Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

(8) Warta Astha : Permaisuri Terpilih


| 𝐓𝐇𝐄 𝐑𝐈𝐕𝐄𝐑 𝐎𝐅 𝐏𝐀𝐒𝐓 & 𝐅𝐔𝐓𝐔𝐑𝐄 |

Tidak seperti yang disangka oleh Bayu, ternyata sesampainya di Istana ia tidak mendapatkan sambutan ramai di depan pintu ruangan, justru ia harus menghadapi sengit dan panasnya suasana konferensi kerajaan yang akan segera berlangsung. Pendapa istana yang digunakan untuk konferensi cukup luas, tampak jika petinggi dewan internal kerajaan terbagi menjadi dua kubu berbeda, dan ditengahnya dibatasi oleh singgasana Raja, Ratu, dan Putra Mahkota. Bayu menelisik ke arah singgasana, terlihat seorang pria paruh baya duduk di tempat tersebut. Lelaki itu mencoba menerka-nerka, siapakah nama dari sosok di hadapannya itu. Ia mulai mengingat-ingat satu persatu beberapa nama Raja Tarumanegara yang pernah berkuasa.

“Siapa Raja sebelum Purnawarman? Raja kedua setelah Jayasinghawarman, hmm… Astaga, bagaimana aku bisa lupa begini?” Bayu bergumam pelan sembari berusaha berpikir.

“Wisnuwarman? Ah, bukan, dia itu anaknya Purnawarman. Hmm… Dharmayawarman?”

Bayu menjentikkan jarinya puas, akhirnya ia menemukan jawabannya. “Wah, suatu kehormatan bisa melihat langsung Raja kedua Kerajaan Tarumanegara yang terkenal sangat religius itu.”

Cakrawarman mendekat ke arah Bayu. “Kakanda, kau harus segera menempatkan diri ke singgasana, konferensi kerajaan sebentar lagi akan dimulai.”

“Bagaimana dengan kau? Bukankah kau harus ikut juga?” tanya Bayu.

“Aku akan duduk di bawah singgasana, bersama jajaran para menteri, keluarga kerajaan, dan dewan internal.”

“Baiklah,” Bayu mengangguk paham, lalu segera naik ke atas singgasana dan duduk di dekat kursi Raja, meskipun letak tingginya sedikit berbeda. Sama seperti podium kemenangan pada umumnya, letak tinggi singgasana seperti juara pertama, sedangkan singgasana Ratu dan Putra Mahkota seperti podium juara kedua dan ketiga.

Bayu sedikit tercengang setelah mengamati bahwa ruangan ini terlihat sangatlah megah dan berkilauan. Pantas saja nama Kerajaan Tarumanegara sangat masyhur dan tersohor meskipun tidak seperti Kerajaan Sriwijaya ataupun Kerajaan Majapahit. Namun yang pasti, reputasi kerajaan ini tidak dapatkan diremehkan begitu saja.

"Kau pergi kemana? Semua orang disini kebingungan mencarimu," tanya Dharmayawarman pada Bayu.

Lelaki itu berjengit terkejut, tidak mengira jika Sang Raja akan mengajaknya berbicara. "Maafkan saya, Ayahanda. Saya lupa kalau ada konferensi kerajaan hari ini," jawab Bayu sekenanya. Ia belum bisa memahami situasi ini.

Dharmayawarman hanya mengangguk dan tidak membalas ucapan Bayu, lalu beliau memalingkan wajah ke arah para pembesar yang hadir di konferensi saat ini, kemudian memberikan kode kepada Kepala Hakim untuk lekas memulai konferensi kali ini.

"Perhatian, konferensi kerajaan akan kita mulai!" seru Kepala Hakim dengan lantang. Seluruh menteri, dewan internal, dan keluarga kerajaan yang awalnya riuh bersuara langsung mengunci lisan masing-masing, dan menundukkan kepalanya sembari menyedekapkan tangannya dibawah perut.

Jujur saja, Bayu sungguhan bingung sekaligus khawatir, bagaimana cara dia menghadapi kejadian ini? Harusnya dia mendapatkan briefing  dari Ayuni terlebih dahulu sebelum dilempar ke dalam sungai. Kalau nanti terjadi sesuatu diluar rencana atau kendalinya, maka ia akan menyalahkan secara sepenuhnya kepada Ayuni, perempuan itu harus bertanggung jawab karena telah menyeretnya ke zaman antah berantah tanpa persetujuannya sama sekali.

"Sebelum kita memulai pembahasan mengenai pengadilan kerajaan secara internal, aku akan mengumumkan suatu hal yang penting." ungkap Sang Raja Dharmayawarman.

Semua orang yang berada disitu mulai berbisik-bisik penasaran, kira-kira apa yang hendak disampaikan oleh Raja di awal konferensi kerajaan ini? Bayu pun ikut merasa ingin tahu, meskipun seharusnya ia bukan bagian dari mereka, melainkan hanya pendatang yang menyusup di tubuh Purnawarman.

"Setelah memimpin kerajaan selama hampir satu dasawarsa, aku merasa bahwa pengabdianku kepada seluruh rakyat Tarumanegara telah selesai, dan aku ingin mendekatkan diri kepada Sang Hyang Widhi dan Dewa Trimurti melalui pendermaan diri. Maka dari itu, aku mengumumkan untuk menyerahkan tahtaku kepada Putra Mahkota, Purnawarman, dan aku melepas gelar kerajaanku untuk bertapa di Sungai Chandrabraga."

Bayu kembali dibuat kaget usai mendengar pernyataan dari Dharmayawarman, rupanya ia sedang menyaksikan peristiwa bersejarah yang pernah ia baca di Kitab Pustaka Pararatwan, yaitu disaat Dharmayawarman mengangkat putra sulungnya, Purnawarman menjadi Raja penerusnya, karena ia ingin bertirakat semedi menghamba pada Para Dewa hingga akhir hayatnya. Tentu saja yang merasa terkejut tidak hanya Bayu, melainkan seluruh orang yang berada di tempat itu. Mereka mengira jika Dharmayawarman akan meneruskan kepemimpinannya hingga tutup usia, seperti yang dilakukan ayahnya, yakni Jayasinghawarman.

Dharmayawarman kemudian menatap Bayu dengan sorot mata penuh pengharapan dan rasa percaya. "Aku titipkan kerajaan ini padamu, wahai Putraku."

Mendengar hal itu membuat hati Bayu terenyuh. Tapi—hei, bukan dia yang seharusnya mendapatkan ucapan itu! Semestinya Purnawarman asli yang menerima titipan amanah tersebut secara langsung.

Akhirnya Bayu hanya menundukkan kepalanya dan tersenyum kecil. "Terima kasih, Ayahanda."

Sungguh, Bayu tidak tahan dengan sandiwara 'berpura-pura menjadi Purnawarman' ini. Belum genap satu hari ia berpindah ke zaman ini, ia sudah dimandatkan untuk menjadi Raja penerus ayahnya. Ia benar-benar tidak tahu apa yang harus ia lakukan sekarang. Namun disisi lain, ia tidak bisa terus-menerus bersikap bodoh dan terlihat tidak tahu apapun. Ia harus segera beradaptasi secepatnya kalau ia ingin tetap bertahan hidup di dunia ini.

"Segera laksanakan penobatan Putra Mahkota secara resmi secepatnya, dan segera gelar pesta pernikahannya dengan calon permaisuri yang sudah ditentukan, ini adalah perintah Raja!" seru Dharmayawarman dari atas singgasananya.

Seluruh Menteri, Keluarga Kerajaan, dan Dewan Internal bergegas bersujud menyembah Dharmayawarman. "SENDHIKO DHAWUH, PRABU!"

Bulu kuduk Bayu meremang menyaksikan kejadian tersebut. Semua orang disana bertekuk lutut ke arah singgasana, tanda bahwa mereka semua patuh dan tunduk kepada Raja mereka. Namun tak berselang lama, berdiri seorang Dewan Internal, kemudian ia membungkukan tubuhnya di depan Raja.

"Ampun beribu ampun, wahai Raja Dharmayawarman. Tapi beberapa di antara kami tidak setuju dengan calon permaisuri yang telah terpilih. Kami menyarankan jika lebih baik Putra Mahkota Purnawarman menikahi Dyah Maheswari Bajramuara dari Kerajaan Indhraprahasta!"

Bayu melipat dahinya, kebingungannya pun membuncah tinggi. Sepertinya ia pernah mendengar nama itu dalam Naskah Wangsakerta, maupun di beberapa kitab sejarah lainnya. Namun ia memang hanya beberapa kali membaca tentang Kerajaan Indhraprahasta. Apa yang sedang terjadi sekarang? Kenapa mereka menentang calon permaisuri yang sudah dipilih?

"Wahai Menteri Pertahanan, apa alasanmu mengatakan hal itu? Bukankah sudah dari jauh hari kita menentukan bersama, siapa Putri Kerajaan yang akan dipersunting oleh Purnawarman?" tanya Dharmayawarman.

"Maafkan kelancangan saya, Yang Mulia. Tapi kita tidak dapat melupakan jasa dan bantuan dari Kerajaan Indhraprahasta selama kita terpuruk. Apakah Yang Mulia ingat, siapa yang menolong Kerajaan kita saat banjir bandang melanda daerah kita? Siapa yang pertama kali mengirimkan bantuan makanan saat bencana alam itu terjadi? Siapa yang paling peduli hingga menyediakan lahan untuk kuburan massal saat kerajaan kita berkabung karena kehilangan separuh rakyatnya? Kerajaan Indhraprahasta lah jawabannya."

"Akan lebih baik jika kita mempererat hubungan antar kedua Kerajaan dengan menikahkan Putra Mahkota Purnawarman dengan Putri Dyah Maheswari Bajramuara. Lagipula, beliau terkenal akan kecantikan dan keanggunannya, sehingga sangat layak untuk disandingkan dengan Pangeran Purnawarman yang rupawan dan gagah." ujar Sang Menteri Pertahanan.

Dharmayawarman mengusap-usap janggut di dagunya, mencoba merenungkan pendapat tersebut. "Perkataanmu itu ada benarnya,"

"Mohon dipertimbangkan, Prabu!" Dewan Internal dan para Menteri Kerajaan bagian kubu kiri kembali bersujud pada Sang Raja.

"Jangan dengarkan mereka, Yang Mulia! Kita sudah menetapkan Dewi Ayu Ratungganara dari Kerajaan Salakanegara, untuk dijadikan Permaisuri bagi Putra Mahkota Purnawarman. Dari pihak mereka pun sudah menanti kehadiran kita esok hari, karena kita akan menghadiri perjamuan makan disana." seru salah satu Dewan Internal kubu kanan.

"Jangan dengarkan, Prabu!" giliran Dewan Internal dan para Menteri Kerajaan bagian kubu kanan yang bersujud pada Sang Raja.

Kemudian terjadilah perdebatan sengit dan ricuh antara kubu kanan dan kiri. Kedua kubu bersikukuh dengan argumentasi mereka masing-masing, tidak ada yang mau mengalah. Suasana konferensi kerajaan pun kian memanas, atmofser dalam ruangan terasa begitu tegang. Cakrawarman beranjak berdiri dan menghampiri Bayu yang duduk di singgasana.

"Kakanda, sepertinya beberapa Menteri Kerajaan dan Dewan Internal telah melakukan persekutuan di belakang kita untuk mengganti calon permaisurimu. Entah apa tujuan mereka, tapi aku sangat yakin jika terdapat kepentingan pribadi yang hendak mereka raih." Cakrawarman melaporkan keadaan kepada Bayu.

"Bagaimana jika mereka tidak berniat apapun, dan mereka hanya mengatakan yang sebenarnya? Bukankah apa yang dikatakan Menteri Pertahanan itu benar, jika kita banyak dibantu oleh Kerajaan Indhraprahasta?" balas Bayu kemudian.

Cakrawarman menggelengkan kepalanya. "Apakah kau lupa, walaupun mereka bersikap baik di depan kita, namun nyatanya banyak sekali pasukan pemberontak yang dikirimkan diam-diam dari kerajaan mereka untuk mengacaukan keamanan militer kita?"

Bayu mendengus kasar, dia bukan lupa, tapi memang tidak tahu dari awal tentang hal itu. Astaga, jika saja ia diberi kenangan atau ingatan milik Purnawarman asli, maka ia tidak akan merasa kesulitan seperti saat ini.

"Kau tidak boleh mengganti calon permaisurimu, Kakanda. Atau kau sama saja membukakan pintu lebar-lebar untuk musuhmu sendiri." tegur Cakrawarman.

Bayu kembali mengangguk paham. "Baiklah, terima kasih, Cakrawarman. Aku akan mengingatnya,"

Cakrawarman pun kembali ke tempat duduknya setelah memberitahu beberapa hal kepada Bayu. Sedangkan Bayu mulai memutar otaknya untuk mendapatkan jalan tengah, karena sepemahamannya, di dalam Konferensi Kerajaan, baik kubu kanan dan kiri harus mendapatkan kesimpulan yang dirasa adil bagi kedua pihak, sehingga tidak menimbulkan pertikaian internal yang akan membahayakan keseimbangan kerajaan.

"MOHON GANTI CALON PERMAISURINYA, PRABU!"

"JANGAN GANTI CALON PERMAISURINYA, PRABU!"

Ditengah adu mulut yang belum terhenti antara dua kubu, Bayu tiba-tiba terbayang sekilas, bahwa Ayuni pernah menyebutkan nama aslinya ketika ia menceritakan tentang tujuan dibalik ekspedisi pencarian prasasti Tarumanegara. Ia pun berupaya untuk mengingat lagi siapa nama yang disebutkan Ayuni saat itu.

"Aku sudah beberapa kali mengubah namaku, Ayuni adalah nama palsu ke sekianku. Tapi nama asliku adalah Dewi Ayu Ratungganara..."

Bayu mengepalkan tangannya sambil memanggutkan kepalanya dengan bangga. Akhirnya ia ingat siapa nama Ayuni sebenarnya, yaitu calon permaisuri yang terpilih sedari awal. Berarti ia harus memastikan agar Konferensi Kerajaan ini tidak mengubah keputusan tentang siapa Permaisuri yang terpilih, agar Bayu dapat bertemu dengan Ayuni dan bisa membahas tentang rencana mereka berdua selama menyusup di zaman ini.

"Mohon tenang semuanya!" sentak Kepala Hakim untuk menengahi perdebatan yang tidak berujung ini.

Dharmayawarman mengembuskan napasnya perlahan. "Daripada kita berseteru tanpa henti begini, bagaimana jika kita tanyakan langsung kepada Putra Mahkota? Lagipula, yang akan menikah 'kan dia, bukan kita. Jadi biarlah ia sendiri yang memilih," ucapnya.

Bayu terperanjat terkejut ketika mendengarkan saran dari Raja Dharmayawarman, mau tidak mau ia harus memikirkan dan mempersiapkan jawaban terbaik untuk diberikan kepada seluruh petinggi kerajaan yang hadir pada konferensi kali ini.

Bayu berdeham pelan, lalu mulai membuka suara. "Menurutku, kita tidak perlu mengubah calon permaisuriku, karena sudah disepakati dari awal jika aku akan menikahi Putri dari Kerajaan Salakanegara, yaitu Dewi Ayu Ratungganara."

Terdengar desahan dan rengutan kecewa dari Para Menteri, Keluarga Kerajaan, dan Dewan Internal kubu kiri, tampaknya mereka tidak bisa menerima jawaban yang diberikan oleh Putra Mahkota Purnawarman.

"Namun, yang membutuhkan sosok istri tidak hanya diriku, tapi juga adikku, Pangeran Cakrawarman. Maka dari itu izinkan aku memberikan saran, yaitu nikahkan Putri dari Kerajaan Indhraprahasta dengan Pangeran Cakrawarman, sehingga kita tetap bisa mempererat hubungan antar kedua Kerajaan tanpa perlu mengganti calon permaisuriku." tutur Bayu memberikan solusi.

"Saya setuju dengan pendapat Putra Mahkota, Prabu!" seloroh salah satu Dewan Internal dari kubu kanan, kemudian bersujud menyembah Sang Raja Dharmayawarman.

"SAYA SETUJU DENGAN PENDAPAT PUTRA MAHKOTA, PRABU!" lalu seluruh Menteri, Keluarga Kerajaan, dan Dewan Internal dari kubu kanan ikut bersujud menyembah Sang Raja Dharmayawarman.

Karena para Menteri, Keluarga Kerajaan, dan Dewan Internal kubu kiri merasa terpojokkan dan tidak ada celah untuk menolak, maka dengan berat hati mereka ikut bersujud menyembah Sang Raja. "KAMI MENERIMA PENDAPAT PUTRA MAHKOTA, PRABU!"

Kepala Hakim pun menabuh genderang gong, pertanda bahwa konferensi kerajaan hari ini telah mencapai kesepakatan bersama. Dharmayawarman mengangguk-angguk takzim sembari menatap Purnawarman dengan bangga, ia semakin percaya untuk memberikan kekuasaannya pada putra sulungnya itu. Namun sebaliknya, Cakrawarman justru menatap Purnawarman dengan beringas dan sangar.

"Apa maksudmu, Kakanda?!" gertak Cakrawarman tanpa suara dari bawah singgasana.

Bayu hanya menyeringai lebar sembari mengacungkan ibu jarinya, kemudian dibalas oleh pelototan penuh amarah dari Cakrawarman yang membuat nyali Bayu menciut. Bagaimana jika nanti Cakrawarman nekad membunuhnya karena tidak terima dengan ide dadakan yang dibuat olehnya?

Benar saja, begitu kerumunan orang di Pendapa pergi keluar, Cakrawarman langsung meringsek tubuh Bayu. "Apa kau kehilangan kewarasanmu, Kakanda? Apa kau sedang mengorbankan adikmu sendiri kepada lawanmu? Bagaimana bisa kau menyuruhku menikah dengan Putri Kerajaan musuhku?!"

"Tenangkan dirimu, Cakrawarman. Aku punya rencana terselubung di balik ini. Tidak ada gunanya kau marah padaku, karena keadaan Konferensi Kerajaan begitu sengit tadi. Dinginkan kepalamu dulu..." Bayu menepuk-nepuk pundak Cakrawarman.

Cakrawarman menarik napas panjang, lalu membuangnya segera. "Katakan, apa rencanamu itu?"

"Dengan kau menikahi Putri dari Indhraprahasta, kau akan kujadikan Panglima Perang tertinggi, sehingga kesempatan mereka untuk menyelinap ke dalam urusan kerajaan kita hanya terdapat celah sedikit, sedangkan kesempatan kita untuk memata-matai mereka justru lebih besar. Kau bisa gunakan istrimu sendiri nanti untuk melaporkan setiap rencana atau agenda dari kerajaan itu. Asalkan kau harus bisa membuat Putri itu jatuh cinta padamu, sehingga dia rela melakukan apapun untukmu." ujar Bayu menjelaskan.

"Bagaimana jika Dyah Maheswari Bajramuara ternyata licik dan tidak bisa kumanfaatkan?" tanya Cakrawarman.

Bayu mengambil pedang yang terselip di samping pinggang Cakrawarman, lantas mengarahkannya pada lehernya sendiri. "Kau bisa memenggal kepalaku,"

Cakrawarman tertegun sejenak, lalu ia menarik pedang dari Bayu dan kembali menyarungkan pedangnya pada tempatnya. "Baiklah, Kakanda. Aku percaya padamu. Semoga ke depannya bisa berjalan sesuai rencana kita."

Bayu mengangguk setuju. "Semoga saja,"

"Kalau begitu, lebih baik kita segera bersiap untuk berangkat ke Salakanegara, beberapa pasukan pengiring dan kereta kencana sudah menunggu kita di gerbang Istana." ajak Cakrawarman.

Mereka berdua pun melangkahkan kakinya bersama menuju gerbang Istana Kerajaan Tarumanegara. Di dalam batinnya, Bayu harap-harap cemas, semoga sesampainya di Salakanegara nanti ia bisa langsung berjumpa dengan Ayuni agar ia tidak hilang arah untuk menghadapi kehidupan di zaman ini.


| 𝐓𝐇𝐄 𝐑𝐈𝐕𝐄𝐑 𝐎𝐅 𝐏𝐀𝐒𝐓 & 𝐅𝐔𝐓𝐔𝐑𝐄 |

pls be honest, kalian pusing nggak baca cerita ini?























Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro