❦❦❦
Setelah kesepakatan lamaran itu, Brian masih bertahan di Malang dua hari lagi. Pada hari keempat, ia pulang karena akan menemui adiknya yang kuliah di Jakarta sebelum kembali ke rumah ibunya di Palangka Raya. Hari masih gelap ketika ia dijemput mobil travel.
Yuendri melambai pada Brian yang telah berada di mobil yang akan membawanya ke Bandara Juanda Surabaya. "Kalau ke Malang lagi, langsung ke sini aja," pesannya.
"Siap, Om! Saya pasti menginap di sini lagi. Makasih banyak!" jawab Brian dengan senyum lebar. Binar wajahnya jelas terang benderang karena tengah berbahagia.
Sejak mengabarkan rencana lamaran dua hari yang lalu, Brian memang terlihat bahagia. Yuendri mengucapkan selamat dengan tulus. Namun, saat melepas pemuda itu pagi ini, ada yang tiba-tiba mengganjal di hati. Semacam rasa pilu yang tidak jelas dari mana asalnya.
Yuendri terus berdiri di depan gerbang, memandang kepergian mobil berpenumpang tujuh itu. Baru ketika kendaraan Brian menghilang di tikungan jalan, Yuendri melangkah perlahan menuju rumah. Udara dingin membuat lelaki berambut putih itu bergegas masuk.
Rumah kembali lengang setelah kepergian Brian. Hanya terdengar dengung mesin cuci dari kejauhan. Satu-satunya asisten rumah tangga sedang pergi berbelanja di pasar subuh, meninggalkan mesin cuci otomatis itu bekerja sendiri.
Perlahan, Yuendri duduk di kursi makan yang menghadap taman belakang. Pintu berdaun dua yang terbuka lebar membuat udara sejuk masuk ke rumah dengan leluasa. Kusen kayu membentuk bingkai bagi pemandangan taman. Ini adalah posisi duduk favorit Yuendri di pagi hari. Menyeruput teh dan mengunyah biskuit sembari melihat tanaman dan pancuran kecil sungguh membelai hati.
Tangannya bergerak memegang gagang cangkir teh sembari mengamati taman kecil yang remang-remang diterangi cahaya lampu. Entah mengapa, pikirannya tak bisa lepas dari Brian seolah ia bertanggung jawab pada nasib pemuda itu. Sekonyong-konyong, pemandangan taman berubah menjadi pendopo model Jawa yang bagus. Yuendri terkesiap. Penglihatan dari masa lalu itu datang lagi!
Seorang perempuan muda, berpakaian kain batik yang indah dengan perhiasan gelang, kalung, dan giwang dari emas, duduk diapit dua dayang-dayang. Agaknya perempuan dari zaman kuno itu kaya raya. Ia bersimpuh di balai-balai kayu yang berukir indah, ditemani banyak orang.
Yuendri sangat terkesan dengan penampilan perempuan itu. Ia masih muda, namun matang, sama sekali bukan perawan kencur. Pancaran matanya terlihat berwibawa. Yuendri yakin wanita itu tidak hanya kaya raya, namun juga berkuasa.
Menilik dandanan dan suasana sekitar, kemungkinan wanita itu akan dipinang. Seorang pemuda berpakaian sama-sama mewah hadir diantar oleh rombongan keluarga. Sederet pembantu membawa rupa-rupa hadiah mendahului kedatangannya. Menilik wajah si pemuda, ia lebih muda dari calon istrinya.
Hal aneh tidak berhenti sampai di situ. Pemuda itu datang dengan setengah diseret. Ia bahkan dipaksa duduk. Wajahnya tegang dan tidak mau memandang sang calon istri.
Orang-orang kemudian memulai acara dengan takzim. Seorang pemuka agama melantunkan doa panjang seperti nyanyian. Aroma harum dupa segera memenuhi area itu. Suasana yang semula riuh, berubah mistis.
Sekonyong-konyong, muncul seorang gadis yang berpakaian bagus, namun berantakan. Gadis ini benar-benar perawan kencur, masih sangat muda. Ia berteriak nyaring sembari berlari menerobos ke tengah acara. Belum sempat orang-orang mengatasi kekagetan, gadis itu telah menusukkan badik ke jantungnya sendiri. Tak ayal ia roboh bersimbah darah di hadapan kedua calon pengantin. Sang pemuda bangkit, lalu dengan cepat mengambil pisau dari tangan si gadis ....
"Bapak mau sarapan apa?" Terdengar suara asisten rumah tangga yang baru datang dari pasar. Wanita itu berdiri di ambang pintu yang menghubungkan ruang makan dengan taman belakang. Tangannya masih menenteng keranjang belanja.
Adegan berdarah itu buyar dan lenyap seketika. Yuendri pun terlempar kembali ke masa kini. "Oh, saya mau nasi goreng. Bikin yang pedas, ya."
"Nggih, Pak. Permisi ...." Dengan membungkuk hormat khas orang Jawa, wanita paruh baya itu bergegas ke dapur. Ruang tengah itu kembali lengang.
Pinangan, paksaan, bunuh diri.
Yuendri mendesah. Ia tidak tahu arti penglihatan barusan. Satu hal yang ia yakin, perempuan yang akan dipinang itu adalah Brian di kehidupan lalu. Lantas siapa pemuda dan gadis yang bunuh diri di depannya itu? Ikatan karma apa yang telah terjadi dan harus diselesaikan di masa kini?[1]
Yuendri meraih telepon untuk menghubungi Brian. Lelaki itu pasti masih di sekitar Malang.
"Ya, Om?" sahut Brian.
"Kamu masih di Malang?"
"Masih, Om. Mobilnya muter dulu buat menjemput penumpang lain."
"Mmm, soal lamaranmu. Apa Vivi mau dengan sukarela?"
Ada jeda beberapa detik sebelum Brian menjawab, "Iya, Om."
Jeda itu membuat Yuendri curiga. "Bener begitu?"
Terdengar desahan Brian. "Dia nggak punya calon lain. Mau sama siapa kalau bukan sama saya?"
Jawaban Brian membuat Yuendri mengembuskan napas panjang. Kalau begini, alamat ia tidak bisa hidup tenang. Sudah pasti dirinya terseret-seret dalam pusaran masalah Brian. Padahal ia ingin menikmati masa tua dengan aman, dan tenteram, lalu meninggal dengan damai. Mengapa malah mendapat tugas mengurus anak-anak orang ini?
____________
[1] Berdasarkan laporan kasus-kasus psikiatri dan hasil teknik regresi psikoanalisis, para dokter menduga bahwa kehidupan di masa lampau itu memang ada. Seseorang bisa menjadi lelaki atau perempuan di kehidupan yang dulu. Aliran-aliran spiritual tertentu meyakini adanya ikatan karma masa lalu yang mempengaruhi hubungan satu orang dengan yang lain di kehidupan saat ini.
❦❦❦
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro