Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Tersadar

"Ugh, dimana aku?"

Kenanga memegang keningnya yang sedikit pusing. Dia bangkit dan mengambil posisi duduk dengan tangan kiri yang digunakannya untuk menyangga tubuhnya.

Dia menengok ke samping kanan dan mendapati Jason yang terbujur kaku di ranjang. Asmodeus juga dilihatnya sedang duduk di samping Jason sembari menyesap kopi.

"Kau sudah bangun? Ingin tahu apa yang terjadi?"

Asmodeus mengeluarkan kalung dengan permata hijau daun dari sakunya. Dia lalu menunjukkannya pada Kenanga dan menarik napas.

"Jason mengorbankan kekuatan jiwanya untuk membangunkanmu dari tidur abadi memakai kalung ini. Kau pasti tahu kalung ini kan?"

"Artefak kuno ...  dari zaman peperangan besar. Kenapa bisa ada di tanganmu? Bukankah itu artefak milik malaikat?"

"Artefak ini jatuh di istanaku dulu. Jadi, kuambil saja artefak ini."

Kenanga menggigit bibir bagian bawahnya. Tangannya bergetar pelan. Sorot matanya menunjukkan kesedihan yang mendalam.

Asmodeus tersenyum penuh kasih dan menyimpan kembali kalung itu. Dia lalu berjalan mendekati Kenanga dan menepuk pelan pundaknya.

"Ini bukanlah salahmu. Ini adalah keputusannya, dia ... sepertinya memiliki sesuatu yang ingin ia katakan padamu."

Kenanga menunduk lemah dan terduduk di sofa. Dia hanya menatap sendu tubuh kaku Jason yang masih tersenyum di tidur abadinya.

"Apakah ada sesuatu ... yang bisa dilakukan agar dia bisa bangun dari tidur abadinya? Kupikir, sama seperti saat dia membangunkanku."

"Hm, mungkin caranya sama. Tapi, berbeda denganmu, Jason kini sudah memasuki keadaan tidur abadi. Jadi, satu-satunya cara adalah mengembalikan kekuatan jiwanya dan memperbaiki jiwanya yang rusak."

Kenanga menunduk lesu. Kalimat terakhir yang dikatakan Asmodeus mematahkan harapannya menjadi berkeping-keping. Memperbaiki jiwa yang rusak sangatlah sulit.

Memperbaiki jiwa sejatinya sama dengan membuat ulang kehidupan seseorang. Salah sedikit saja dapat berakibat sangat fatal, jiwa bisa menjadi lebih rusak-bahkan hilang.

"Soal memperbaiki jiwa ... mungkin aku dapat membantu. Aku memiliki kenalan seorang cenayang, dia mungkin dapat membantu membangun ulang jiwa Jason."

Kenanga mendongakkan kepalanya cepat-cepat. Perasaan lega ia rasakan di hatinya. Dengan cepat ia berdiri dan membungkukkan badannya.

"Terima kasih, Nona Asmodeus. Kalau begitu, aku pamit dulu. Aku akan mencari iblis-iblis dari fraksi keserakahan dan menyerap kekuatan jiwa mereka."

Kenanga berbalik pergi dengan perasaan bahagia. Asmodeus tertawa kecil dan memanggil Kenanga untuk berbalik.

"Hei, gadis burung. Kau melupakan kalungnya. Oh ya, kau sudah melihat brosur itu? Tertarik untuk masuk? Kau dapat memakai fasilitas dari fraksi nafsu, semisal ... tempat tinggal?"

Kenanga berbalik dan berjalan dengan cepat ke arah Asmodeus. Dia mengambil kalung yang ada tangannya dan menundukkan kepalanya sekali lagi.

"Tentu saja! Aku akan bergabung dengan fraksi nafsu. Apa yang dapat kulakukan agar aku dapat masuk ke fraksi nafsu?"

"Mudah saja, bisa kulihat tanganmu."

Kenanga mengangguk dan mengulurkan tangan kanannya. Asmodeus meraih tangan Kenanga dan memegang pergelangan tangan Kenanga. Gelang berwarna pink dengan warna putih di bagian dalamnya terlilit di pergelangan tangannya.

"Nah, kau sudah resmi masuk ke fraksi nafsu, selamat."

Kenanga menatap lekat gelang pink di tangannya itu. Dia tersenyum tipis dan berulang kali mengucapkan terima kasih pada Asmodeus.

***

Kenanga menatap bangunan tinggi di depannya. Dia tersenyum senang dan melangkahkan kakinya masuk ke gedung itu.

"Permisi, ada yang bisa saya bantu?"

Seorang resepsionis wanita tersenyum sumringah melihat Kenanga berjalan ke arahnya. Gadis berambut pirang itu tersenyum senang dan mengangguk.

"Boleh saya tahu letak kamar nomor 333?"

"Di lantai ketiga, saat keluar dari lift, belok ke kanan. Nah, ikuti saja jalannya, nanti diujung ada kamar nomor 333. Anda yang akan menempati kamar 333 ya? Udah lama banget nggak ada yang nempatin, padahal itu udah dibeli seseorang."

"Terima kasih. Iya, saya penghuni baru kamar itu. Boleh minta kuncinya?"

Resepsionis itu tersenyum dan berbalik untuk mengambil kunci milik Kenanga. Kenanga sendiri hanya tersenyum senang di depan meja resepsionis, dengan tas ransel yang memuat beberapa helai pakaian.

"Silahkan, ini kunci Anda."

Kenanga mengambil kunci kamarnya dari tangan resepsionis itu. Dia lalu mengikuti instruksi dari si resepsionis untuk pergi ke kamarnya.

Setelah mencari-cari selama beberapa saat, Kenanga akhirnya menemukan letak kamarnya itu. Dengan segera dia mengambil kunci dari sakunya dan segera memasukkannya ke lubang kunci yang ada di bawah knop pintu.

Suara pintu yang berdecit terdengar saat Kenanga memutar knop pintu dan membukanya. Pemandangan pertama yang dilihat Kenanga adalah pintu kaca besar dengan balkon di baliknya.

"Indahnya, tidak sia-sia aku menyetujui penawaran dari Nona Asmodeus."

Kenanga melempar tas ransel ke sofa di samping pintu kaca itu. Dia lalu membuka jendela itu dan berdiri di balkon kamarnya.

Ponselnya berdering kencang saat ia sedang menikmati sepoi angin yang menerpa wajahnya. Dengan cepat dia meraih ponsel di sakunya dan mengangkat telepon itu.

"Selamat siang, Nona Asmodeus. Ada apa? Apakah target kita sudah dikonfirmasi?"

"Ya, Kenanga. Targetmu adalah kepala cabang dari fraksi keserakahan, selesaikan sesegera mungkin. Lokasinya akan kukirimkan sekarang juga."

Telepon itu dimatikan begitu saja saat Asmodeus selesai berbicara. Dering notifikasi berbunyi dari ponsel Kenanga yang berasal dari Whatsapp.

"Pekerjaan pertama, aku berangkat!"

Kenanga segera menutup pintu kaca yang belum genap 10 menit dibukanya. Diambilnya sepatu terbuka warna hitam yang tadi dia lepas. Buru-buru dia pakai sepatu itu dan berdiri untuk meraih kunci di pintu kamarnya.

Dikuncinya pintu kamarnya itu dengan cepat. Kenanga lalu berlari menyusuri lorong itu seperti dikejar-kejar hantu. Tombol lift ditekannya dengan tidak sabar.

"Cih, lama sekali. Apa aku lewat tangga darurat aja? Ah, lewat tangga malah lebih lama."

Begitu Kenanga selesai bergumam, pintu lift terbuka dan menampilkan sosok pria paruh baya berjas hitam. Kenanga lalu menunduk pelan dan berlari memasuki lift.

"Tunggu, lokasinya tidak jauh dari sini kan? Coba kucek dulu."

Kenanga membuka ponselnya dan mendapati titik merah yang ada di maps sangatlah dekat dengannya. Pintu lift terbuka, menandakan bahwa Kenanga sudah sampai di lantai paling dasar.

Segera saja dia berlari keluar gedung apartemen dan mengaktifkan kekuatannya. Dia mendapati ada aura iblis 50 meter darinya, sesuai titik merah yang ada di maps.

"Dapat."

Kenanga segera berlari mengikuti aura iblis yang terpancar. Makin lama aura itu makin kental terasa.

"Sudah dekat!"

Kenanga berbelok di satu jalan kecil, mengikuti aura iblis yang terasa dari jalan kecil itu. Di sana, dia mendapati ada seorang pria muda yang seperti sedang mencari sesuatu.

"Hei, pria muda. Sedang mencari apa kau? Dapatkah aku membantumu mencarinya?"

"Heh, gadis. Siapa kau?"

"Malaikat maut untuk dirimu."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro