Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Kecurigaan

"Hai, boleh aku bergabung?"

Kenanga dan Jason menengok ke samping secara bersamaan. Gadis yang baru saja mereka bicarakan ternyata sudah ada di samping meja kantin, membawa senampan penuh makanan.

Kenanga menatap Jason seakan menyuruhnya memberikan jawaban akan pertanyaan Jeanne. Pria yang ditatap hanya memalingkan wajahnya dan mempersilahkan wanita itu duduk.

Jeanne-gadis pembawa nampan-duduk di samping Kenanga sambil menyantap makanan yang ada di nampannya. Netra matanya hanya berfokus ke makanan yang ada di depannya, sepertinya.

"Ada apa dengan kalian? Kenapa kalian tidak lanjut mengobrol lagi? Aku mengganggu ya?"

Sangat mengganggu. Kau sangat mengganggu, jalang, umpat Kenanga di balik senyum yang ia sunggingkan. Kenanga menaruh alat makan yang dipegangnya dan menengok ke wajah Jeanne.

"Ti-tidak kok. Tentu saja tidak, kita hanya buru-buru makan karena sebentar lagi bel masuk. I-iya kan, Jason."

Jason yang mendengar namanya disebut menengadahkan kepalanya. Ia melihat Kenanga mengedip-edipkan matanya seperti memberi kode tentang sesuatu. Kenanga juga berbicara tanpa suara seperti berkata 'iya'.

Jason yang paham mengangguk dan berkata, "iya, aku dan Kenanga hanya tidak ingin terlambat masuk kelas."

Jeanne mengangguk-angguk paham. Dia kembali makan dan mengacuhkan dua insan yang sedang kebingungan.

Jason lalu berinisiatif untuk mengembalikan nampannya serta memberikan kode Kenanga untuk mengikutinya. Gadis yang diberi kode mengerutkan alisnya penuh tanda tanya.

Jason berdehem pelan dan menggerakkan iris matanya searah dengan tempat pengembalian nampan. Kenanga yang tersadar sekejap saja berdiri dan berpamitan pada Jeanne yang masih dengan lahap memakan makanannya.

"Jason, menurutmu kenapa Jeanne tadi kemari? Apakah dia datang karenamu?"

"Mungkin saja. Dia kemungkinan curiga denganku. Sepertinya dia dikirim untuk memata-mataiku."

"Itu kan menurutmu. Hah, yasudahlah, aku kembali ke kelasku. Sampai jumpa."

Kenanga meletakkan nampan yang berisi piring dan alat makan yang kotor lain ke tempatnya masing-masing dan berlalu meninggalkan Jason yang masih memilah-milah alat makan sesuai jenisnya. Sementara itu, gadis yang mereka bicarakan mengamati mereka sedari tadi di meja tempat mereka makan.

"Ini tidak baik untuk diriku. Aku harus secepatnya menemukan informasi bagus untuk Tuan Mammon."

Jeanne beranjak dari tempatnya dan membereskan alat-alat makan yang masih berserakan sehabis ia memakainya. Gadis berambut pirang itu lalu pergi ke tempat yang sepi di sekolah itu dan mengeluarkan ponselnya.

"Selamat siang, Tuan Mammon. Saya ingin melaporkan sesuatu."

Suara serak seorang pria terdengar dari seberang sana. Dengan cetus ia berkata, "katakan."

"Saya menemukan bahwa iblis bernama Jason itu berhubungan dengan seorang wanita bernama Kenanga. Saya sudah pernah mencoba menggunakan kemampuan fraksi, namun tidak berpengaruh padanya."

"BODOH! Dia pasti bukan manusia! Hal seperti itu saja kau tidak tahu! Kau selidikilah gadis itu juga, mungkin dia memiliki sesuatu yang berguna."

"Baik, Tuan ...."

Jeanne menurunkan ponsel yang masih menggantung di telinganya. Dia memasukkan ponsel tadi di saku seragam dan berjalan kembali ke kelas.

***

Hari Minggu kedua, sesuai janji, Kenanga dan Jason berkumpul di depan gerbang asrama perempuan. Jason sudah ada di gerbang asrama dengan pakaian casual yang biasa ia pakai.

Celana panjang berbahan kain dengan warna hitam dan jaket berwarna cerah menjadi style pakaiannya saat ini. Tak lupa dengan sepatu berwarna putih yang menambah pesonanya beberapa kali lipat daripada biasanya.

Kenanga sendiri mengenakan gaun selutut berwarna hitam dengan sepatu berwarna senada. Tak lupa tas jinjing ia bawa yang berisikan telepon genggam, dompet, dan barang-barang lainnya.

"Sudah siap?"

"Ya. Ayo berangkat."

Mereka berjalan menuju ke pusat kota. Tetapi, saat mereka sampai di sebuah gang berukuran lumayan sedang, Jason tiba-tiba saja berbelok. Kenanga sedikit terkejut namun tidak berbicara lebih jauh, ia hanya mengekor di belakang pria bertubuh tegap itu.

"Kita sudah sampai di markas cabang. Dari markas cabang, kita akan meminta izin dahulu baru pergi ke markas pusat."

Kenanga mengerutkan dahinya dengan kesal. Bagaimana tidak? Di depan mereka saat ini hanya ada tembok kosong! Tanpa tombol. Tanpa pintu. Hanya tembok biasa.

"Hei hei, kau pasti bercanda bukan? Ini hanya tembok kosong. Kau gila!?"

Jason berusaha menahan tawanya saat mendengar celotehan Kenanga. Dia berbalik dan meraba-raba tembok itu seperti sedang mencari sesuatu.

"Dapat! Biar kuulangi, selamat datang di markas fraksi nafsu."

Tembok itu bergetar pelan sebelum terbelah dan menunjukkan tangga yang mengarah ke bawah. Lampu-lampu berbagai ukuran tiba-tiba menyala saat Jason dan Kenanga menginjakkan kakinya di tangga pertama.

"Hei, kupikir markas kalian akan berada di hutan-hutan. Siapa sangka markas kalian malah ada di tengah-tengah kota seperti ini. Tidak takut ditemukan pemburu iblis?"

"Hahaha, teknologi mereka terlalu kuno 500 tahun untuk dapat menyaingi kemampuan dari iblis-iblis bangsawan tingkat tinggi. Tadi itu hanyalah satu dari beragam kemampuan ketua cabang."

Kenanga mengangguk pelan. Netranya bergerak menatap ke segala arah di lorong remang-remang itu. Cahaya terang menyilaukan mata Kenanga saat kakinya menginjakkan di satu tangga terakhir.

"Nah, inilah pusat dari markas kami. Berada di 30 meter dari permukaan tanah. Kuucapkan selamat datang, mari kita bertemu ketua cabang."

Jason menuntun Kenanga menuju ke satu ruangan dengan meja kayu besar di tengahnya. Sofa berwarna hijau gelap ada di sisi kanan dari meja itu. Seorang wanita muda terlihat sedang memandangi setumpuk kertas dengan kesal.

"Nona ketua, selamat pagi."

Wanita itu mendongakkan kepalanya dan memandangi Jason yang sedang menundukkan kepalanya sedikit. Tatapan keheranan sedikit timbul dari sorot matanya.

" Kau ... siapa?"

"Sudah kuduga. Dasar ketua pelupa."

Jason lalu mengambil sesuatu dari saku celananya. Sebuah benda bulat dengan inisial 'J' besar di tengahnya. Seketika wanita itu berdiri dan menggebrak meja.

"Jason Alexandria Rain. Sudah lama sekali kau tak kesini. Katakan tujuanmu!?"

"Santai saja, ketua. Aku hanya ingin pergi menemui Nyonya Asmodeus. Aku ingin mengenalkan temanku padanya. Tidak usah berpikiran yang terlalu buruk, itu tak bagus untuk kecantikanmu."

"Cih, baiklah. Tunggu saja di sini, biar kubuatkan kartu teleportasi. Duduk di mana saja, asalkan jangan di sofa milikku."

Wanita yang dipanggil ketua itu beranjak dari kursinya dan pergi dengan kesal. Ruangan itu sekarang senyap, hanya ada mereka berdua saja. Ya, hanya ada Kenanga dan Jason.

"Jadi ..., kupikir kau berhutang penjelasan padaku. Kenapa kita tidak langsung saja pergi ke tempat Asmodeus? Bukankah akhirnya akan sama saja?"

Jason melirik Kenanga sebentar sebelum tersenyum. Tangannya diangkat hingga setinggi dahi Kenanga dan menyentilnya pelan.

"Apakah kau lupa tentang penjelasanku? Bahwa setiap iblis memiliki kemampuan yang berbeda. Hah, dasar pelupa. Kau sama saja dengan wanita tua itu."

Kenanga mengelus-elus dahinya yang memerah karena sentilan dari Jason. Dia menatap tajam Jason dan bersiap menerkamnya kapanpun.

"Maaf maaf. Maafkan aku soal dahimu, aku hanya iseng saja. Jangan gunakan kekuatanmu disini atau kau akan menjadi ayam bakar."

Kenanga menghembuskan nafas dan menurunkan tangannya dari keningnya. Dahinya masih terlihat berwarna merah.

"Sudahlah. Aku juga tidak sebodoh itu memakai kekuatanku di markas serigala."

"Salah, ini adalah markas para kelinci penggoda, ahaha. Yasudah, tunggu saja sebentar lagi. Mungkin wanita tua itu sedang sibuk membuat kertas untuk kita berteleportasi."

Jason berjalan menuju ke sofa hijau di samping meja kerja milik ketua cabang itu. Kenanga mendengus kesal. Dengan menghentak-hentakkan kakinya ia menghampiri Jason dan duduk di sebelahnya.

"Kenanga, apakah kau gugup akan bertemu dengan Asmodeus? Tenang saja, dia tidak terlalu menakutkan kok. Dia tidak seperti Kaisar Iblis lainnya, dia sedikit lebih lembut dan baik dibanding Leviathan, Belphegor, Lucifer, Amon, dan kaisar-kaisar lainnya."

"Huh, kamu menyebalkan. Tidak usah mengajakku berbicara. Tunggu hingga Nona Pelupa tadi kembali dan berbicaralah lagi padaku."

"Terserah kau saja."

Dan, seperti itulah awal mula kesunyian ruangan tadi bermula. Kenanga sibuk melihat dan terperangah dengan dekorasi ruangan itu. Sedangkan Jason memejamkan matanya, sepertinya mencoba untuk tidur.

"Hei."

Kenanga memecahkan kesunyian itu dengan satu kata. Jason membuka matanya saat kata itu keluar dari mulut Kenanga. Ia memalingkan wajahnya dan menatap matanya, menunggu kalimat lain yang keluar dari mulutnya.

"Aku ... lapar."

"HAH!?"

Jason membelalakkan matanya dan berseru dengan kesal. Sampai-sampai ia sedikit berdiri dari posisinya dan condong ke arah Kenanga.

"Kau membuatku bangun dari tidur hanya untuk berkata kau lapar! Kau gila!?"

"Aku tidak gila! Itu wajar bukan jika seseorang lapar jika sedari pagi belum makan apapun?"

Jason mendengus kesal. Ia merebahkan kembali tubuhnya di sofa, mengacuhkan gadis berparas cantik yang masih asyik berceloteh.

"Berisik sekali sih kau ini. Jika kau lapar, makan. Begitu saja tidak bisa, merepotkan."

Kenanga memajukan bibirnya kesal karena pria di hadapannya ini tidak paham-paham juga. Karena gemas ia duduk mendekat ke samping Jason dan memasang tampang imut.

"Iblis tampan, belikan aku makanan ya. Aku tidak tahu dimana tempat menjual makanan. Kamu kan anggota fraksi ini, jadi kamu pasti tahu."

"Tidak. Sudah 2 tahun aku tidak kemari, sudah banyak hal yang berubah. Tunggu saja sampai dia kembali barulah minta makanan padanya."

Kenanga menganggukkan kepalanya kesal karena Jason tidak paham kode yang diberikan Kenanga. Kenanga duduk diam memandangi lukisan yang tergantung di dinding.

"Hei, kalian. Kertas teleportasi milik kalian sudah siap. Jadi, kapan kalian akan berangkat? Kubuat 2 untuk kalian masing-masing pulang dan pergi nanti."

"Terima kasih, Ketua Pelupa. Besok lagi aku akan merepotkanmu dengan hal ini ya, ahaha."

"Dan untukmu, gadis kecil. Jangan mual, perjalanan pertama pasti akan membuatmu pusing luar biasa. Apalagi untuk manusia sepertimu."

"Terima kasih untuk saranmu, nyonya. Tetapi aku akan baik-baik saja tidak perlu khawatir."

"Kuharap seperti itu. Kalau begitu, tunggu apalagi sialan! Cepat enyah dari hadapanku!"

"Oh ya, nyonya. Boleh aku meminta beberapa makanan. Aku lapar."

Wanita itu makin kesal dibuatnya. Diambillah olehnya sekantung penuh roti dan dilemparkannya begitu saja ke tempat Kenanga.

"Tidak perlu berterima kasih. Cepat pergi atau kuhajar kalian."

Jason buru-buru menarik Kenanga keluar dari ruangan itu. Mereka berhenti di ujung koridor dan mengeluarkan kertas berwarna pink dengan motif aneh dari sakunya.

"Kemana kita akan pergi, Jason?"

"Thailand."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro