Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Jason Alexandria Rain

Suasana kelas 11-A masih sepi saat Jason datang, dia duduk di kursi paling pojok di belakang. Pria itu menyeringai dan menutup matanya sejenak, sebuah lalu suara masuk ke dalam pikirannya.

"Wahai bangsawan muda, bagaimanakah perkembangan dari manusia-manusia rendahan itu? Apakah mereka sudah siap untuk dipanen?" tanya suara itu.

"Hormat kepada Nona Asmodeus. Perkembangan dari manusia-manusia yang kita beri kemampuan cukup baik, mungkin 5 tahun lagi jiwa mereka sudah dapat diambil. Lalu untuk pemburu iblis, kekuatan mereka mengalami peningkatan cukup drastis," balas Jason menjawab pertanyaan Asmodeus di pikirannya.

"Bagus bagus, 5 tahun itu waktu yang cukup singkat. Pemburu iblis ya ... itu bukan masalah besar, aku dapat mengurusnya. Lalu bagaimana dengan energi kehidupan dari wanita-wanita yang kau tiduri?" tanyanya lagi.

"Energi kehidupan mereka cukup murni, dalam setahun lagi saya yakin cukup untuk menaikkan posisi Fraksi Asmodeus menjadi 5 terkuat, ditambah jiwa-jiwa dari mereka yang bekerja sama dengan kita, saya yakin kita dapat naik menjadi 3 terkuat."

"Baiklah, tetap lanjutkan penyelidikan dan pengawasanmu. Aku puas dengan hasil kerjamu."

Setelah berkata seperti itu, Jason menelungkupkan kepalanya ke meja. Raut wajahnya berubah menjadi murung, perasaan khawatir tersirat dari wajahnya.

"Hah, aku takut mereka sadar dan memburuku. Sig sendiri juga merupakan pemburu iblis, untung saja dia tidak sadar. Beberapa saat lalu juga ada pemburu iblis yang sadar dengan keberadaanku, untung saja dia tidak membunuhku," gumamnya pelan.

Jason menghela nafas sebentar dan menatap ke papan tulis yang tergantung di depan kelas. Semoga aku bisa mengawasi dengan lancar. Batinnya sembari menghela nafas kembali.

Selang beberapa saat, murid-murid lain satu demi satu mulai berdatangan. Kelas yang awalnya sepi perlahan-lahan menjadi ramai.

"Yo, Jason. Bagaimana kabarmu? Kau baik-baik saja kan? Mukamu pucat sekali hari ini." Seorang gadis menyapa Jason yang sedang duduk-duduk di meja.

"Aku baik-baik saja. Hanya kecapekan saja mungkin. Maklum, aku kan juga kerja part time jadi waktu tidurku juga terbatas," balasnya sembari memaksakan tersenyum.

"Beristirahatlah yang cukup, Jason. Kalau kamu sakit kan, kamu nggak bisa kerja lagi nanti. Mau kuantar ke UKS?" tawarnya.

"Nggak usah, aku masih bisa kok ikut kelas," balasnya sambil tersenyum.

"Beneran?"

"Ya."

Gadis itu menatap tajam mata Jason, sebelum tersenyum dan memalingkan wajahnya.

"Ya sudah, kalau begitu nanti nggak usah ke kantin. Biar aku saja yang belikan makanan bungkus." Dia tersenyum sebelum kembali ke tempat duduknya.

"Terima kasih."

Setelah gadis itu pergi, Jason hanya menyeringai sebelum mengambil buku-buku di tasnya. Sesaat setelahnya, bel masuk berdering kencang, membuat beberapa murid yang berada di luar kelas masuk kembali.

Beberapa menit setelahnya, seorang guru masuk dan memberikan beberapa materi yang harus dipelajari serta menerangkannya.

Jason menghela nafas sesaat setelah bel istirahat berbunyi, semua murid yang dikelas berhamburan keluar kelas untuk pergi ke kantin. Dia sendiri hanya duduk termenung di kursinya, mencatat materi-materi yang belum sempat ia tulis tadi.

"Jason, kamu mau titip apa?" tanya gadis yang berbicara dengannya tadi pagi.

"Ah, Onigiri 3 saja. Minumannya jangan yang bersoda, oke. Maaf merepotkanmu, Luna," balasnya tanpa bergeming sedikitpun dari posisinya duduk.

"Baiklah, baik."

Gadis itu lalu berlari keluar kelas. Melihat hal itu, Jason menghela nafas dan menerawang ke luar melalui jendela.

Aku sebenarnya tidak ingin membuat beberapa perempuan menjadi bonekaku, tetapi lebih baik seperti ini daripada aku repot-repot pergi ke kantin, kata Jason dalam hati.

Selang beberapa saat, Luna kembali ke kelas membawa 3 bungkus nasi kepal dan sebotol minuman. Jason lalu berterima kasih dan memakan nasi kepal yang sudah dibawakan oleh Luna.

"Hum, nasi kepal memang selalu enak. Ditambah dengan minuman ini, nasi kepal menjadi tambah enak," gumam Jason.

Tepat saat Jason selesai makan, bel masuk terdengar nyaring. Dengan buru-buru, pria berambut pirang itu membuang bungkus nasi kepal itu dan kembali duduk.

Jam sudah menunjukkan pukul 5 sore, Jason sudah bersiap dengan setelan kemeja putih dan celana jeans warna hitam. Parfum beraroma maskulin ia semprotkan pada badannya, jam tangan dengan gaya klasik juga dikenakannya di tangan kanan.

"Sempurna."

Jason memuji pantulan dirinya sendiri di cermin dan tersenyum lebar. Dia lalu menciptakan salinan dirinya sendiri dengan kekuatan ilusinya. Setelah itu, dia buru-buru memakai sepatu dan pergi keluar asrama setelah memastikan tak ada seorang pun disana.

"Huft, aman. Di lantai 2 aman, aku tak tau di lantai 1 seperti apa," gumamnya pelan.

Jason lalu berjingkat-jingkat turun ke lantai 1 dan sekali lagi memastikan bahwa tak ada seorang pun yang memergokinya keluar. Setelah memastikan bahwa aman, Jason dengan cepat pergi keluar memanjat pagar.

Setelah keluar, Jason pergi ke satu kafe yang sudah menjadi tempat ia dan seorang wanita berjanji untuk bertemu.

"Hm, dimanakah wanita itu? Dia bilang sudah hampir sampai, lebih baik aku memesan sesuatu terlebih dahulu deh," gumamnya saat tak melihat wanita yang dimaksud tidak ada di kafe.

Dia berjalan masuk dan memilih tempat duduk di dekat jendela. Ia lalu memesan secangkir kopi dan juga kue kecil untuk camilan selagi menunggu wanita yang membuat janji dengannya.

"Maaf, kau menunggu lama ya. Pesananmu sudah siap, hanya tinggal menunggu bayaranmu saja. Nanti di hotel ini." Seorang wanita menghampiri Jason dan menyerahkan secarik kertas.

"Baiklah, sudah kau sesuaikan bukan dengan kriteriaku? Pastikan sekali lagi bahwa dia masih belum disentuh siapapun," balasnya sembari memberikan lirikan tajam sebelum mengambil kertas yang ia sodorkan.

"Tentu saja, permintaan dari pelanggan selalu kami penuhi. Walaupun untuk permintaanmu akan dikenakan biaya yang sedikit lebih mahal. Bagaimana? Tetap ingin yang masih suci?" tanyanya memastikan.

"Tentu, jadi berapa biaya pesananku?" tanya Jason sembari menyeruput kopi yang tadi ia pesan.

"Totalnya adalah $200 sudah termasuk dengan biaya hotel untuk satu hari satu malam. Bagaimana?"

"Baiklah, ini uangnya." Kata Jason sembari menyodorkan dua lembar uang bernominal $100.

"Terima kasih sudah memakai jasa kami. Untuk nomor kamar, jam, dan gadis yang akan melayani tuan akan saya infokan melalui Whatssapp." Wanita itu sedikit menundukkan kepalanya sebelum mengambil uang yang Jason sodorkan.

"Baiklah."

Wanita itu lalu pamit unjuk diri dan keluar dari kafe. Sedangkan Jason masih menikmati senja di kafe itu, secangkir kopi dan sepiring kue menjadi temannya menikmati senja hari itu.

***

Esok paginya, Jason terbangun pukul 5 pagi. Wajahnya lesu, menunjukkan kelelahan akibat kejadian kemarin.

"Huam, aku kemarin sepertinya pulang terlalu larut. Aku terlalu bersenang-senang kemarin. Yah sudahlah, tak apa-apa, lagipula iblis sepertiku tidak terlalu merasakan lelah," gumam Jason sembari meregangkan ototnya.

Jason lalu beranjak dari kasurnya dan berjalan ke kamar mandi. Dia melihat pantulan wajahnya di cermin dan merabanya.

"Wajah ini semakin hari semakin bersinar saja, apakah karena aku menyerap energi kehidupan tiap harinya ya? Yah, sepertinya aku harus menambah jumlah wanita yang kutiduri kalau seperti ini, hahaha," katanya lalu tertawa kecil.

Dia lalu mengambil sikat gigi dan mulai menggosok giginya, dilanjut dengan mengoleskan sabun pembersih muka di wajahnya.

Jason lalu mengambil handuk dan menghidupkan shower. Ia perlahan-lahan membasuh badannya yang terpahat sempurna dengan perut yang membentuk six pack.

"Ah, aku sudah agak gendutan. Lihatlah perutku yang mulai mengendur, sepertinya hari Minggu aku akan pergi fitness deh," katanya sembari meraba-raba perutnya.

Jason lalu melanjutkan aktivitasnya yang tertunda. Setelah selesai mandi, Jason melingkarkan handuk yang dibawanya ke pinggang.

"Arie, kau sudah bangun? Tumben sekali, biasanya aku selesai mandi kau masih lelap, hahaha." Jason berkata seperti itu sembari tertawa kecil.

"Apa maksudmu? Bukankah itu kau? Lagipula apa-apaan dengan 'gaya sehabis mandi' itu? Tidak bisakah kau setidaknya memakai pakaian terlebih dahulu?" Arie sedikit berteriak melihat Jason keluar dari kamar mandi hanya memakai handuk saja.

"Hah? Aku tak membawa pakaian, aku lupa. Kau paham? L-U-P-A, kau tau kan kata-kata 'lupa'?" tanya Jason dengan nada bercanda.

"Ya ya, cepat pakai baju sana!! Jijik tahu."

Jason terkekeh pelan sebelum beranjak mengambil pakaian seragam sekolahnya. Dia lalu menyisir rapi rambutnya dan menyemprotkan cairan parfum pada seragamnya.

"Hmm, baunya enak. Sudah rapi dan tampan, sempurna," kata Jason saat melihat pantulan dirinya di cermin.

Dia lalu mengambil tas miliknya dan pergi ke sekolah. Sepanjang perjalanan ke sekolah maupun ke kelas, tatapan dari gadis-gadis tertuju ke arahnya.

Hah, sudah biasa mereka menatapku seperti ini. Orang tampan memang selalu seperti ini ya? batin Jason saat menyadari gadis-gadis menatapnya. Pandangan matanya tetap fokus tertuju ke arah depan, seakan tak peduli dengan tatapan gadis-gadis dan pujian-pujian yang terdengar lirih.

"Um, Kak Jason. Ini ada hadiah dariku, mohon diterima." Seorang gadis mendatangi Jason dan memberinya sebuah kotak kecil.

"Wah, terima kasih," ucapnya sembari mengambil kotak kecil yang diberikan gadis tadi.

Jadi populer merepotkan yah. Setiap hari pasti ada saja hadiah-hadiah yang datang, kata Jason dalam hati. Dia menatap kotak kecil yang diberikan gadis itu dan tersenyum tipis.

Dia lalu menaruh kotak itu di dalam tasnya dan melanjutkan jalan ke kelas 11-A.

"Jason, kamu ada waktu tidak hari Minggu besok?" tanya Luna sesaat setelah Jason duduk di kursinya.

"Aku rencananya ingin berolahraga sih. Memang ada apa?" balas Jason.

"Aku ingin mengajakmu menemaniku pergi berbelanja. Tapi kalau kamu ada rencana lain tidak apa-apa kok," ujar Luna dengan cepat.

"Hm, baiklah. Maaf ya tidak bisa menemanimu pergi berbelanja. Mungkin kapan-kapan aku bisa menemanimu. Bagaimana jika minggu depan? Minggu depan aku kosong, tidak ada acara ataupun rencana," hibur Jason.

"Boleh saja, baiklah minggu depan ya." Luna tersenyum senang dan kembali ke tempat duduknya.

Jason yang melihat hal itu hanya terdiam dan merebahkan kepalanya ke meja, menunggu bel masuk berbunyi. Setelah 10 menit, bel masuk berdering kencang, membuyarkan Jason yang sedang melamun.

Jason lalu menengadahkan kepalanya dan menghela nafas. Dia lalu meraih tasnya dan mengambil buku untuk mata pelajaran pertama.


Bel istirahat berbunyi kencang saat Jason baru saja selesai mencatat materi yang dituliskan oleh guru tadi.

"Melelahkan," keluh Jason.

Dia lalu menutup bukunya dan beranjak untuk pergi ke kantin. Lagi-lagi di jalan gadis-gadis menatapnya dan melontarkan pujian-pujian tentang wajahnya.

Jason hanya diam dan berpura-pura tak mendengarnya, dia berjalan santai seolah-olah tak ada orang lain disana. Hingga dia melihat seseorang yang dikenalnya sedang berjalan dengan temannya.

"Dia kan, gadis yang menabrakku kemarin!!"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro