Sejarah Itu Menyenangkan
"Baiklah, mari kita mulai dari sejarah awal kerajaan Inggris."
Mr. Robert membalik halaman dari buku tebal itu. Dia mencermati kata demi kata yang ada dan tersenyum girang.
"Inggris adalah negara dengan kerajaan tertua di Eropa. Kerajaan Inggris telah berdiri sejak abad ke-9 hingga saat ini, abad 21.
Sebelum menjadi Inggris Raya, pulau di barat laut Eropa itu tadinya dikenal sebagai peradaban Anglo-Saxon. Di abad ke-5, suku Jermanik yang berasal dari daratan Eropa bermigrasi ke pulau Inggris dan menjadi peradaban Anglo-Saxon.
Ada tujuh kerajaan utama di era Anglo-Saxon. Tujuh kerajaan ini akhirnya bersatu di bawah Wessex. Tujuh kerajaan itu adalah East Anglia, Wessex, Essex, Mercia, Northumbria, Kent, Sussex."
Guru muda itu berhenti sejenak dari penjelasannya untuk menghirup udara. Setelahnya, ia kembali berkutat dengan buku dan menjelaskan kembali sejarah Kerajaan Inggris.
"Terdapat perdebatan soal siapa raja pertama di tanah Inggris. Ada pendapat yang mengatakan raja pertama berasal dari Kerajaan Wessex atau Kerajaan Saxon Barat di barat daya Inggris. Raja pertamanya adalah Egbert dan umum diakui sebagai Raja Pertama Inggris.
Namun ada pula yang bependapat Offa dari Mercia adalah raja pertama karena berkuasa dari 757 hingga 796. Jadi, seperti itulah sejarah Kerajaan Inggris."
Kenanga mengangguk-angguk paham. Dia juga mencatat poin-poin penting dari penjelasan Mr. Robert. Seperti 7 kerajaan, raja pertama, tahun berdiri, dan hal-hal lain yang sekiranya penting untuk dicatat.
"Selain tentang Inggris, kita juga akan mempelajari tentang Revolusi Prancis. Pasti kalian pernah mendengarnya bukan? Aku tak yakin kalian tak ada yang tak pernah mendengarnya."
Kenanga mendongakkan kepalanya dengan cepat karena terkejut. Bagaimana tidak? Topik itu sangatlah sensitif untuk dibahas.
"Mr. Robert, apakah itu tidak terlalu sensitif untuk dibahas?"
Mr. Robert tersenyum tipis, seakan tahu hal yang dipikirkan oleh hampir seisi kelas. Ia menutup buku tebal di tangannya dan mengedarkan pandangannya ke seisi kelas.
"Aku tahu itu. Ini merupakan sejarah kelam dari Prancis. Tetapi, ini juga termasuk sejarah. Sejarah ada untuk dijadikan pembelajaran bagi generasi-generasi dibawahnya. Bukankah itu fungsi dari sejarah?"
Siswa yang tadi mengajukan pertanyaan seketika terdiam seribu bahasa. Mr. Robert hanya tersenyum sekilas saat melihat reaksi dari salah satu muridnya itu.
"Setelah kalah dalam The Seven Year’s War dan kehilangan teritori serta koloni mereka di Amerika, Perancis menunggu kesempatan untuk balas dendam kepada Inggris. Beberapa tahun kemudian, pecahlah revolusi Amerika disertai dengan perang 13 koloni Inggris di Amerika melawan Kerajaan Inggris.
Walaupun Perancis ada di pihak pemenang karena membantu 13 koloni Inggris, tetapi perang tersebut membuat perekonomian Perancis hancur. Perancis terlilit hutang dan menyatakan bangkrut. Hal ini menimbulkan kelaparan dan penderitaan bagi rakyat Perancis.
Inilah penyebab utama dari Revolusi Prancis. Yaitu tindakan semena-mena para bangsawan terhadap rakyat biasa di Prancis saat itu."
Mr. Robert mengamati ekspresi-ekspresi murid-muridnya sebentar sebelum melanjutkan kembali. Ia kembali berceloteh mengenai Revolusi Prancis.
"Sampai pada Juli 1789, kekacauan merebak. Paris berubah menjadi lautan teror. Penjarahan, kerusuhan, dan pembakaran terjadi di penjuru kota. Tentara kerajaan diturunkan untuk menenangkan massa, tetapi terjadi penembakan yang melukai beberapa orang. Rakyat yang semakin marah pun mendatangi penjara Bastille pada 14 Juli dan mendobrak masuk untuk mengambil persenjataan dan melepaskan mereka yang sedang ditahan.
Revolusi Perancis adalah bukti nyata bahwa raja bukanlah pemimpin yang absolut. Kemanusiaan dan persamaan adalah hak semua orang. Penindasan adalah sesuatu yang salah."
Mr. Robert mengakhiri penjelasannya disitu. Dia menatap sendu ke langit-langit ruangan itu dan tersenyum tipis.
***
Kenanga mengaduk-aduk jus jeruk di hadapannya dengan pandangan kosong. Pikirannya masih terngiang-ngiang dengan pelajaran sejarah pagi tadi.
"Huh, kupikir aturan itu hanya berlaku untuk manusia saja. Di dunia iblis, yang kuatlah yang berkuasa."
Kenanga menyesap jus jeruk itu dengan perlahan-lahan sembari bergumam pelan. Pancake di hadapannya juga ia potong membentuk persegi dan melahapnya.
Grisa yang ada di hadapan Kenanga mengerutkan keningnya keheranan karena tingkah laku sahabatnya itu. Kenanga yang merasa ditatap pura-pura tersenyum dan melanjutkan aktivitas makannya.
"Hei, ada apa denganmu? Tak biasanya Kenanga-si gadis aneh-duduk diam saja."
"Berisik. Aku sedang berpikir tentang sesuatu, jangan ganggu aku, iblis mesum."
Kenanga menatap Jason dengan tatapan tak senang. Jason hanya tertawa kecil dan duduk di hadapan Kenanga dan Grisa.
"Memang kau memikirkan apa? Drama yang bagus untuk ditonton nanti malam?"
"Sejak kapan aku suka melamunkan drama? Aku sedang memikirkan tentang Revolusi Prancis yang dijelaskan oleh Mr. Robert tadi."
Jason mengambil burger yang ada di piringnya dan menggigitnya di sisi kiri. Disusul dengan kola dingin sebagai minuman penyegar.
"Memang ada apa dengan Revolusi Prancis?"
Kenanga menatap Jason dan mengerlingkan matanya beberapa kali. Jason yang tak paham mengerutkan keningnya dan bertanya dengan penuh keheranan.
"Ada apa dengan matamu? Kau kelilipan? Makanya lain kali kau jangan terlalu sering menatap seseorang terlalu lama. Kelilipan kan jadinya."
Kenanga menahan nafasnya dan menatap Jason lekat-lekat saat dia berkata seperti itu. Dia lalu menghela nafas panjang dan menatap marah Jason yang sekarang sedang asyik memakan burgernya.
"Kelilipan dari mana, dasar gak peka. Yaudah lah, makananku udah habis, aku mau kembali ke kelas dulu."
Kenanga berdiri sembari membawa nampan berisi piring dan gelas kosong. Melihat sahabatnya berdiri, Grisa juga ikut berdiri dan meninggalkan Jason sendirian di meja itu.
"Kenapa sih? Dasar gadis-gadis aneh."
Tanpa memperdulikan Kenanga dan Grisa yang pergi, Jason tetap memakan burgernya dengan khidmat. Dia menatap punggung Kenanga dengan mulut yang masih penuh dengan burger.
Kenanga mengembalikan nampan yang berisi piring dan gelas kotor sesuai tempatnya masing-masing. Begitu pula Grisa, ia menempatkan piring di sisi kiri dan gelas di sisi kanan, sesuai dengan tabel yang tertera.
"Kenanga, kamu ... ada hubungan ya sama Jason? Kok keliatannya kalian baru-baru ini deket banget."
"Hah!? Nggak mungkin lah. Dia dan aku itu cuman sebatas temen doang, partner, enggak lebih. Kamu ngaco deh, Grisa."
Grisa sedikit tidak percaya dengan ucapan Kenanga. Gestur tubuhnya sama sekali tidak sesuai dengan ucapannya, pipinya memerah dan tubuhnya bergerak tidak beraturan.
"Beneran? Kalian cocok kok kalau semisal resmi. Udah, ngaku aja. Aku tau kok kamu suka sama Jason."
"Ah, udah ah. Nggak usah bahas dia lagi, nyebelin."
"Ah, masa sih?"
"Udah!! Ngambek nih aku."
Kenanga mempercepat langkahnya, meninggalkan Grisa yang masih tersenyum jahil. Grisa sedikit berlari menghampiri Kenanga dan berteriak kencang.
"Kenanga, tunggu!!"
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro